Lompat ke isi

Perubahan makna

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perubahan makna (juga disebut pergeseran makna, pengembangan makna atau penyimpangan makna) merupakan evolusi penggunaan kata — biasanya hingga tahapan makna modern menjadi sangat berbeda dari makna aslinya. Dalam linguistik diakronis (atau historis), perubahan makna merupakan perubahan pada salah satu makna sebuah kata. Setiap kata memiliki beraneka makna dan konotasi yang dapat ditambah, dikurang, atau diubah sepanjang masa sehingga kognat lintas ruang dan waktu dapat memiliki makna-makna yang sangat berbeda. Pengkajian perubahan makna menjadi bagian pengkajian etimologi, onomasiologi, semasiologi, dan semantik.

Jenis perubahan makna

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah skema klasifikasi telah diusulkan untuk mengelompokkan perubahan makna. Skema yang diterima luas dalam dunia akademis berbahasa Inggris adalah gagasan Bloomfield (1933):

  • Penyempitan: perubahan dari tingkat superordinat ke tingkat subordinat. Contohnya, skyline dulunya secara umum bermakna cakrawala, tetapi di Amerika Serikat sekarang menyempit maknanya menjadi cakrawala yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit.[1]
  • Perluasan: terdapat banyak contoh nama produk yang digunakan untuk menyebut produk yang serupa secara umum, seperti Kleenex.[1] Penggunaan semacam ini disebut generonimia: lihat generikisasi.
  • Metafora: perubahan berdasarkan keserupaan pada sesuatu. Contohnya, broadcast aslinya bermakna "menebar benih". Dengan perkembangan radio dan televisi, kata ini diberi makna baru pemancaran sinyal audio dan video. Di luar lingkup pertanian, sangat jarang yang digunakan broadcast dengan makna aslinya.[1]
  • Metonimia: perubahan berdasarkan kedekatan ruang atau waktu, contohnya, jaw "pipi" → "rahang bawah".
  • Sinekdoke: perubahan berdasarkan hubuhan keseluruhan-bagian. Penyebutan kota-kota besar dengan maksud untuk negara atau pemerintahannya merupakan kesepakatan umum dan contoh dari sinekdoke.
  • Sinekdoke: sejenis metonimia yang mengaitkan hubungan bagian dengan keseluruhan, contohnya hands ("tangan") pada idiom all hands on deck → seluruh tubuh. Idiom ini berarti semua orang harus terlibat membantu.
  • Hiperbol: perubahan dari makna lemah menjadi kuat. Contohnya, kill "menyiksa" → "membunuh".
  • Meiosis: perubahan dari makna kuat menjadi lemah. Contohnya, astound "tersambar petir" → "memberi kejutan".
  • Degradasi: contohnya, knave "bocah" → "pelayan" → "pria penipu dan hina".
  • Elevasi: contohnya, knight "bocah" → "satria".

Selain itu, pengelompokan menurut Blank (1998)[tidak jelas] juga banyak dipakai:[2]

  • Metafora: perubahan berdasarkan keserupaan antara konsep, contohnya, mouse "hewan pengerat" → "perangkat komputer".
  • Metonimia: perubahan berdasarkan persentuhan antara konsep, contohnya, horn "tanduk binatang" → "alat musik".
  • Pengkhususan makna: pergeseran-makna-turun dalam taksonomi, contohnya, corn "biji-bijian" → "gandum" (Britania Raya), → "jagung" (Amerika Serikat).
  • Penyamarataan makna: pergeseran-makna-naik dalam taksonomi, contohnya, hoover "pengisap debu bermerek Hoover" → "segala jenis pengisap debu".
  • Pemindahan kohiponimis: pergeseran-makna-horizontal dalam taksonomi, contohnya kebingunan akan kata mouse dan rat dalam beberapa dialek bahasa Inggris.
  • Antifrasis: perubahan berdasarkan aspek kontrastif dari suatu konsep, contohnya, perfect lady dengan pengertian "wanita tuna susila".
  • Swaantonimia: perubahan konsep dan makna kata menjadi lawan-kata-yang-melengkapi, contohnya, bad ("buruk") sebagai makna slang dari "baik".
  • Swakonversi: pengungkapan-dalam-kata suatu hubungan menggunakan dua-ujung dari hubungan-yang-bersangkutan, contohnya, take ("mengambil") dalam dialek digunakan sebagai "memberi".
  • Elipsis: perubahan makna berdasarkan the contiguity of names. Contohnya, car "cart" → "automobile", semenjak (motor) car diciptakan.
  • Etimologi rakyat: perubahan makna berdasarkan kesamaan nama. Contohnya, contredanse dalam bahasa Prancis mulanya berasal dari country dance dalam bahasa Inggris.

