Lompat ke isi

Garis suksesi takhta Malaysia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Malaysia menerapkan sistem monarki terpilih, sehingga tidak memiliki garis suksesi takhta secara langsung. Dalam hal kedudukan Yang di-Pertuan Agong lowong (mangkat, tidak layak, atau mengundurkan diri), Majelis Raja-Raja akan mengadakan pertemuan untuk memilih Yang di-Pertuan Agong yang baru dari sembilan penguasa negara bagian Melayu. Sementara itu, jabatan Timbalan Yang di-Pertuan Agong (Wakil Yang di-Pertuan Agong) tidak secara langsung menjadi penerus takhta kerajaan. Pemilihan Yang di-Pertuan Agong sendiri didasarkan pada Pasal 32 Konstitusi Malaysia.

Menurut konvensi, Yang di-Pertuan Agong dipilih berdasarkan urutan kesenioran kerajaan negara bagian.[1]

Takhta federal

[sunting | sunting sumber]
Penyusunan Negara Bagian Pemimpin Pada takhta federal
Yang di-Pertuan Agong
Catatan
1  Negeri Sembilan Tuanku Muhriz
(sejak 29 Desember 2008)
N/A
2  Selangor Sultan Sharafuddin Idris Shah
(sejak 21 November 2001)
N/A
3  Perlis Tuanku Syed Sirajuddin
(sejak 17 April 2000)
13 Desember 2001–12 Desember 2006 Yang di-Pertuan Agong ke-12
4  Terengganu Sultan Mizan Zainal Abidin
(sejak 15 Mei 1998)
13 Desember 2006–12 Desember 2011 Yang di-Pertuan Agong ke-13
5  Kedah Sultan Sallehuddin
(sejak 12 September 2017)
N/A
6  Kelantan Sultan Muhammad V
(sejak 13 September 2010)
13 Desember 2016–6 Januari 2019 Yang di-Pertuan Agong ke-15
7  Pahang Al-Sultan Abdullah
(sejak 15 Januari 2019)
31 Januari 2019–30 Januari 2024 Yang di-Pertuan Agong ke-16
8  Johor Sultan Ibrahim Ismail
(sejak 23 Januari 2010)
31 Januari 2024–sekarang Yang di-Pertuan Agong ke-17
9  Perak Sultan Nazrin Mu'izzuddin Shah
(sejak 28 Mei 2015)
N/A

Takhta negara bagian

[sunting | sunting sumber]

Sembilan negara bagian dari kesemua negara bagian Malaysia dikepalai oleh seorang penguasa Melayu dan berbentuk monarki. Garis suksesi dari sembilan negara bagian tersebut adalah sebagai berikut:[2]

Negeri Sembilan

[sunting | sunting sumber]

Dalam garis suksesi takhta, Negeri Sembilan menggunakan sistem monarki elektif dan bukan wangsa monarki linear. Empat luak (distrik) terbesar di Negeri Sembilan memiliki hak untuk memilih seorang Undang, yang juga merupakan seorang pelantik Raja. Jika kedudukan Yang di-Pertuan Besar lowong, maka keempat Undang tersebut akan dikumpulkan dan menunjuk penerus di antara Empat Pangeran. Empat Pangeran tersebut terdiri atas Tunku Besar Seri Menanti (saat ini Tunku Ali Redhauddin), Tunku Laksamana (saat ini Tunku Naquiyuddin), Tunku Muda Serting (saat ini Tunku Imran), serta Tunku Panglima Besar (saat ini Tunku Nadzaruddin). Yang di-Pertuan Besar yang menjabat saat ini adalah Tuanku Muhriz.

