Siasat Pengosongan Kota
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
Siasat Pengosongan Kota adalah salah satu dari Tiga Puluh Enam Siasat bertempur di era Tiongkok kuno.
Siasat ini melibatkan pasukan militer yang lemah menghadapi musuh yang kekuatannya lebih besar.[1] Daripada mundur, pemimpin pasukan yang lemah memerintahkan anak buahnya menyiapkan jebakan untuk memerangkap musuh.[1] Pasukan yang kuat tidak yakin apakah mereka menghadapi lawan yang lemah atau sedang dijebak sehingga memutuskan untuk mundur dan menghindari pertempuran. Dalam kata lain, pihak yang lebih kuat tertipu oleh siasat pihak yang lemah.[1]
Penamaan
[sunting | sunting sumber]Kisah Tiga Negara
[sunting | sunting sumber]Siasat mengosongkan kota digambarkan dalam dalam novel Kisah Tiga Kerajaan.[4] Ini merupakan peristiwa fiksi terkenal (tidak tercatat dalam sejarah) yang menunjukkan salah satu kecerdikan Zhuge Liang sebagai ahli siasat. Siasat ini digunakan Zhuge Liang untuk menghalau musuh tanpa menimbulkan jatuhnya korban jiwa.[2]
Para pengawal Zhuge Liang (Chukat Liang / Khong Beng) melaporkan bahwa Sima Yi sedang melancarkan serangan ke Xicheng (Seshia) dengan jumlah tentara sebanyak 150.000 orang.[4] Kota Xicheng hanya memiliki sedikit pegawai yang tidak mengerti ilmu perang dan 2500 orang prajurit.[4]
Zhuge Liang menaiki benteng kota dan menyaksikan dari kejauhan bahwa kedatangan pasukan Sima Yi menimbulkan debu tebal. Setelah itu ia memerintahkan pintu kota di empat sisi dibuka lebar. Di tiap pintu ditaruhnya hanya 20 prajurit yang menyamar menjadi rakyat jelata yang bertugas hanya menyapu jalan.[4]
Khong Beng memerintahkan mereka agar jangan lari ketika musuh datang.[4] Ia pun naik ke atas benteng kota dan memainkan guqin yang diletakkan di atas meja. Sebuah pedupaan diletakkannya di atas meja. Dari dalamnya dibakar dupa hingga asapnya mengepul naik. Dimainkannya dengan riang gembira. Pasukan Sima Yi kemudian menyaksikan adegan tersebut dan merasa was-was sehingga tidak berani masuk.[4]
Ke-20 warga tengah menyapu jalan di muka pintu kota dengan penuh perhatian, bahkan tanpa berpaling ke arah pasukan musuh. Sima Yi kembali ke pasukannya dan memerintahkan mereka mundur ke arah utara. Sima Zhao, putra Sima Yi keheranan "Mengapa ayah menarik mundur para prajurit?" Sima Yi rupanya tertipu oleh pemandangan yang diciptakan oleh Zhuge Liang sehingga ia merasa pasukan mereka pasti akan dijebak jika masuk ke dalam kota Xicheng.
Setelah Sima Yi mundur, Zhuge Liang dan pegawai kota bertepuk tangan karena riangnya. Namun begitu, Zhuge Liang merasa ia sangat beruntung karena menganggap Sima Yi bersikap murah hati. Ia kemudian menyuruh penduduk Xicheng mengungsi karena Sima Yi dan pasukannya diperkirakan akan kembali karena dicegat oleh pasukan Zhao Bao di Gunung Wugong.[4] Sesampainya di Xicheng, Sima Yi baru menyadari bahwa kota telah ditinggalkan dan ia telah tertipu oleh siasat Zhuge Liang.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c To bluff, or not to bluff? Modern-day game theory techniques sheds light on legendary military bluffs, Science Daily. Akses: 06-02-2022.
- ^ a b Zhu Geliang, University of Rochester, Ryan Zu. Akses: 06-02-2022.
- ^ Empty Fort Strategy, New World Encyclopedia. Akses: 07-02-2022.
- ^ a b c d e f g h Puntjak Puntjak Kisah Tiga Negara. Bab Khong Beng Memetik Kecapi, dan lawannya... mundur. Nio Joe Lan. Penerbit Gunung Agung, Jakarta (1962). Hal 157–161