Blank berpikir ada masalah apabila memasukkan ameliorasi dan peyorasi serta penguatan dan pelemahan makna dalam klasifikasi. Menurutnya, keempatnya bukan fenomena yang dapat diklasifikasikan secara obyektif, melainkan dapat diletakkan dalam kelompok-kelompok lain sebagaimana ia contohkan.

Penyebab terjadinya perubahan makna

[sunting | sunting sumber]

Blank[3] menyusun daftar lengkap motif yang melantari perubahan makna. Keseluruhan daftar diringkas menjadi beberapa kelompok penyebab:

  • Tekanan burit
  • Tekanan psikologis
  • Tekanan sosial-budaya
  • Tekanan budaya/ensiklopedis

Daftar ini dimutakhirkan oleh Grzega (2004) dan sedikit menjadi lebih banyak:[4]

  • Kekaburan makna (kesulitan dalam mengelompokkan referen atau menemukan kata yang tepat untuk referen sehingga mampuradukkan sebutan)
  • Dominansi prototipe (perbedaan samar antara istilah superordinat dan subordinat karena monopoli anggota prototipikal dari suatu kategori di dunia nyata)
  • Alasan sosial (situasi persentuhan bahasa dengan dampak "nirdemarkasi")
  • Pra- dan proskriptivisme bahasa institusional dan nirinstitusional (contohnya, pra- dan proskriptivisme bahasa legal dan kelompok-sebaya yang bertujuan "demarkasi")
  • Sanjungan
  • Cemoohan
  • Bahasa penyamaran ("salah nama")
  • Tabu (konsep-konsep yang tabu)
  • Alasan indah-resmi (penghindaran penggunaan kata yang secara fonetis serupa atau sama dengan kata-kata bermakna buruk)
  • Alasan komunikatif-resmi (penghapusan bentuk-bentuk bertaksa dalam konteks, kata kunci: "pertentangan homonimik dan pertentangan polisemik")
  • Permaikan kata-kata
  • Panjang kata yang berlebihan
  • Kesalahan penafsiran secara morfologis (kata kunci: "etimologi rakyat", penciptaan keterbukaan dengan perubahan dalam kata)
  • Alasan logis-resmi (kata kunci: "regularisasi leksikal", peciptaan konsosiasi)
  • Kebutuhan akan keplastisan (penciptaan suatu nama karena alasan menonjol)
  • Ciri khas antropologis akan suatu konsep (emosi tertentu secara antropologis yang dimiliki suatu konsep, "ciri khas alami")
  • Ciri khas beralasan budaya akan suatu konsep ("kepentingan budaya")
  • Perubahan referen (perubahan-perubahan di dunia)
  • Perubahan cara pandang terhadap dunia (perubahan dalam mengelompokkan dunia)
  • Prestis/tren (karena sifat prestis yang terdapat pada bahasa atau varian bahasa lain, pola-pola pembentukan kata, atau titik-titik perluasan makna)

Kajian praktis

[sunting | sunting sumber]

Lepas dari kajian-kajian tunggal, kamus etimologis merupakan buku rujukan paling penting untuk mencari tentang perubahan makna.

Kajian teoretis

[sunting | sunting sumber]

Ulasan-ulasan terkini tentang perubahan makna telah disajikan oleh Blank[5] dan Blank & Koch (1999). Perubahan makna telah menjadi bahasan akademis sejak zaman dulu. Karya-karya besar pertama dari zaman modern meliputi karya-karya Reisig (1839), Darmesteter (1887), Bréal (1899), Paul (1880), Stern (1931), Bloomfield (1933) dan Stephen Ullmann.[6] Pengkajian di luar analisis kata per kata telah digagas seiring munculnya analisis medan makna oleh Trier (1931), yang menganggap setiap perubahan makna berpengaruh juga pada seluruh kata dalam sebuah medan makna.[7] Pendekatan ini kemudian dimutakhirkan oleh Coseriu (1964). Di samping itu, Fritz (1964) mengenalkan kajian semantik generatif. Selanjutnya, karya-karya terbaru yang mencakup kajian tentang teori-teori pragmatik dan kognitif adalah karya-karya Warren (1992), Dirk Geeraerts,[8] Traugott (1990) dan Blank (1997).

Seperti yang disebutkan di atas, tipologi yang paling sering digunakan adalah tipologi Bloomfield (1933) dan Blank (1998). Tipologi lainnya adalah sebagai berikut.

