Mencari Pencuri Anak Perawan
Mencari Pencuri Anak Perawan adalah roman yang dikarang oleh Soeman Hasiboean dan diterbitkan tahun 1932 oleh Balai Pustaka. Roman ini mengisahkan tentang penculikan seorang wanita oleh pemuda sebagai bentuk kegigihan dalam mempertahankan cintanya yang terhalang oleh hukum adat. Latar tempatnya di Kabupaten Bengkalis. Para tokohnya ialah Sir Djon, Si Nona, Si Tukang Rangsum, Tairoo dan Tan.[1] Sir Joon adalah pemuda keturunan Portugis yang tinggal di Bangkalis. Asalnya dari Singapura. Ia gemar bermain sepakbola. Dalam klubnya, Sir Joon terkenal sebagai penjaga gawang yang cekatan dan banyak mengundang simpatik .Sir Joon bertunangan dengan Nona. Pasangan ini serasi, pemuda tampan berpasangan dengan gadis jelita. Bukan saja kedua orang tua si gadis, orang tua Sir Joon tak diketahui rimbanya, yang menyetujui pertunangan itu, tetapi penduduk kampung juga merestui dan turut merasa senang kepada pasangan itu.
Namun, tiba-tiba ayah si gadis, Dago, memutuskan pertunangan itu. Orang-orang kampung terkejut mendengar keputusan itu. Bahkan bertambah terkejut melihat Sir Joon yang terlihat seperti tak terpengaruh oleh pertunangannya yang karam itu.
Penyebab Dago memutuskan pertunangan anak gadisnya dengan Sir Joon adalah lamaran yang diajukan oleh Tairoo. Pemuda kaya-raya keturunan Hindi iu mengajukan mas kawin uang sebesar 600 dolar, suatu jumlah yang besar pada waktu itu. Dago merelakan anaknya demi memperoleh uang itu dan tak mempedulikan apakah anaknya suka atau tidak kepada pemuda Hindi itu. Sementara itu, nasib malang yang menimpa Sir Joon tak berhenti sampai di situ. Ia tertimpa musibah ketika bermain sepakbola dalam pertandingan persahabatan. Kakinya terkilir hingga ia harus menggunakan tongkat untuk berjalan. Namun, ia tenang-tenang saja dan sabar menerima kenyataan itu, seperti pada waktu ia menerima kabar pemutusan pertunangannya dengan Nona. Orang-orang kampung makin kagum melihat ketabahan Sir Joon.
Ketika orang-orang kampung belum hilang rasa terkejutnya, muncul peristiwa lain. Anak Gadis Dago, Nona, hilang dari rumahnya. Belum jelas penyebabnya, apakah ia melarikan diri atau dilarikan orang. Dago cemas dan bingung. Demikian pula halnya Tairoo, calon menantu Dago. Lalu, dengan terpincang-pincang Sir Joon menawarkan bantuan untuk mencari Nona. Tak tampak sedikit pun perasaan dendam dan benci terlukis pada wajahnya sehingga baik Dago maupun Tairoo dengan senang hati menerima kebaikan Sir Joon. Apalagi mengingat pengalaman dan pandangan Sir Joon yang lapang.Akibat pengaruh Sir Joon, Dago mencurigai Tairoo. Hal ini mengingat bahwa Nona tak mencintai Tairoo. Kemungkinan besar, Tairoo tak ingin kehilangan gadis yang dicintainya itu. Lalu, Nona diculik untuk dibujuk agar mencintai Tairoo. Begitulah teori yang diajukan Sir Joon kepada Dago. Oleh karena itu, Dago harus memata-matai gerak-gerik calon menantunya, usul Sir Joon.
Tairoo pun tak luput dipengaruhi oleh Sir Joon. Ia berteori bahwa penculikan itu tak lain akal bulus Dago. Tairoo sudah memberikan uang yang jumlahnya besar kepada Dago. Bukan tak mungkin orang tua itu menginginkan tambahan uang dari Tairoo, apalagi Dago dikenal mata duitan. Tak urung Tairoo disarankan Sir Joon agar memata-matai tingkah laku Dago, calon mertuanya.
Lalu, siapa yang melarikan Nona? Dago atau Tairoo? Ataukah orang lain yang mendapat untung dari putusnya pertunangan Nona dan Tairoo? Tak ada orang kampung yang berpikir demikian. Kalaupun ada yang pernah berpikir bahwa yang beruntung akibat putusnya pertunangan Tairoo dan Nona adalah Sir Joon; pendapat itu akan gugur melihat keadaan tubuh Sir Joon. Mana mungkin orang yang berjalan dengan susah payah menggunakan tongkat, melarikan seorang gadis. Apalagi kalau diingat Sir Joon adalah orang terpandang dan berbudi baik. Rupanya Dago dan Tairoo sangat terpengaruh oleh pendapat Sir Joon. Calon mantu dan calon mertua itu saling curiga. Mereka tak menyadari bahwa mereka telah termakan hasutan yang dilancarkan oleh Sir Joon. Mereka tak merasa curiga pada Sir Joon. Hal ini ditambah dengan kepandaian Sir Joon melakukan sandiwara dan mengatur strategi hingga mereka sangat mempercayainya.
Berkat kecerdikan Sir Joon, Tairoo memperoleh kembali uangnya yang diberikan kepada Dago sebagai mahar. Dengan demikian, tak ada lagi mas kawin yang mengikat pertunangan Tairoo dan Nona. Pertunangan itu sudah batal. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh Sir Joon dari Dago adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa Sir Joon dan Nona menjadi suami-istri ketika Sir Joon membujuk Dago agar Sir Joon dapat dengan mudah meminta bantuan kepada orang kampung untuk mencari Nona.Akhirnya, Sir Joon dapat memperistri Nona. Perjodohan itu berhasil karena kecerdikannya memperdayakan Dago, Tairoo, dan tentu saja orang-orang sekampungnya. Ia berpura-pura sakit kakinya, lalu menculik dan menyembunyikan Nona di rumah seorang perempuan tua yang jarang dikunjungi orang, di pinggir kampung. Kemudian, ia mendapat bantuan teman-temannya dan terutama dari pembantunya yang setia, untuk mengatur pelariannya. Hal yang tak kalah pentingnya adalah cinta Nona kepada Sir Joon hingga pria itu dapat mengawininya.
Sir Joon dan Nona hidup berbahagia di Singapura, jauh dari kampung halamannya. Suami-istri itu yaitu Sir Joon dan Si Nona, diberi Allah telah sampai kepada wujud perkawinan, yaitu anak kesayangan.
Itulah tadi sinopsis novel Mencari Pencuri Anak Perawan karya Suman HS. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rani, S.A., dan Sugriati, E. (1999). 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia. hlm. 203. ISBN 979-730-120-6.