Sejarah sutra
Sutra mula-mula diproduksi di Tiongkok pada zaman batu muda oleh peradaban Yangshao (milenium ke-4 SM). Awalnya sutra hanya terbatas di Tiongkok saja sampai Jalan Sutra dibuka di beberapa titik selama paruh akhir milenium 1 SM.
Tiongkok memonopoli serikultur (budidaya ulat dan pembuatan sutra) selama ribuan tahun. Tidak hanya terbatas pada pakaian saja, sutra juga digunakan untuk sejumlah aplikasi lain, termasuk menulis, dan warna sutra yang dipakai menentukan kelas sosial seseorang selama dinasti Tang.
Budidaya sutra mulai menyebar ke Jepang sekitar 300 M, dan pada 552 M, Bizantium berhasil memperoleh telur ulat sutra dan mampu membudidayakan ulat sutra. Orang-orang Arab juga mulai memproduksi sutra pada saat yang sama. Sebagai hasil dari penyebaran serikultur, ekspor sutra Tiongkok menjadi kurang penting, meskipun mereka masih mempertahankan dominasi atas pasar sutra sebagai barang mewah.
Perang Salib membawa produksi sutra ke Eropa Barat, khususnya ke banyak negara koloni Italia, yang menyaksikan booming ekonomi dengan mengekspor sutra ke negara lain di seluruh Eropa. Perubahan dalam teknik pembuatan juga mulai terjadi selama Abad Pertengahan, dengan perangkat yang baru ditemukan seperti roda. Selama abad ke-16, Prancis bergabung dengan Italia dalam mengembangkan perdagangan sutra yang sukses, meskipun banyak negara lain mencoba mengembangkan industri sutra mereka sendiri namun tidak berhasil.
Catatan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Main sources:
- Bertrand Gille. Histoire des techniques, Gallimard, coll. La Pléiade, 1978 (ISBN 978-2-07-010881-7)(Prancis)
- The Encyclopédie of Diderot and d'Alembert (Prancis)
- Catherine Jolivet-Lévy et Jean-Pierre Sodini, "Byzance", in Encyclopædia Universalis, 2006. (Prancis)
- "La Soie, 4000 ans de luxe et de volupté", Historia, n°648, décembre 2000. (Prancis)
- Ron Cherry, "Sericulture", Entomological Society of America [1]
- Cook, Robert. Handbook of Textile Fibres Vol. 1: Natural Fibres. Cambridge: Woodhead, 1999.
- "Silk", Encyclopædia Britannica
- "Soie", Encyclopédie Encarta (Prancis)
- Hill, John E. (2009) Through the Jade Gate to Rome: A Study of the Silk Routes during the Later Han Dynasty, 1st to 2nd Centuries CE. John E. Hill. BookSurge, Charleston, South Carolina. ISBN 978-1-4392-2134-1.
- Anne Kraatz, Marie Risselin-Steenebrugen, Michèle Pirazzoli-t'Serstevens et Madeleine Paul-David, "Tissus d'art", in Encyclopædia Universalis, 2006. (Prancis)
- Liu, Xinru (2010). The Silk Road in World History. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-516174-8; ISBN 978-0-19-533810-2 (pbk).
- Toshiharu Furusawa, "The history of Sericulture in Japan – The old and innovative technique for Industry-", Center for Bioresource Field Science, Kyoto Institute of Technology (pdf)
- "Métiers agricoles - Magnaniers", Institut supérieur de l'agroalimentaire [2]
- Ronan, Colin. The Shorter Science and Civilization in China. Cambridge: Cambridge University, 1994. (Prancis)
- Thirsk, Joan (1997) Alternative Agriculture: A History from the Black Death to the Present Day. Oxford: Oxford University, 1997.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Watt, James C.Y.; Wardwell, Anne E. (1997). When silk was gold: Central Asian and Chinese textiles. New York: The Metropolitan Museum of Art. ISBN 978-0870998256.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- China National Silk Museum, Hangzhou, China (中国丝绸博物馆)http://en.chinasilkmuseum.com/ Diarsipkan 2017-12-03 di Wayback Machine.
- « Sericulture in Asia: Yesterday, today, tomorrow », Asia and Pacific Network