Hyangdeok
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada November 2022. |
Hyangdeok (?-?;향덕;向德) adalah seorang tokoh dari Silla Bersatu.[1] Dalam sejarah Korea, Hyangdeok dijadikan sebagai panutan sikap bakti pada orang tua (효자향덕).[1]
Kisah Hyangdeok
[sunting | sunting sumber]Menurut Samguk Sagi Hyangdeok hidup pada tahun ke-14 masa pemerintahan Raja Gyeongdeok (tahun 755) di kota Gongju bersama ibunya yang miskin. Pada tahun 755, terjadi kegagalan panen di Silla dan banyak orang menderita kelaparan. Ibu Hyangdeok menderita penyakit berbahaya, sejenis tumor yang telah menyebar ke seluruh bagian tubuhnya. Tumor tersebut kemudian membengkak di bagian kaki menyebar ke tulang. Hyangdeok menghisap nanah di tumor tersebut setiap malam, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan.
Hyangdeok menemui seorang tabib dan menanyakan obat atau perawatan apa yang dapat menyembuhkan tumor. Tabib itu mengatakan bahwa tumor yang telah menyebar ke tulang tidak dapat disembuhkan. Ia dapat membedahnya, namun tidak mungkin dengan kondisinya yang sangat lemah. Tabib itu menyarankan agar ibunya memakan makanan yang bergizi seperti daging sapi untuk untuk dapat sembuh. Ia tak punya uang dan daging sapi pun sangat sulit dijumpai pada masa kelaparan.
Di rumah Hyangdeok memotong daging di bagian kakinya dan memasaknya untuk ibunya. Melihat masakan yang disajikan Hyangdeok, ibunya merasa keheranan. Hyangdeok berbohong bahwa ia mendapatkannya dari tetangga yang menyembelih sapi dan menyembunyikan luka di kakinya. Setelah makan masakan itu, kondisi ibunya perlahan-lahan menjadi semakin baik dan akhirnya mulai bisa berdiri kembali. Namun, akibatnya kaki Hyangdeok menjadi pincang. Suatu hari saat ia sedang mencari ikan di sungai, seorang pejabat yang melihat kakinya yang berdarah. Kemudian, ia bertanya pada Hyangdeok apa yang terjadi pada kakinya dan Hyangdeok menceritakan hal tersebut padanya. Pejabat tersebut menjadi terharu dan melaporkan hal tersebut ke istana. Raja Gyeongdeok yang mendengar pengorbanan Hyangdeok kepada ibunya merasa tersentuh dan memerintahkan agar Hyangdeok dihadiahkan 300 karung beras, sebuah rumah dan tanah untuk dikerjakan. Di Gongju sampai kini terdapat tugu yang dibangun oleh pemerintahan lokal pada saat itu untuk menghargai pengorbanan Hyangdeok.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b (Korea)한국도 빠지지 않는 효행[pranala nonaktif permanen], sciencetimes.co.kr. Diakses pada 18 Agustus 2010.
- ^ (Korea)향덕정려비각 Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine., tour.go.kr. Diakses pada 18 Agustus 2010.