Bias kebertahanan
Bias kebertahanan atau bias penyintasan (bahasa Inggris: Survivorship bias) adalah kesalahan logika karena memusatkan perhatian pada orang atau benda yang berhasil melalui suatu proses dan mengabaikan mereka yang tidak, sehingga mengarahkan pada kesimpulan yang salah. Dengan kata lain, bias kebertahanan adalah jenis bias seleksi dimana suatu hasil dari hasil tertentu dievaluasi secara tidak tepat. Bias ini dapat menimbulkan keyakinan yang terlalu optimistik karena mengabaikan kegagalan, seperti saat perusahaan yang sudah bangkrut tidak diikutkan dalam analisis performa finansial. Bias kebertahanan juga dapat menyebabkan keyakinan yang salah bahwa keberhasilan dalam suatu kelompok disebabkan oleh properti khusus.
Bias kebertahanan merupakan salah satu jenis bias seleksi.
Contoh Bias Kebertahanan
[sunting | sunting sumber]- Jika tiga dari lima murid dengan nilai terbaik berasal dari SMA yang sama, orang akan berpikir bahwa SMA itu pasti bagus. Hal ini mungkin benar, tetapi pertanyaan ini tak dapat dijawab tanpa melihat nilai semua murid dalam sekolah itu, tidak hanya mereka yang berhasil melewati proses seleksi lima terbaik.
- Vaksin tidak penting, orang zaman dahulu bisa hidup tanpa vaksin. Faktanya, orang zaman dahulu sangat rentan dengan berbagai macam penyakit. Angka kelahiran tinggi yang disertai angka kematian yang tinggi juga.
- Lagu zaman sekarang dianggap tidak lebih baik dari lagu zaman dulu. Namun jika kita perhatikan, mayoritas masyarakat hanya mendengar lagu-lagu zaman dulu yang bagus dan terkenal. Padahal, lagu zaman dulu juga banyak yang tidak lebih baik daripada lagu zaman sekarang.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- Ioannidis, J. P. A. (2005). "Why Most Published Research Findings Are False". PLoS Med. 2 (8): e124. doi:10.1371/journal.pmed.0020124.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Survivorship Bias (at Brilliant)
- (Indonesia) Bias Kebertahanan: Kesesatan Logika yang Berbahaya (at Informasains)