Lompat ke isi

Bintaran (Kota Yogyakarta)

Koordinat: 7°48′18″S 110°22′36″E / 7.80500°S 110.37667°E / -7.80500; 110.37667
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gereja Katolik Santo Yoseph di Bintaran

Bintaran (bahasa Jawa: ꧋ꦧꦶꦤ꧀ꦠꦫꦤ꧀) adalah nama satu kawasan di Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta. Meski begitu, kawasan ini adalah bagian dalam kawasan cagar budaya Pakualaman menurut Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 186/KEP/2011.[1] 7°48′18″S 110°22′36″E / 7.80500°S 110.37667°E / -7.80500; 110.37667

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Nama Bintaran diambil dari nama salah satu pangeran dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yakni Bendara Pangeran Harya Bintara, putra ke-2 Sultan Hamengkubuwana VII dari selirnya. Ia tinggal di sekitar wilayah tersebut, sehingga nama kampung tempat ia tinggal pun dinamai Bintaran, dan rumah tempat tinggalnya bernama Ndalem Bintaran.[2]

Bintaran pada tahun 1890

Keberadaan kawasan Bintaran telah ada sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VII, mengingat kawasan ini merupakan tempat tinggal dari Pangeran Bintara, anak Sultan ke-22.

Kawasan ini mulai berkembang setelah Perang Jawa, dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk orang eropa secara signifikan setelah terjadinya perang tersebut. Sedangkan kondisi perkampungan orang eropa di loji kecil dan loji gedhe (kawasan Benteng Vredeburg sekarang) tidak memungkinkan untuk memuat lebih banyak orang eropa disitu. Alhasil, pemerintah Hindia Belanda menyediakan wilayah bagi orang-orang Eropa di sisi timur benteng, untuk dijadikan kawasan tempat tinggal. Kali ini, Bintaran dipilih menjadi kawasan pengembangan tempat tinggal tersebut.[3]

Perkembangan kawasan ini berlangsung pada dekade 1860 hingga 1890, setelah Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengizinkan pengembangan wilayah tersebut. Orang-orang eropa diberi kebebasan untuk membangun rumah mereka sendiri. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga memberikan dukungan dengan menyediakan beberapa fasilitas umum di sekitar kawasan tersebut, seperti gereja dan barak militer.[4]

Setidaknya Bintaran menjadi kawasan andalan tempat tinggal orang eropa hingga awal abad ke-20. Di dekade 1920 hingga 1930, kawasan ini terbilang cukup padat dan sulit untuk menampung lebih banyak rumah-rumah bagi orang eropa. Perkembangan kawasan pun berpindah dari Bintaran menuju ke Kotabaru di sisi utata, sehingga perkembangan perumahan di kawasan Bintaran hanya sampai di abad ini saja.[3]

Gaya arsitektur kawasan Bintaran bercorak Indische Empire Style yang merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Perancis yang megah dengan gaya arsitektur Belanda yang disesuaikan dengan iklim tropis yang dikembangkan oleh Daendels.

Tempat Bersejarah

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Sistem Informasi Cagar Budaya". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  2. ^ Sulistyowati, Nur Aini dan Priyatmoko, Heri. 2019. Toponim Kota Yogyakarta. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  3. ^ a b "Mengenal Lebih Dekat Kampung Bintaran di Jogja". klaverstory.com. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  4. ^ "Bintaran, dari Kediaman Pangeran Bintoro ke Kawasan Indische". klaverstory.com. Diakses tanggal 2023-03-25. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]