Lompat ke isi

Simakobu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.
Simakobu atau monyet ekor babi
Berkas:Simias.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Primates
Famili:
Genus:
Simias
Spesies:
S.Concolor[1]

Simakobu adalah salah satu fauna asli Indonesia.[2] Fauna ini memiliki nama ilmiah Simias concolor.[2] Hewan ini termasuk dalam kelas Mammalia yaitu hewan yang berkembang biak dengan beranak.[2] Simakobu adalah hewan yang masih satu keluarga dengan kera.[2] Simakobu ditemukan di Indonesia tepatnya di Pulau Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan, serta di Pulau Siberut.[2]

Gambaran

Simakobu jantan memiliki panjang sekitar 490–550 mm sedangkan pada betina memiliki panjang 460–550 mm.[3] Berat rata-rata sekitar simakobu adalah 8,7 kg untuk jantan dan 7,1 kg untuk betina.[4] Panjang ekor simakobu bervariasi antara 14 hingga 15 cm.[4] Ada dua jenis warna pada simakobu yaitu abu-abu gelap dan warna coklat muda, tetapi warna abu-abu gelap lebih umum ditemui.[4] Simakobu memiliki tangan dan kakinya yang sama panjang.[5] Ekor simakobu berukuran agak pendek dibandingkan dengan spesies primata yang lain dalam subfamili Colobinae.[5] Simakobu yang sudah dewasa memiliki warna rambut hitam dan semakin gelap daripada saat masih muda.[5] Keunikan hewan ini adalah ekornya pendek, setra tidak berbulu, bulunya hanya ada pada ujung ekor.[4] Karena bentuk ekornya yang seperti ekor babi tersebut maka simakobu juga sering disebut monyet ekor babi.[5]

Habitat

Simakobu adalah hewan endemik Indonesia, tetapi persebarannya hanya terbatas di Kepulauan Mentawai saja yaitu di di daerah barat pantai Sumatera.[6] Simakobu hidup di daerah hutan rawa dan hutan dataran rendah.[2] Selain di daerah tersebut, simokobu juga ditemukan di hutan primer yang terletak di lereng bukit.[2] Simakobu berkembang biak dengan cara beranak, musim lahir ada pada bulan Juni hingga bulan Juli.[2]

Status konservasi

Populasi simakobu diperkirakan terus menurun, pada sepuluh tahun terakhir hewan ini mengalami penurunan sebesar 90%.[2] Simakobu kini bestatus hewan langka.[2] Kelangkaan simakobu diakibatkan karena perburuan yang berlebihan serta banyak habitat asli hewan ini yang rusak dan hilang.[2] Hutan primer sebagai habitat simakobu kini terus berkurang karena banyak hutan yang dibuka untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.[2] Simakobu banyak dijual oleh masyarakat setempat sehingga banyak diburu.[3]

Tindakan dalam upaya untuk melestarikan simakobu juga telah dilakukan, pertama melaukan peningkatan perlindungan untuk Taman Nasional Siberut sebagai habitat alami simakobu.[2] 2) Langkah selanjutnya melakukan perlindungan terhadap hutan Peleonan di Siberut Utara yang merupakan rumah bagi populasi primata yang mudah dijangkau.[2] Berikutnya melaukan perlindungan pada kawasan Kepulauan Pagai melalui bekerja sama dengan sebuah perusahaan penebangan yang telah berlatih.[2] Pemerintah juga meningkatkan pendidikan konservasi terutama mengenai berburu.[2] langkah terakhir adalah pengembangan model ekonomi alternatif bagi masyarakat lokal untuk mengurangi kemungkinan menjual tanah mereka kepada perusahaan penebangan yang ingin membuka hutan.[2]

Rujukan

  1. ^ "Pig tailed langur". Primate Info Net. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q "Simias concolor". ICUN Red List. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  3. ^ a b "Simakobu" (PDF). Primate SG. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d "Simias concolor (simakobou)". Animal Diversity Web. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  5. ^ a b c d "Pig-tailed Langur". The Primata. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-25. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  6. ^ "Pig tailed langur)". Arkive. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-08. Diakses tanggal 9 Mei 2014.