Semanggi Suroboyo
Lagu Semanggi Suroboyo merupakan sebuah lagu keroncong yang diciptakan oleh S. Padimin pada era 50-an.[1] Lagu ini merupakan salah satu lagu keroncong yang bercerita tentang makanan atau kuliner, sebuah tema jarang digunakan menjadi tema lagu keroncong. Tema yang sering digunakan untuk lagu keroncong adalah tempat-tempat wisata atau tempat-tempat yang layak dikunjungi,[2] misalnya Bengawan Solo (lagu).
Lirik lagu
[sunting | sunting sumber]Lirik lagu Semanggi Suroboyo:[3]
semanggi suroboyo, lontong balap wonokromo
di makan enak sekali, sayur semanggi kerupuk puli
bung… mari....
harganya sangat murah, sayur semanggi suroboyo
didukung serta dijual mantap dan lezat bung.. beli…
sedap benar bumbunya dan enak rasanya
kangkung turi cukulan dicampurnya
dan tak lupa tempenya
mari bung, coba beli, sepincuk hanya setali
tentu memuaskan hati
mari beli, sayur semanggi, bung… beli…
Penggambaran
[sunting | sunting sumber]Lirik lagu Semanggi Suroboyo cukup sederhana dengan pesan sangat jelas, yaitu memamerkan dan menjelaskan makanan yang bernama semanggi suroboyo, sedangkan makanan bernama lontong balap wonokromo hanya sebagai pelengkap syair. Yang menarik dari lirik lagu Semanggi Suroboyo adalah bahwa unsur makanan yang ditulis bukan merupakan makanan yang umum terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Misalnya daun semanggi, kerupuk puli, kecambah, tempe, dan bumbu yang terbuat dari kacang dan ubi jalar.[2]
Teks lagu "Semanggi Suroboyo" menggambarkan kota Surabaya sebelum menjadi megapolitan. Dulu, Surabaya adalah wilayah agraris dengan dominasi rawa-rawa dan pesawahan yang ditumbuhi semanggi dan tanaman kangkung, sementara di sisi pematang banyak ditemukan pohon turi.[1]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]makanan dengan citarasa yang begitu nikmat dengan taburan-taburan bumbu-bumbu pelengkap menjadikan semanggi suroboyo layak dijadikan sebagai salah satu makanan yang berciri khas dan merupakan bagian dari Identitas dari Kota Surabaya. dengan adanaya pelesatrian melalui musik diharapkan nantinya semanggi suroboyo dapat dijadikan sebagai salah satu icon Kota Surabaya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Widodo Basuki (Pemerhati Budaya, Penyair Sastra Jawa). 5 Maret 2008. Menuju Surabaya Peduli Budaya Diarsipkan 2014-01-08 di Wayback Machine.. Sumber: Jawa Pos, Rabu, 28 Nov 2007.
- ^ a b Widarto. 2 Februari 2009. "Buletin Tjroeng", Semanggi Suroboyo, Mengajak wisata kuliner di kota pahlawan, Edisi 07.
- ^ Doni Irawan. 17 Maret 2009. Semanggi Suroboyo.