Internasionale
Lagu kebangsaan Uni Soviet (1922–1944) Gerakan komunis, sosialis, demokrat sosial, dan anarkis internasional | |
Alias | L'Internationale (bahasa Prancis) |
---|---|
Penulis lirik | Eugène Pottier, 1871 |
Komponis | Pierre De Geyter, 1888 |
Penggunaan | 1890 |
Sampel audio | |
Versi Internasionale (Vokal) |
"Internasionale" (bahasa Prancis: L'Internationale) merupakan salah satu lagu khas kaum sayap kiri dalam gerakan sosialis sejak akhir abad ke-19 saat organisasi Internasional Kedua (kini Sosialis Internasional) menjadikan lagu ini sebagai lagu resminya. Lagu ini diciptakan oleh Eugène Pottier pada tahun 1871 dan digubah oleh Pierre Degeyter pada tahun 1888. "Internasionale" telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia dan sering kali dinyanyikan sambil mengangkat tangan kiri yang dikepalkan. Lagu ini banyak dipakai oleh kaum sosialis, komunis, anarkis, dan demokrat sosial di seluruh belahan dunia.
Uni Soviet pernah menggunakan lagu ini sebagai lagu kebangsaannya pada tahun 1922–1944.
Versi asli
[sunting | sunting sumber]Lirik | Terjemahan |
---|---|
Debout, les damnés de la terre
Debout, les forçats de la faim La raison tonne en son cratère C'est l'éruption de la fin Du passé faisons table rase Foules, esclaves, debout, debout Le monde va changer de base Nous ne sommes rien, soyons tout
Il n'est pas de sauveurs suprêmes Ni Dieu, ni César, ni tribun Producteurs, sauvons-nous nous-mêmes Décrétons le salut commun Pour que le voleur rende gorge Pour tirer l'esprit du cachot Soufflons nous-mêmes notre forge Battons le fer quand il est chaud
L'État comprime et la loi triche L'impôt saigne le malheureux Nul devoir ne s'impose au riche Le droit du pauvre est un mot creux C'est assez, languir en tutelle L'égalité veut d'autres lois Pas de droits sans devoirs dit-elle Égaux, pas de devoirs sans droits
Hideux dans leur apothéose Les rois de la mine et du rail Ont-ils jamais fait autre chose Que dévaliser le travail? Dans les coffres-forts de la bande Ce qu'il a créé s'est fondu En décrétant qu'on le lui rende Le peuple ne veut que son dû.
Les rois nous saoulaient de fumées Paix entre nous, guerre aux tyrans Appliquons la grève aux armées Crosse en l'air, et rompons les rangs S'ils s'obstinent, ces cannibales À faire de nous des héros Ils sauront bientôt que nos balles Sont pour nos propres généraux
Ouvriers, paysans, nous sommes Le grand parti des travailleurs La terre n'appartient qu'aux hommes L'oisif ira loger ailleurs Combien de nos chairs se repaissent Mais si les corbeaux, les vautours Un de ces matins disparaissent Le soleil brillera toujours.
|
Bangunlah, yang terkutuk di Bumi
bangunlah, yang terpidana dan lapar Akal bergemuruh dalam kawah, inilah letusan terakhir. Mari kita hapuskan masa lalu, kaum budak, bangun, bangun! Dunia akan berganti dasar, kita bukan apa-apa, mari kita menjadi segalanya.
Tidak ada Maha Juru Selamat, tidak pula Tuhan, Caesar, atau tribun. Para pekerja, mari selamatkan diri kita, putuskan keselamatan bersama, sehingga tak akan ada lagi pencuri, sehingga roh akan terbebas dari penjara. Mari kita hembuskan angin ke tempaan, pukul besi selagi panas.
Negara menindas dan hukum menipu, pajak membuat kaum papa berdarah-darah. Tidak ada pajak bagi orang kaya, hak kaum papa hanya omong kosong. Cukuplah siksa di tahanan! Kesetaraan meminta hukum lain: Tidak ada hak tanpa kewajiban, katanya, sama saja, tidak ada kewajiban tanpa hak.
