Petrus Chong Won-ji
Petrus Choung Woun-ji (1845-1866) adalah seorang martir Katolik Korea. Ia lahir pada tahun 1845 dari kelaurga Katolik yang sangat saleh di Chinjam di Provinsi Ch’ungch’oung. Ketika penganiayaan dimulai pada tahun 1866, dia seorang yatim piatu. Ayahnya terlebih dahulu menjadi martir, dan ibunya juga sudah meninggal. Petrus meninggalkan rumahnya, dan dia pindah ke Desa Soungjidong di Cheonju, dia tinggal di sebuah kamar sewaan di rumah Petrus Cho. Ketika penganiayaan tahun 1866, dia berusia 21 tahun dan sudah menikah.
Ketika sekelompok polisi menyerbu desanya untuk menangkap umat Katolik, Petrus melarikan diri ke gunung dan bermalam di sana. Akhirnya pada keesokan paginya dia ditangkap. Ketika pertama kali dia ditangkap, dia menyangkal bahwa dia itu seorang Katolik, namun sesaat kemudian, setelah disemangati Petrus Cho, dia bertobat dan dengan jelas menyatakan diri bahwa dia adalah seorang Katolik.
Ketika dia disiksa untuk mencari tahu siapa yang mengajarkannya agama Katolik, dia berkata bahwa satu-satunya guru agamanya adalah ayahnya yang sudah menjadi martir. Para interogator terkejut bahwa Petrus berani untuk mempercayai agama yang jelas-jelas membuat kematian ayahnya. Petrus berkata bahwa dia percaya akan agama Katolik dengan tujuan supaya dia bisa bertemu kembali dengan orang tuanya di Surga. Dia disiksa namun dia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia itu lemah.
Pada tanggl 13 Desember 1866, sembilan hari setelah dia ditangkap, Petrus dibawa bersama dengan teman-teman Katoliknya ke tempat eksekusi di Supjoung-i di Chounju. Dalam perjalanan mereka menuju petugas eksekusi yang mabuk, mencemooh Petrus dan mengutuk Surga. Petrus menjawab, “Betapa bodohnya kamu! Kamu seperti mengutuki ibu dan bapakmu sendiri!”
Semua umat Katolik yang dibawa ke tempat eksekusi tampak sangat bahagia dan damai dan juga mengucapkan berbagai doa. Petrus dipenggal di Supjoung-i di Chounju oada tanggal 13 Desember 1866. Pada saat itu dia berusia 21 tahun.[1]