Tipologi Reisig (1839)

[sunting | sunting sumber]

Gagasan Reisig tentang klasifikasi perubahan makna diterbitkan setelah ia meninggal. Ia mempergunakan retorika klasik dan membedakan antara

  • Sinekdoke: pergeseran antara bagian dan keseluruhan
  • Metonimia: pergeseran antara sebab dan akibat
  • Metafora

Tipologi Paul (1880)

[sunting | sunting sumber]
  • Pengkhususan: perluasan makna-makna tunggal pada makna sebuah kata
  • Pengkhususan pada bagian tertentu suatu konten: penyempitan makna-makna tunggal pada makna sebuah kata
  • Pergantian gagasan yang berkaitan dengan gagasan dasar secara spasial, temporal, maupun kausal

Tipologi Darmesteter (1887)

[sunting | sunting sumber]
  • Metafora
  • Metonimi
  • Penyempitan makna
  • Perluasan makna

Dua terakhir merupakan perubahan antara keseluruhan dan bagian yang saat ini dikenal sebagai sinekdoke.

Tipologi Bréal (1899)

[sunting | sunting sumber]
  • Pembatasan makna: perubahan dari makna umum ke makna khusus
  • Pelebaran makna: perubahan dari makna khusus ke makna umum
  • Metafora
  • "Penebalan" makna: perubahan dari makna abstrak ke makna konkret

Tipologi Stern (1931)

[sunting | sunting sumber]
  • Substitusi: perubahan berkaitan dengan perubahan objek, perubahan konsep objek, perubahan sikap terhadap objek, dalam bahasa Inggris contohnya, artillery "senjata perang untuk melemparkan misil" → "senapan pasang", atom "unsur fisika-kimia terkecil yang tak dapat dipisah lagi" → "unsur fisika-kimia yang terdiri dari elektron", scholasticism "aliran filosofi Abad Pertengahan" → "ketaatan seperti menghamba pada laku dan ajaran suatu aliran"
  • Analogi: perubahan yang dipicu oleh perubahan kata yang berkaitan, dalam bahasa Inggris contohnya, fast adj. "kencang dan cepat" ← faste adv. "dengan kencang, dengan cepat")
  • Pemendekan: dalam bahasa Inggris contohnya, periodicalperiodical paper
  • Nominasi: "penamaan disengaja suatu referen, baru atau lama, dengan nama yang tidak digunakan sebelumnya untuk menyebut referen tersebut" (Stern 1931: 282), dalam bahasa Inggris contohnya, lion "pemberani" ← lion
  • Peralihan regular: nominasi bawah sadar
  • Permutasi: pergeseran tak sengaja suatu referen ke referen lain karena penafsiran ulang akan suatu keadaan, dalam bahsa Inggris contohnya, bead "doa" → "manik-manik pada tasbih, rosario")
  • Adekuasi: perubahan sikap terhadap suatu konsep; perbedaan ini dengan substitusi tidak jelas.

Klasifikasi ini sepenuhnya membedakan antara proses dan penyebab perubahan makna.

Tipologi Ullmann (1957, 1962)

[sunting | sunting sumber]

Ullmann membedakan antara hakikat dan konsekuensi perubahan makna:

  • Hakikat perubahan makna
    • Metafora: perubahan karena keserupaan makna
    • Metonimia: perubahan karena persentuhan makna
    • Etimologi rakyat: perubahan karena keserupaan nama
    • Elipsis: perubahan karena persentuhan nama
  • Konsekuensi perubahan makna
    • Perluasan makna: peningkatan kuantitas makna
    • Penyempitan makna: penurunan kantitas makna
    • Ameliorasi makna: peningkatan kualitas makna
    • Peyorasi makna: penurunan kualitas makna

