Lompat ke isi

Analisis wacana kritis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis wacana kritis merupakan media pengungkapan kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi, atau dilawan oleh teks tertulis maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis.[1] Analisis ini mengambil posisi melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan sosial.[1] Analisis Wacana Kritis adalah pendekatan konstruktivis sosial yang meyakini bahwa representasi dunia bersifat linguistis diskursif, makna bersifat historis dan pengetahuan diciptakan melalui interaksi sosial.[2]

Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis (Critical Language Awareness) dalam dunia pendidikan barat.[3].Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana (Discourse Analysis).[3] Kajian analisis wacana (Discourse Analysis) ini begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya.[3] Analisis wacana kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana.[3] Analisis ini bertindak lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut.[3] Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi.[3] Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda.[4] Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis wacana kritis.[4]

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]
  • Tindakan

Ada beberapa konsekuensi dalam memandang wacana.[5] Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, seperti untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya.[5] Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil.[5] Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.[5]

  • Konteks

Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana.[5] Pertama, Partisipan wacana, yaitu latar yang memproduksi wacana tersebut, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dan banyak hal yang relevan dalam menggambarkan wacana.[5] Kedua, latar sosial tertentu seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana[5]

  • Historis

Salah satu aspek terpenting untuk bisa mengerti sebuah teks adalah menempatkan teks tersebut sesuai dengan posisinya di dalam sejarah.[5]

  • Kekuasaan

Kekuasaan menerapkan pengendalian terhadap satu orang atau kelompok mengendalikan orang atau kelompok lain lewat wacana.[5] Pengendalian disini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi juga secara mental dan psikis.[5]

  • Ideologi

Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif apabila masyarakat tersebut memandang ideologi yang disampaikan sebagai suatu kebenaran dan kewajaran.[6] Ideologi membuat anggota suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok.[6]

Teun van Dijk

Analisis wacana kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, di antaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni, dan lain-lain.[5] Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang tiap-tiap bagian saling mendukung.[5] Ia membaginya ke dalam 3 tingkatan. Petama, struktur makro.[5] Ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.[5] Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.[5] Ketiga, struktur mikro.[5] Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat proposisi, anak kalimat, parafrasa, dan gambar[5]

Sejumlah tokoh dalam bidang ini, antara lain Norman Fairclough, Michał Krzyżanowski, Paul Chilton, Teun A. van Dijk, Ruth Wodak, Martin Reisigl [de], John E. Richardson, Phil Graham, Theo Van Leeuwen, Siegfried Jäger [de], Christina Schäffner [de], James Paul Gee, Roger Fowler, Gunther Kress, Mary Talbot, Lilie Chouliaraki, Thomas Huckin, Hilary Janks, Veronika Koller, Christopher Hart, Bob Hodge, dan William Feighery.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b van Dijk, Teun.2000. “Discourse Ideology and Context”.London
  2. ^ Jorgersen dan Phillips.2007.“Feminist Critical Discourse Analysis and Children’s Fantasy Fiction”. Finland
  3. ^ a b c d e f Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
  4. ^ a b Jorgensen, Marianne W and Phillips, Louise J. 2002. Discourse Analysis As Theory and Method. London: SAGE Publications
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.
  6. ^ a b Van,Dijk Teun A. 1993. Principles of critical discourse analysis. Discourse & Society