Antar Lintas Sumatera
Didirikan | 29 September 1966 |
---|---|
Kantor pusat | Jalan Sisingamangaraja, Amplas, Medan, Sumatera Utara |
Wilayah layanan | kota-kota di pulau Sumatra dan pulau Jawa |
Jenis layanan | Bus antarkota |
Aliansi |
|
Kelas |
|
Rute terpendek | Medan » Kotanopan
(Bus Reguler) Binjai » Kuala Namu (Bus Bandara) |
Rute terpanjang | Medan » Jember |
Jenis bahan bakar | Solar |
Operator | PT Antar Lintas Sumatera |
Tokoh Kunci | Chandra Lubis (Direktur Utama) |
Situs web | tiketals |
Antar Lintas Sumatera (disingkat ALS) adalah sebuah perusahaan jasa transportasi angkutan penumpang darat dan barang yang berasal dari Sumatera Utara.[1]
ALS pada awalnya didirikan di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara pada tanggal 29 September 1966 dan kemudian ALS berpindah kantor pusat di Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara.
ALS merupakan operator bus terbesar dan tertua di pulau Sumatra dan salah satu pemilik trayek terjauh di Indonesia dengan rute Medan di Sumatera Utara hingga Jember di Jawa Timur. Di samping itu, ALS juga melayani trayek ke banyak kota di pulau Sumatra dan pulau Jawa.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Awal pendiriannya pada tahun 1966, ALS hanya melayani trayek Medan–Kotanopan lalu kemudian menyusul trayek Medan–Bukittinggi. Pada tahun 1972, ALS membuka trayek ke berbagai kota di Sumatera, seperti ke Banda Aceh, Padang, Pekan Baru, Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Bandar Lampung.[1]
Pada tahun 1970-an, di mana kendaraan belum bisa menyeberang ke pulau Jawa karena belum tersedianya kapal feri ro-ro, ALS sudah membuka trayek ke berbagai tujuan di pulau Jawa dengan memakai jasa agen yang mengurus pemberangkatan penumpang dari pelabuhan Merak dengan kendaraan lain.[1]
Pada tahun 1980-an, ketika mobil sudah bisa menyeberang ke Jawa dengan naik kapal feri ro-ro, ALS membuka trayek langsung ke Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Kemudian menyusul trayek ke kota Malang dan Jember. Bahkan, ALS pernah membuka trayek hingga ke pulau Bali, namun harus ditutup rutenya pada tahun 2003 mengingat waktu dan jarak tempuh yang ditempuhnya sangat jauh ditambah dengan kondisi mesin bus nya.[1]
Trayek
[sunting | sunting sumber]Pada masa jaya angkutan bus jarak jauh, ribuan kilometer jalan raya lintas Sumatra baik lintas timur maupun lintas tengah diramaikan oleh ribuan bus yang dikelola oleh ratusan operator bus. ALS dari Sumatera Utara dengan armada sekitar 400 unit bus merupakan raja jalanan di jalur lintas Sumatra bersama PMTOH dari Aceh, ANS dan NPM dari Sumatera Barat, serta Gumarang Jaya dari Lampung.[2][3]
Trayek yang melalui Lintas Timur Sumatra
[sunting | sunting sumber]- Medan—Pekanbaru—Cikampek
- Medan—Pekanbaru—Pangkalan Kerinci
- Medan—Dumai—Surabaya
- Medan—Pematang Siantar—Bagan Batu—Surabaya
- Medan—Pekanbaru—Solo
- Medan-Pekanbaru-Jakarta-Sukorejo-Temanggung-Magelang-Yogyakarta
Trayek yang melalui Lintas Tengah dan Barat Sumatra
[sunting | sunting sumber]- Medan—Toba—Padang Sidempuan—Bogor
- Medan—Toba—Bandung
- Medan—Gunung Tua—Bandung*
- Medan—Sibolga—Padang Sidempuan—Tangerang*
- Medan—Toba—Jakarta
- Medan—Pekanbaru—Jakarta
- Medan—Gunung Tua—Sibuhuan—Pekanbaru—Ngawi—Jember*
- Medan—Pekanbaru—Solo—Surabaya—Malang*
- Medan—Padang Sidempuan—Kotanopan
- Medan—Gunung Tua—Yogyakarta*
- Medan—Gunung Tua—Solo*
- Medan—Gunung Tua—Semarang—Pati*
- Medan—Pekanbaru—Purwokerto
- Medan—Toba—Padang Sidempuan—Palembang
- Medan—Toba—Padang Sidempuan—Bukittinggi—Padang
- Medan—Gunung Tua—Padang Sidempuan—Bukittinggi—Padang
- Medan—Gunung Tua—Padang Sidempuan—Ujung Gading
Catatan : Rute yang ditandai bintang (*) memiliki jalur yang berbeda dalam pulang dan pergi, seperti trip Medan—Gunung Tua—Bandung dan Medan—Gunung Tua—Semarang akan melewati Toba ketika kembali ke arah Medan, trip Medan—Gunung Tua—Yogyakarta, Medan—Sibuhuan—Jember dan Medan—Gunung Tua—Solo akan melewati Pekanbaru—Bagan Batu ketika kembali ke arah Medan (khusus rute Medan—Sibuhuan—Jember akan melewati Tuban—Rembang—Bagan Batu ketika kembali ke arah Medan), trip Sibolga—Tangerang akan melewati Sipirok ketika kembali ke arah Medan, dan trip Medan—Surabaya—Malang akan melewati Blitar ketika kembali ke arah Medan.
