Rondahaim Saragih Garingging
Rondahaim Saragih Garingging | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Tuan Raya XIV | |||||||
Pendahulu | Tuan Jinmahadim Saragih Garingging gelar Tuan Huta Dolog (Tuan Raya XIII) | ||||||
Penerus | Tuan Sumayan Saragih Garingging gelar Tuan Kapoltakan (Raja Raya XV) | ||||||
Kelahiran | 1828 | ||||||
Kematian | Juli 1891 | ||||||
Pemakaman | |||||||
| |||||||
Wangsa | Partuanan Raya | ||||||
Ayah | Tuan Jinmahadim Saragih Garingging gelar Tuan Huta Dolog | ||||||
Ibu | Puang Ramonta br. Purba Dasuha |
Tuan Rondahaim Saragih Garingging gelar Raja Raya Namabajan (1828–1891) adalah penguasa Partuanan Raya yang dijuluki Pemerintah Kolonial Belanda sebagai Napoleon der Bataks (bahasa Indonesia: Napoleon-nya orang-orang Batak) karena perlawanannya hingga akhir hayat terhadap upaya penaklukan Raya oleh Belanda. Partuanan Raya tercatat tidak pernah takluk kepada Belanda pada masa pemerintahan Tuan Rondahaim Saragih Garingging. Barulah pada tahun 1901, sepuluh tahun setelah wafatnya Tuan Rondahaim, Partuanan Raya takluk kepada pemerintah kolonial Belanda. Pada saat itu, Partuanan Raya dipimpin oleh putra Tuan Rondahaim yang bernama Sumayan gelar Tuan Kapoltakan Saragih Garingging.[1]
Kehidupan awal
Rondahaim Saragih Garingging lahir pada tahun 1828 di Juma Simandei, Sinondang, Pamatang Raya, ibu kota Partuanan Raya. Ayahnya, Tuan Jinmahadim Saragih Garingging gelar Tuan Huta Dolog, adalah penguasa Partuanan Raya. Ibunya, Puang Ramonta boru Purba Dasuha, adalah putri dari Guru Raya. Oleh karena Puang Ramonta hanyalah selir dari Tuan Jimmahadim, kehidupan Rondahaim dan ibunya serba kekurangan.[2] Pada masa kecilnya, Rondahaim telah diperkenalkan oleh keempat pamannya, yakni Guru Murjama, Guru Onding, Guru Nuan, dan Guru Juhang, kepada Raja Padang Tengku Muhammad Nurdin. Rondahaim belajar bahasa Melayu dan ilmu pemerintahan selama tinggal di Kerajaan Padang.[3] Pada tahun 1840, saat Rondahaim berusia 12 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kekuasaan ayahnya kemudian digantikan oleh pamannya, Tuan Murmahata Saragih Garingging gelar Tuan Sinondang, sebagai pemangku raja. Tuan Murmahata juga menikahi ibu Rondahaim. [4]
Perjuangan melawan Belanda
Selama berkuasa, Tuan Rondahaim aktif memperluas wilayah kekuasaannya sekaligus menentang aneksasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda di daerah Sumatera Timur. Pertempurannya melawan upaya aneksasi Belanda terhadap wilayah kekuasaannya, antara lain terjadi pada 21 Oktober 1887 di Dolok Merawan dan 12 Oktober 1889 di Bandar Padang.[5]
Akhir hidup
Pada tahun 1887, pasukan kolonial Belanda berhasil memukul mundur pasukan Partuanan Raya. Sejak serangan ke Bajalinggei pada bulan Februari 1888, tidak ada lagi konflik terbuka antara pasukan kolonial Belanda dengan pasukan Tuan Rondahaim. Selain itu, Tuan Rondahaim juga menghadapi pemberontakan internal di wilayah kekuasaannya. Ada dua orang bangsawan yang menduduki beberapa kampung di wilayah kekuasannya dan melakukan kontak dengan Belanda. Kesehatan Tuan Rondahaim pun berangsur-angsur memburuk. Sekujur tubuhnya membengkak dan tidak dapat diobati oleh satu pun tabib di Raya. Pada Juli 1891, Tuan Rondahaim meninggal dunia di Rumah Bolon Raya. Menurut catatan Jaulung Wismar Saragih, kematian Tuan Rondahaim diratapi oleh semua orang di Raya.[6].
Penghargaan
Bintang Jasa
Atas jasa-jasanya dalam melawan kolonialisme di Sumatera Timur, Tuan Rondahaim mendapatkan tanda kehormatan berupa Bintang Jasa Utama dari Presiden B.J. Habibie pada 13 Desember 1999 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 077/TK/Tahun 1999.[7][8][9]
Rumah sakit
Pemerintah Kabupaten Simalungun menamai rumah sakit daerahnya dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Tuan Rondahaim Saragih untuk mengenang jasa-jasa Tuan Rondahaim.
Nama jalan
Salah satu ruas jalan di Kota Pematangsiantar dinamai dengan nama Tuan Rondahaim untuk mengenang jasa-jasanya.
Referensi
- ^ "Mengenal Raja Rondahaim, Sang Napoleon Batak yang Tak Pernah Kalah Perang Lawan Belanda". iNews.id. 21 Agustus 2021. Diakses tanggal 25 Juli 2022.
- ^ Saragih et al. Dewi, hlm. 49-50.
- ^ Saragih et al. Dewi, hlm. 56.
- ^ Saragih et al. Dewi, hlm. 58.
- ^ Saragih, Hisarma (31 Juli 2019). Zending di Tanah Batak: Studi Tentang Konversi di Kalangan Masyarakat Simalungun 1903–1942. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 34. ISBN 978-602-258-538-1.
- ^ Saragih et al. Dewi, hlm. 130.
- ^ Sinaga, Nikson (13 Oktober 2023). "Rondahaim Saragih, Mempersatukan Simalungun Melawan Penjajah". Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 04 Mei 2024. Diakses tanggal 1 Maret 2024.
- ^ Suwarta, Thomas Harming (9 Oktober 2023). "Tuan Rondahaim Saragih Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional". Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 04 Mei 2024. Diakses tanggal 1 Maret 2024.
- ^ "Tuan Rondahaim Saragih Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Tunggu Keputusan Presiden Jokowi". JPNN. 29 Oktober 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 04 Mei 2024. Diakses tanggal 2 Maret 2024.
Daftar pustaka
- Saragih, Heristina; Agustono, Budi; Dasuha, Juandaha Raya P.; Dewi (2013). Napoleon der Bataks: Kisah Perjuangan Tuan Rondahaim Saragih Melawan Belanda di Sumatera Timur, 1828–1891. Medan: USU Press. ISBN 979-458-669-2.
- Simanjuntak, Batara Sangti (1978). Sejarah Batak. K. Sianipar Company.