Lompat ke isi

Volunterisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Volunterisme atau kesukarelawanan[1] adalah paham yang menyatakan bahwa kehendak adalah kunci untuk segala yang terjadi dalam hidup manusia.[2] Kehendak manusia memiliki kontrol penuh atas apa yang ia anggap baik dan benar.[3] Kehendak manusia menjadi dasar paling fundamental dalam pengambilan keputusan moral.[3][4] Kehendak dipandang lebih unggul dibandingkan hal-hal lain yang biasanya dalam etika dipandang sebagai sumber moral, seperti "suara hati", kemampuan rasional, intuisi, tradisi, dan perasaan-perasaan manusia.[4][5]

Awal Mula

Istilah ini berasal dari bahasa Latin voluntas yang artinya 'kehendak'.[4] F. Toennies adalah orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini pada tahun 1883.[4] Ketika itu, Tonnies sedang melakukan kajian atas pemikiran Spinoza.[4] Menurutnya, voluntarisme bertolak belakang dengan rasionalisme yang sedang berkembang saat itu.[4]

Jenis-Jenis Volunterisme

Voluntarisme Metafisis

Arthur Schopenhauer

Volunterisme metafisis adalah paham volunterisme yang memandang bahwa kehendak adalah inti terdalam dari realitas.[4] Filsuf yang mendukung pandangan ini misalnya Schopenhauer dan Eduard von Hartmann.[4] Schopenhauer mengatakan bahwa dasar paling fundamental yang mengatur segala hal di dunia bukanlah rasio atau moral melainkan kehendak.[3][6] Lebih jelasnya, Schopenhauer mengatakan bahwa kehendak untuk hidup adalah hakikat dari segala realitas di dunia.[6]

Volunterisme Psikologis

Paham volunterisme model ini menyatakan bahwa kehendak memiliki posisi lebih tinggi dibandingkan intelek manusia.[4] Misalnya saja, Yohanes Duns Scotus menyatakan bahwa intelek hanya merupakan tambahan bagi kehendak.[4]

Volunterisme Teologis

Paham ini percaya bahwa tatanan dunia dan segala hal di dalamnya bergantung mutlak pada kehendak Allah.[4] Contoh teolog yang termasuk jenis ini dalam taraf tertentu adalah Martin Luther dan William Ockham.[4] Mereka menjadikan seluruh hukum moral tergantung pada kemauan Allah.[4]

Volunterisme Epistemologis

Volunterisme model ini berasal dari pemikiran Kant.[4] Kant mengatakan bahwa akal budi praktis lebih unggul ketimbang akal budi teoretis.[4]

Volunterisme Etis

Friedrich Nietzsche

Paham voluntarisme etis ini didasarkan pada pemikiran Friedrich Nietzsche.[4] Menurut Nietzsche, kehendak untuk berkuasa adalah nilai tertinggi yang harus dicapai oleh manusia.[4]

Volunterisme Sejarah

Volunterisme sejarah menyatakan bahwa kehendak manusia adalah faktor utama berjalannya sejarah.[3] Pandangan model ini amat bertentangan dengan pandangan Marxisme terhadap sejarah.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Kembangkan Kesukarelawanan di Dalam Diri Mahasiswa". kemenpora. Diakses tanggal 2021-01-21. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ A. Mangunhardjana. 1997. Isme-Isme dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius. 237-239.
  3. ^ a b c d e (Inggris)Richard Foley.1995. 'Voluntarism'. Robert Audi,ed. In The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge:Cambridge University Press. 844-855.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 1160-1164.
  5. ^ (Inggris)Albert E. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. 292
  6. ^ a b Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta:Kanisius. 330-332.