Armada
[sunting | sunting sumber]ALS setia menggunakan unit bus antarkotanya dengan mesin dan sasis produk dari Mercedes-Benz berbagai seri.
Ciri khas
[sunting | sunting sumber]ALS mudah diketahui oleh masyarakat dengan paket yang berada diatas bus. Berbagai macam barang bisa dibawa oleh bus ini dengan tarif tertentu.
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (Nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa toke (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Alm. Haji Sati Lubis atau Orang Tua dari Direktur utama PT ALS, ujung 3 milik Alm. H. Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 milik Keluarga Alm. Haji M. Arief Lubis, ujung 8 milik Alm. H. Abdul Wahab Lubis dan Alm. H. Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 milik Alm. Nursewan Lubis dan Alm. Rangkuti. Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Alm. Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Alm. M.Nasir Daulay. Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. Contoh: Bus ALS nomor pintu 311. Angka terakhirnya ialah angka 1, sehingga kepemilikan armada ini berada pada dirut ALS .[4]
Dalam budaya populer
[sunting | sunting sumber]Sebagai salah satu perusahaan otobus tertua dan terkemuka di Indonesia, ALS sudah dikenal oleh banyak kalangan.[5] Tak jarang ada orang-orang yang mengekspresikan perasaan mereka dengan tema bus ini, atau mengambil latar belakang dari bus ini. Salah satu personil trio dari Tapanuli Utara bernama Bonardo Trio pernah mempopulerkan sebuah lagu dengan judul Di Loket Ni ALS (di Loket ALS). Tak hanya itu, seniman asal Mandailing Natal Maryati br Lubis juga pernah membawakan lagu yang bertemakan bus ALS.[butuh rujukan]
Naik Sebagai Penumpang, Turun Sebagai Saudara
[sunting | sunting sumber]Ungkapan tersebut sangat familiar di kalangan pecinta dan pelanggan setia ALS. Jarak tempuh yang jauh dan waktu tempuh yang tidak sebentar membuat kru harus membersamai penumpang setiap saat. Dari sinilah banyak para penumpang yang mengenali para kru bus ALS, bahkan menjadi langganan dan kenal dekat seperti saudara sendiri.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e "Sejarah Bis PT Antar Lintas Sumatra (ALS)" Diarsipkan 2015-11-17 di Wayback Machine. National Bus Community, 27 Desember 2014. Diakses 15 November 2015.
- ^ "Bus ALS, Si Penjelajah Kawasan Sumatera, Jawa hingga Denpasar Riwayatmu Kini". Sindonews.com. 2019-12-10. Diakses tanggal 2020-10-08.
- ^ Kurnia, Ilham (2019-06-04). "ALS ; Bus Dengan Trayek Terjauh, Lintas Sumatera – Jawa". GoWest.ID. Diakses tanggal 2020-10-08.
- ^ Radityasani, Muhammad Fathan (2020-11-21). Maulana, Aditya, ed. "Kenali Arti dari Nomor Pintu yang Ada di Bus PO ALS". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-12-28.
- ^ "Belum Banyak yang Tahu, Ini 5 PO Bus di Indonesia yang Berusia 50 Tahun!". kumparan. Diakses tanggal 2021-05-29.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- "Naik Bus ke Sumatra Lebih Berkesan" Kompas.com
- "Asyiknya Bus ALS Mandi di Sungai Nopan" Diarsipkan 2015-11-18 di Wayback Machine. TransMagz