Kutukan pengetahuan
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Kutukan pengetahuan (curse of knowledge) adalah bias kognitif ketika orang-orang yang lebih tahu merasa sangat sulit memikirkan masalah dari sudut pandang orang-orang yang kurang/belum tahu. Istilah ini dicetuskan oleh Robin Hogarth.[1]
Dalam satu eksperimen, sekelompok subjek "memilih" sebuah lagu yang terkenal di meja, sedangkan subjek lainnya mendengarkan dan mencoba mengidentifikasi lagu tersebut. Beberapa "pemilih" mendeskripsikan pengalaman sensorik yang kaya di dalam pikirannya ketika mereka mengikuti melodinya. Para pemilih rata-rata memperkirakan 50% pendengarnya tahu lagu yang dimaksud. Kenyataannya, hanya 2,5% pendengar yang tahu lagu tersebut.[2][3] Ada pula fenomena yang dialami para pemain charade: Si aktor mungkin sulit memercayai bahwa lawan mainnya terus-menerus gagal menebak kalimat rahasia yang hanya diketahui aktor sambil digambarkan dengan pantomim.
Kutukan pengetahuan belakangan ini dianggap sebagai salah satu faktor kesulitan dalam mengajar.[4]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Efek Dunning–Kruger
- Celah empati
- Efek konsensus palsu
- Realisme naif
- Informasi asimetris
- Seleksi maju
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Camerer, Colin (1989). "The curse of knowledge in economic settings: An experimental analysis". Journal of Political Economy. 97: 1232–1254.
- ^ Heath, Chip (2007). Made to Stick. Random House.
- ^ Ross, L., & Ward, A. (1996). Naive realism in everyday life: Implications for social conflict and misunderstanding. In T. Brown, E. S. Reed & E. Turiel (Eds.), Values and knowledge (pp. 103–135). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
- ^ Wieman, Carl (2007). "The "Curse of Knowledge," or Why Intuition About Teaching Often Fails". APS News. The Back Page. 16 (10). Diakses tanggal 8 March 2012.