Drama Gong
Drama Gong Bali adalah seni pertunjukan drama klasik-kontemporer yang memadukan drama modern dengan kostum tradisional, dekorasi panggung serta musik gamelan bali. Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan gong kebyar.[1]
Drama Gong ditampilkan hanya sebagai hiburan dan umumnya tidak memiliki motif spiritual atau religius. Narasi dari Drama Gong umumnya berupa legenda atau cerita rakyat bali seperti: Jaya Prana dan Layon Sari, Panji Malat, Sampik Ingtai dan lain sebagainya.[2][3] Pun sering kali Drama Gong ditampilkan dengan membawa isu-isu sosial-humaniora terkini yang dikemas secara humoris. Secara umum Drama Gong memiliki kemiripan dengan pertunjukan drama lainnya di Nusantara seperti Ludruk dan Ketoprak.[4][5]
Sejarah dan perkembangan
[sunting | sunting sumber]Awal kemunculan
[sunting | sunting sumber]Banyak literatur-literatur yang menyebutkan bahwa Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase, Gianyar.[1][3][6] Namun diduga kemunculan Drama Gong sebenarnya lebih awal, yakni pada tahun 1959 telah muncul pertunjukan serupa Drama Gong.[6] Adalah I Gusti Bagus Nyoman Panji yang kemudian memberikan nama baru Drama Gong kepada kesenian ini berdasarkan dua unsur baku yaitu drama dan gamelan gong dari kesenian ini.[1]
Puncak kepopuleran
[sunting | sunting sumber]Puncak kepopuleran seni Drama Gong adalah pada masa 1970-an.[1][3] Pada masa ini, sedikitnya terdapat delapan sekaa atau kelompok Drama Gong diantaranya: Drama Gong Wijayakusuma Abianbase, Gianyar, Drama Gong Kacang Dawa, Klungkung, Drama Gong Cakra Bhuwana, Sukawati, Drama Gong Puspa Anom Banyuning, Buleleng, Drama Gong Bintang Bali Timur,Denpasar, Drama Gong Dewan Kesenian Denpasar (DKD), Drama Gong Duta Bon Bali, Gianyar, dan Drama Gong Kerti Bhuwana, Gianyar.[1][3] Dari semua sekaa tersebut, sekaa Drama Gong Wijayakusuma merupakan kelompok Drama Gong yang paling terkenal dan populer. Hal itu dapat dilihat dari kepopulerannya, frekuensi pentas, jumlah dan antusiasme penonton menyaksikan pertunjukan tersebut.[3]
Masa kini
[sunting | sunting sumber]Mulai tahun 1990-an hingga saat ini, kepopuleran Drama Gong kian meredup.[1][3] Hal ini dapat dilihat dari jarangnya pertunjukan Drama Gong dipentaskan, kurangnya partisipasi masyarakat sebagai pelaku, serta kurangnya minat masyarakat untuk menonton pertunjukan Drama Gong. Akibatnya terdapat penurunan jumlah sekaa atau kelompok Drama Gong, yang saat ini menyisakan enam kelompok Drama Gong.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f "Babad Bali - Drama Gong". www.babadbali.com. Diakses tanggal 2017-10-18.
- ^ Sudewa I Ketut (2014) . TRANSFORMASI SASTRA LISAN KE DALAM SENI PERTUNJUKAN DI BALI: PERSPEKTIF PENDIDIKAN. Archived. Jurnal Humaniora Universitas Gajah Mada.
- ^ a b c d e f g Semadi A.A. Gde Putera (2015). Keterpinggiran Drama Gong Wijayakusuma Abianbase, Gianyar, Dalam Seni Pertunjukan Bali di Era Global[pranala nonaktif permanen]. Diakses 18 Oktober 2017.
- ^ "Dari Surakarta ke Yogyakarta untuk Jawa". National Geographic Indonesia. 2013-04-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-04. Diakses tanggal 2017-10-18.
- ^ Rahayu Fuji (2014). "PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LUDRUK DI SURABAYA TAHUN 1980-1995 (TINJAUAN HISTORIS GRUP KARTOLO CS)". Avatara (dalam bahasa Inggris). 2 (2). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-18.
- ^ a b "Meninjau Kembali Sejarah Drama Gong - BaleBengong". BaleBengong (dalam bahasa Inggris). 2009-06-28. Diakses tanggal 2017-10-18.[pranala nonaktif permanen]
[[Kategori:Rintisan bertopik kebudayaan Indonesia|{{Budaya Indonesia