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Jeffers & Lehiste (1979:129)
  2. ^ Grzega (2004) memarafrasakan pengelompokan ini (kecuali elipsis dan etimologi rakyat) menjadi hubungan "serupa dengan", hubungan "berdekatan dengan", hubungan "bagian dari", hubungan "sejenis dengan" (untuk pengkhususan dan penyamarataan makna), hubungan "berkerabat dengan", dan hubungan "berlawanan dari" (untuk antifrasis, swaantonimia, dan swakonversi), respectively
  3. ^ dalam Blank (1997) dan Blank (1999)
  4. ^ Bandingkan Grzega (2004) dan Grzega & Schöner (2007)
  5. ^ Blank (1997:7–46)
  6. ^ dalam Ullmann (1957), dan Ullmann (1962)
  7. ^ Contoh mengenai yang satu ini adalah kata bahasa Inggris Kuno: meat (atau mete) yang mengacu pada seluruh makanan berbentuk padat, sementara flesh (flæsc) mengacu pada jaringan pada tubuh hewan dan food (foda) mengacu pada makanan hewan; meat kemudian bermakna terbatas menjadi flesh dari hewan, sementara flesh bermakna terbatas menjadi jaringan pada tubuh manusia, dan food mengalami penyamarataan hingga mengacu pada segala jenis makanan berbentuk padat Jeffers & Lehiste (1979:130)
  8. ^ dalam Geeraerts (1983) dan Geeraerts (1997)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Blank, Andreas (1997), Prinzipien des lexikalischen Bedeutungswandels am Beispiel der romanischen Sprachen (Beihefte zur Zeitschrift für romanische Philologie 285), Tübingen: Niemeyer 
  • Blank, Andreas (1999), "Why do new meanings occur? A cognitive typology of the motivations for lexical Semantic change", in Blank, Andreas; Koch, Peter, Historical Semantics and Cognition, Berlin/New York: Mouton de Gruyter, pp. 61–90 
  • Blank, Andreas; Koch, Peter (1999), "Introduction: Historical Semantics and Cognition", in Blank, Andreas; Koch, Peter, Historical Semantics and Cognition, Berlin/New York: Mouton de Gruyter, pp. 1–16 
  • Bloomfield, Leonard (1933), Language, New York: Allen & Unwin 
  • Bréal, Michel (1899), Essai de sémantique (2nd ed.), Paris: Hachette 
  • Coseriu, Eugenio (1964), "Pour une sémantique diachronique structurale", Travaux de Linguistique et de Littérature 2: 139–186 
  • Darmesteter, Arsène (1887), La vie des mots, Paris: Delagrave 
  • Fritz, Gerd (1974), Bedeutungswandel im Deutschen, Tübingen: Niemeyer 
  • Geeraerts, Dirk (1983), "Reclassifying Semantic change", Quaderni di semantica 4: 217–240 
  • Geeraerts, Dirk (1997), Diachronic prototype Semantics: a contribution to historical lexicology, Oxford: Clarendon 
  • Grzega, Joachim (2004), Bezeichnungswandel: Wie, Warum, Wozu? Ein Beitrag zur englischen und allgemeinen Onomasiologie, Heidelberg: Winter 
  • Grzega, Joachim; Schöner, Marion (2007), English and general historical lexicology: materials for onomasiology seminars (PDF), Eichstätt: Universität 
  • Jeffers, Robert J.; Lehiste, Ilse (1979), Principles and methods for historical linguistics, MIT press, ISBN 0-262-60011-0 
  • Paul, Hermann (1880), Prinzipien der Sprachgeschichte, Tübingen: Niemeyer 
  • Reisig, Karl (1839), "Semasiologie oder Bedeutungslehre", in Haase, Friedrich, Professor Karl Reisigs Vorlesungen über lateinische Sprachwissenschaft, Leipzig: Lehnhold 
  • Stern, Gustaf (1931), Meaning andcChange of meaning with special reference to the English language, Göteborg: Elander 
  • Traugott, Elizabeth Closs (1990), "From less to more situated in language: the unidirectionality of Semantic change", in Adamson, Silvia; Law, Vivian A.; Vincent, Nigel; Wright, Susan, Papers from the Fifth International Conference on English Historical Linguistics, Amsterdam: Benjamins, pp. 496–517 
  • Trier, Jost (1931), Der deutsche Wortschatz im Sinnbezirk des Verstandes (dissertation) 
  • Ullmann, Stephen (1957), Principles of Semantics (2nd ed.), Oxford: Blackwell 
  • Ullmann, Stephen (1962), Semantics: An introduction to the science of meaning, Oxford: Blackwell 
  • Vanhove, Martine (2008), From Polysemy to Semantic change: Towards a Typology of Lexical Semantic Associations, Studies in Language Companion Series 106, Amsterdam, New York: Benjamins.
  • Warren, Beatrice (1992), Sense Developments: A contrastive study of the development of slang senses and novel standard senses in English, [Acta Universitatis Stockholmiensis 80], Stockholm: Almqvist & Wiksell 
  • Zuckermann, Ghil'ad (2003), Language Contact and Lexical Enrichment in Israeli Hebrew Diarsipkan 2014-02-01 di Wayback Machine.. Palgrave Macmillan, ISBN 140391723X.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Grzega, Joachim (2000), "Historical Semantics in the Light of Cognitive Linguistics: Aspects of a new reference book reviewed", Arbeiten aus Anglistik und Amerikanistik 25: 233–244.
  • Koch, Peter (2002), "Lexical typology from a cognitive and linguistic point of view", in: Cruse, D. Alan et al. (eds.), Lexicology: An international handbook on the nature and structure of words and vocabularies/lexikologie: Ein internationales Handbuch zur Natur und Struktur von Wörtern und Wortschätzen, [Handbücher zur Sprach- und Kommunikationswissenschaft 21], Berlin/New York: Walter de Gruyter, vol. 1, 1142–1178.
  • Wundt, Wilhelm (1912), Völkerpsychologie: Eine Untersuchung der Entwicklungsgesetze von Sprache, Mythus und Sitte, vol. 2,2: Die Sprache, Leipzig: Engelmann.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]