Gajah Oling
Gajah Oling adalah ragam hias atau motif yang identik dengan Banyuwangi. Gajah Oling, khususnya bagi kalangan pembatik, dipercaya sebagai motif paling tua di antara motif-motif batik Banyuwangi lainnya.[1][2] Selain batik, ragam hias Gajah Oling juga banyak diterapkan pada aneka rupa budaya visual, seperti mural, ukiran, dekorasi dan grafis.
Rancangan
[sunting | sunting sumber]Rancangan ragam hias Gajah Oling seakan menyerupai tanda tanya (?), yang secara filosofis meniru bentuk belalai gajah dan sekaligus digambarkan menyerupai uling (seekor belut/moa). Disamping kedua unsur tersebut, ragam hias ini juga dikelilingi sejumlah unsur lain diantaranya kupu-kupu, tumbuh-tumbuhan laut, manggar (bunga pinang/kelapa) dan sebagainya.[2]
Pemaknaan
[sunting | sunting sumber]Gajah Oling diambil dari kata gajah yang berarti hewan besar dan oling yang artinya mengingat dalam bahasa Using. Filosofinya adalah supaya manusia senantiasa mengingat yang Maha Besar.[3]
Pemakaian
[sunting | sunting sumber]Sejak tanggal 4 Maret 2009, setiap hari Kamis, Jumat dan Sabtu, semua pegawai Pemerintahan Daerah dan Pegawai Negeri Sipil di Banyuwangi wajib memakai seragam batik dengan motif Gajah Oling. Fungsi batik Gajah Oling Banyuwangi juga digunakan untuk busana kesenian khas Banyuwangi yaitu tari Gandrung dan upacara adat Seblang, serta untuk busana khas daerah Banyuwangi yaitu Jebeng dan Thulik (Pada Thulik motif batik Gajah Oling dipakai pada udeng tongkosan dan sembong sedang pada Jebeng motif batik Gajah Oling dipakai untuk kain panjang). Motif batik ini juga digunakan untuk seragam batik sekolah mulai dari tingkat TK sampai pada tingkat SMA.[4]
Selain pada batik, ragam hias gajah oling ini juga banyak diterapkan di pelbagai hal. Politeknik Negeri Banyuwangi menciptakan mobil listrik yang nama dan desain logonya terinspirasi dari gajah oling.[5] Penerapan ragam hias ini sebagai logo juga dijumpai di beberapa merek, seperti Hotel Blambangan, oleh-oleh khas Banyuwangi Bakiak Gajah Oling, lambang Banyuwangi Mall, dsb.
Ragam hias ini juga mudah dijumpai di ruang publik sebagaimana penerapannya banyak digunakan pada umbul-umbul, mural, dsb.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Detail ragam hias gajah oling pada batik Banyuwangi
-
Logo hotel Blambangan yang terinspirasi ragam hias gajah oling
-
Batik dengan ragam hias gajah oling
-
Sajian telur dadar dengan saus berbentuk lir-gajah oling di Banyuwangi
-
Batik Banyuwangi dengan motif gajah oling
-
Penghalau tabrakan berbentuk bulat dengan ragam hias gajah oling di Banyuwangi
-
Kue Bagiak Gajah Oling dengan logo berbentuk gajah oling, Banyuwangi
-
Logo Banyuwangi Mall dengan menerapkan ragam hias gajah oling
-
Ragam hias gajah oling pada pakaian penari Gandrung Sewu
-
Gajah oling pada tempat sampah di Banyuwangi
-
Motif gajah oling di rumah tradisional Osing
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Mengenal Gajah Oling, Motif Tertua Batik Banyuwangi". kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2018-12-11.
- ^ a b Arganata, Bayu (2017-05-02). "Gajah Oling, Batik Khas Tanah Blambangan | Lokal Karya". LokalKarya (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-11.
- ^ Widowati, Utami. "Gajah Oling, Makna Mendalam Batik Khas Banyuwangi". gaya hidup (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-01. Diakses tanggal 2018-12-11.
- ^ Ratnawati, Ike (2010-07-05). "Kajian Makna Filosofi Motif Batik Gajah Oling Banyuwangi" (dalam bahasa Inggris). Universitas Pendidikan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-09. Diakses tanggal 2018-12-11.
- ^ "Gajah Oling KM.13, Hasil Karya Inovasi 20 Mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi". www.poliwangi.ac.id. Diakses tanggal 2018-12-11.