Difa Bike
Difa Bike | |
Perusahaan swasta | |
Industri | Teknologi informasi Transportasi |
Didirikan | 11 Agustus 2020 |
Pendiri |
|
Kantor pusat | |
Wilayah operasi | Jabodetabek Yogyakarta |
Tokoh kunci |
|
Pemilik | Difabel Community Indonesia |
Situs web | www |
Difa Bike adalah sebuah aplikasi penyedia transportasi berbentuk ojek yang diinisasi dan dikemudikan oleh para difabel sekaligus ditujukan untuk para difabel pula.
Kebanyakan dari pengemudi adalah tunadaksa, yaitu mereka yang mengalami malfungsi pada salah satu bagian tubuhnya, namun masih bisa berjalan sebagaimana orang normal lainnya. Pelanggan Difa Bike juga kebanyakan adalah para difabel, seperti tunadaksa dengan alat bantu tongkat, kaki palsu, kursi roda, dan yang paling banyak adalah tunanetra.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Awal mula berdirinya Difa Bike berawal dari pengalaman pribadi Triyono yang merupakan pendiri Ojek Difa. Ia yang berdomisili di Yogyakarta pada waktu itu ditolak untuk melamar menjadi driver Gojek. Alasannya tentu saya, karena Triyono adalah seorang difabel tunadaksa.
Padahal, di dalam SOP atau ketentuan Gojek, tidak ada pelarangan bagi penyandang tunadaksa untuk menjadi driver. Triyono sendiri juga menuturkan bahwa sebagai seorang difabel, ia mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan, begitu pun teman-temannya sesama difabel.
Akhirnya, Difa Bike itu ia inisiasi selain untuk memudahkan sarana transportasi bagi para difabel, juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi difabel yang sering kali dipandang sebelah mata.[1]
Dalam memulai inisiatif, Triyono merekrut beberapa rekan-rekan difabel untuk bergabung. Sebelumnya, Difa Bike akan mengadakan beberapa pelatihan yang perlu diikuti oleh calon drivernya. Beberapa pelatihan yang diberikan antara lain, pelatihan tata berbicara yang baik dan sopan kepada penumpang, cara menaikkan dan menurunkan penumpang, hingga pelatihan berbicara dalam Bahasa Inggris.
Para pengemudi juga harus mengikuti pelatihan tentang menaiki sepeda motor yang sebelumnya telah dimodifikasi oleh Triyono dan rekan-rekannya. Apabila dikuantifikasikan, pelatihan tersebut kurang lebih memakan waktu sekitar 3 bulan. Triyono amat mewajibkan para pengemudi Difa Bike untuk mengikuti pelatihan tersebut, mengingat berhubungan dengan keselamatan dirinya dan penumpangnya.
Sementara itu, motor-motor yang disediakan oleh Triyono untuk pengemudi Difa Bike telah dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pengemudi. Sebagai misal, pedal gas yang ada dipindah ke bagian tangan kanan pada motor matic atau dipindah ke sebelah kiri sesuai kebutuhan pengemudi. Motor modifikasi tersebut dengan demikian hanya dapat dipergunakan oleh satu orang karena desain yang dibuat juga menyesuaikan jenis disabilitas yang dialami oleh orang tersebut.
Lebih lanjut lagi, selain motor modifikasi, Difa Bike juga memberikan fasilitas lain berupa tempat untuk menaruh kursi roda bagi difabel yang menggunakan kursi roda. Difa Bike juga memberikan kursi roda di dalam motor modifikasi, sehingga difabel yang hendak bepergian tidak perlu susah payah membawa kursi rodanya sendiri. Pengemudi Ojek Difa akan mengantarkan para penumpang sesuai tempat dan waktu yang telah disepakati bersama. Tujuan utamanya tentu saja untuk menyediakan layanan transportasi yang ramah kepada penyandang disabilitas.[2]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2022-04-05.
- ^ Yuliasti, Ajeng. 2017. Aksesibilitas Ojek Difa bagi DIfabel di Kota Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Administrasi Negara (Manajemen dan Kebijakan Publik) Universitas Gadjah Mada