Masjid Kuncen
Masjid Kuncen adalah masjid yang terletak di Dusun Kuncen, Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdiri di latas tanah Keraton Yogyakarta, masjid ini berada satu komplek dengan pemakaman umum milik Pemerintah Kota Yogyakarta. Masjid Kuncen dimiliki oleh Kraton Yogyakarta, belum dapat di pastikan kapan awal pembangunan masjid ini. bangunan masjid ini secara totalitas memiliki luas 470 m², dan ruang utama seluas 245 m². bagian timur laut masjid ini di dirikan SD Muhammadiyah Wirobrajan 2 Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 1968.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan perkataan para sesepuh kampung yang terdahulu, Masjid Kuncen ini terbilang Masjid Keagungan Ndalem Kraton Yogyakarta. Tahun berdiri masjid ini juga belum terlalu pasti. beralaskan cerita yang berkembang di masyarakat sekitar, terbangunnya masjid ini beriringan dengan masa pembangunan Masjid Tawangsari, Masid di Nanggulan di Kulonprogo serta masjid di Kraton Yogyakart. dapat ditaksirkan Masjid ini dibangun pada tahun 1800-an.[1] Seperti masjid keraton pada umumnya, keberadaan Masjid Kuncen tidak terbebas dari eksistensi para Pakuncen. Salah satu abdi dalem yang dimakamkan di pemakaman ini, merukan cikal bakal di Pakuncen adalah Nyai Ageng Derpoyudo. Menurut cerita warga Nyai Ageng Derpoyudo merupakan bibi dari penambahan Senopati pendiri Kerajaan Islam Mataram.
Pada masa clash kedua atau Agresi militer Belanda II, Masjid Kuncen dijadikan tempat untuk berlindung warga, bahkan ada warga yang tertembak di dalam masjid sewaktu berlindung dari serangan tentara Belanda. Selain itu di pemakaman Pakuncen juga dimakamkan pahlawan nasional diantaranya makan Abdurrahman Sholeh, beliau adalah salah satu pilot DC III yang ditembak jatuh tentara Belanda sewaktu mengangkut obat-obatan dari India. sekarang makam Abdurrahman Sholeh telah dipindahkan di pemakaman Pakuncen adalah HOS Cokroaminoto dan Fachruddin.
Pemberian nama Masjid Kuncen dengan nama dudun tersebut. Dahulu ada salah satu tokoh agama bernama Imam Suja' yang mengusulakn agar nama masjid diganti dengan nama Masjid Sulton II. Hal ini berdasarkan pada sejarah berdirinya masjid yang merupakan milik kraton dan juga dikarenakan terdapat hubungan dengan masjid kraton dan juga dikarenakan terdapat hubungan dengan Masjid Sulton. Akan tetapi usulan masjid di Tawangsari yang juga diberi nama Masjid Sulton. Akan tetapi usulan tersebut tidaktu.disetujui oleh tokoh agama pada waktu itu, dengan alasan agar nama Dusun Kuncen tetap dikenang oleh masyarakat luas, salah satu caranya yakni dengan mengabdikannya menjadi nama masjid tersebut.[1]
Proses Pembangunan
[sunting | sunting sumber]Masjid Kuncen berdiri di atas tanah Kraton Yogyakarta seluas 470 m², sedangkan luas bangunan utama masjid mencapai 245 m². Seperti masjid kraton pada umumnya Kraton Yogyakarta juga mengutus andi dalem yang diberi tugas sebagai juru kunci makam dan menjaga masjid. Namun setelah kepengurusan masjid diserahkan kepada masyarakat melalui takmir masjid, abdi dalem hanya mengurusi pemakaman Pakuncen.
Masjid Kuncen pada awal dibangun mempunyai ciri khas seperti masjid-masjid milik kraton lainnya, yakni adanya kolam yang mengitari serambi masjid. Kolam ini dimaksudkan agar jamaah yang akan memasuki masjid agar bersuci terlebih dahulu. Dikarenakan jumlah jamaah yang terus bertambah, sejak pemaguran pertama kolam ini ditutup dan difungsikan untuk perluasan serambi.