  • Tuanku Syed Putra (1920–2000)
    • Tuanku Syed Sirajuddin (lahir 1943)
    • (3) Syed Badaruddin, Tengku Sharif Bendahara (lahir 1945)
      • (4) Syed Mashafuddin (lahir 1974)
    • (5) Syed Amir Zainal Abidin, Tengku Sharif Temenggong (lahir 1950)
      • (6) Syed Budriz Putra, Engku Maharaja Lela Setia Paduka Selangor (lahir 1972)
        • (7) Syed Aqil Harrith (lahir 2001)
    • (8) Syed Razlan, Tengku Sharif Laksamana (lahir 1951)
      • (9) Syed Muhammad Hazrain (lahir 1978)
        • (10) Syed Hazriq (lahir 2012)
        • (11) Syed Hazriv (lahir 2013)
      • (12) Syed Muhammad Hafiz (lahir 1981)
    • (13) Syed Zainol Anwar, Tengku Sharif Panglima (lahir 1952)
      • (14) Syed Haizam Hishamuddin, Engku Panglima Setia Diraja Selangor (lahir 1983)
        • (15) Syed Azlan Salahuddin Putra
      • (16) Syed Jufri Ziauddin (lahir 1992)
        • (17) Syed Ayden Husain Mateen Aziz Putra
    • (18) Syed Zainal Rashid (lahir 1953)
    • (19) Syed Azni (lahir 1954)
      • (20) Syed Fariz Naqiuddin (lahir 1985)
      • (21) Syed Haniff Iskandar (lahir 1992)
    • (22) Syed Badlishah (lahir 1958)
      • (23) Syed Fezriq (lahir 1980)
      • (24) Syed Felsham (lahir 1984)
      • (25) Syed Fernash (lahir 1988)

Terengganu

[sunting | sunting sumber]
  • Sultan Iskandar (1932–2010)
    • Sultan Ibrahim (lahir 1958)
      • (1) Tunku Ismail Idris, Tunku Mahkota, Putra Mahkota (lahir 1984)
      • (4) Tunku Idris, Tunku Temenggong (lahir 1987)
      • (5) Tunku Abdul Rahman Hassanal Jefri, Tunku Panglima (lahir 1993)
      • (6) Tunku Abu Bakar, Tunku Putera (lahir 2001)
    • (7) Tunku Abdul Majid, Tunku Aris Bendahara (lahir 1970)
      • (8) Tunku Mahmood Iskandar (lahir 2006)
      • (9) Tunku Abdul Mateen Idris Ismail Ibrahim Iskandar (lahir 2015)

Berbeda dengan negara bagian lainnya, wangsa penguasa Perak menerapkan urutan suksesi yang lebih kompleks. Sultan yang sedang berkuasa akan menunjuk pangeran dari jalur laki-laki untuk mendapat gelar tinggi tertentu. Pangeran-pangeran ini berada di susunan tata tempat yang ketat dan mengindikasikan urutannya dalam suksesi takhta Perak. Sejak keputusan pada 25 Februari 1953, hierarki gelar dan urutan suksesi takhta dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Raja Muda (Pangeran Mahkota, saat ini Raja Jaafar)
  2. Raja di-Hilir (Wakil Pangeran Mahkota, saat ini Raja Iskandar Zulkarnain)
  3. Raja Kechil Besar (saat ini Raja Azlan Muzzaffar Shah)
  4. Raja Kechil Sulong (saat ini Raja Ahmad Nazim Azlan Shah)
  5. Raja Kechil Tengah (saat ini Raja Iskandar)
  6. Raja Kechil Bongsu (saat ini Raja Izuddin Chulan)

Walau pemegang gelar biasanya ditunjuk untuk menjabat gelar seumur hidup, gelar tersebut bisa saja dicabut dengan alasan tidak mampu maupun tidak layak. Jika seorang pemegang gelar wafat ataupun dinaikkan jabatannya, maka pemegang gelar di bawahnya akan menjadi pemegang gelar yang baru. Raja Muda merupakan seorang penerus takhta yang akan menggantikan Sultan setelah wafat maupun turun takhta, sementara Raja di-Hilir akan menjadi Raja Muda setelahnya. Setelah itu, Raja Kechil Besar akan menjadi Raja di-Hilir dan begitupun seterusnya. Sultan yang baru kemudian akan menunjuk Raja Kechil Bongsu yang lowong setelah dirinya menaiki takhta Sultan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Bagaimana proses pemilihan Yang di-Pertuan Agong?" (dalam bahasa Melayu). Sinar Harian. 7 Januari 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-28. Diakses tanggal 23 Juli 2021. 
  2. ^ "Malaysia: Land of Nine Kings" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-10. Diakses tanggal 22 Februari 2012. 
  3. ^ Hasnan, Harits Asyraf (15 Oktober 2016). "Tengku Amir Shah sempurnakan istiadat pemasyhuran Raja Muda Selangor". astroawani.com (dalam bahasa Melayu). Astro Awani. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-11. Diakses tanggal 25 Januari 2018. 
  4. ^ a b Sharif, Aizat (26 November 2017). "Raja Muda Kedah ke-20 dimasyhur". myMetro. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-10. Diakses tanggal 26 November 2017. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]