Menyamar sebagai dewa mengerikan, raja tambang dan perusahaan kereta api. Apa mereka pernah melakukan sesuatu, selain mencuri (hasil) pekerjaan? Di dalam brankas bandit-bandit itu, hasil pekerjaan telah meleleh. Dengan menyuruh mereka mengembalikannya, rakyat hanya ingin apa yang menjadi hak mereka.
Para raja telah membuat kita mabuk asap, mari kita berdamai, berperang dengan para tiran! Biarkan tentara memberontak, sasaran di udara dan bubarkan barisan. Jika mereka bersikeras, para kanibal ini, untuk membuat kita jadi pahlawan, mereka akan segera tahu bahwa peluru kita, ditujukan bagi jenderal kita.
Para pekerja, buruh tani, kitalah, partai buruh yang agung. Bumi hanya milik manusia, yang berdiam diri harus pindah ke tempat lain. Berapa banyak daging kita yang telah mereka makan? Tapi jika gagak, burung bangkai itu, telah lenyap dalam hari-hari ini, matahari akan bersinar abadi.
|
Versi Indonesia
[sunting | sunting sumber]"Internasionale" sudah dikenal luas di Indonesia sejak tahun 1920-an. Terjemahan pertama ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara yang dipopulerkan oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1951–1965. Akan tetapi, terjemahan itu dicela oleh Komunis Internasional karena dianggap telah menghilangkan semangat proletariat. Pada tanggal 19 Desember 1948, Amir Sjarifuddin beserta sepuluh tokoh Peristiwa Madiun lainnya menyanyikan "Indonesia Raya" dan "Internasionale" sesaat sebelum mereka dieksekusi mati.
Terjemahan berikutnya dilakukan oleh A. Yuwinu berdasarkan lirik dari bahasa Mandarin dan Rusia yang diumumkan pertama kali pada tanggal 31 Mei 1970. Terjemahan ini kemudian disesuaikan dengan pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang mulai berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1972.
Selain kedua terjemahan itu, ada pula terjemahan versi Soepeno, Utuy Tatang Sontani, Agus J., dan Suar Suroso yang disusun untuk memperingati seabad Komune Paris pada tahun 1971.[1] Terjemahan ini didasarkan pada lirik dari bahasa Prancis, Rusia, Inggris, Mandarin, Jerman, dan Belanda.
Ki Hadjar Dewantara | A. Yuwinu | Soepeno, dkk. |
---|---|---|
Bangunlah kaum jang terhina,
bangunlah kaum jang lapar! Kehendak jang mulja dalam dunia, senantiasa bertambah besar. Lenjapkan adat dan paham tua, kita rakjat sadar-sadar. Dunia sudah berganti rupa, untuk kemenangan kita.
|
Bangunlah kaum yang terhina,
bangunlah kaum yang lapar! Dendam darah menyala-nyala, kita berjuang 'tuk keadilan. Hancurkan dunia lama, sampai ke dasar-dasarnya! Dunia baru kita ciptakan, milik s'luruh kaum pekerja!
Tiada "pengasih" dan "penyayang", tiada dewa atau raja. Kebah'giaan umat manusia, pasti kita sendiri cipta! Musnahkan b'lenggu penindasan, rebut hasil jerih kerja! Kobarkan api, seg'ra tempa, selagi baja membara!
Kitalah kaum pekerja s'dunia, tent'ra kerja nan perkasa. Semuanya mesti milik kita, tak biarkan satu pun penghisap! Kala petir dahsyat menyambar, di atas si angkara murka. Tibalah saat bagi kita, surya bersinar cemerlang!
|
Bangunlah kaum yang terhina,
bangunlah kaum yang lapar! Meng'glora dendam dalam dada, kita berjuang 'tuk kebenaran. Hancurkan seluruh dunia lama, kaum budak, bangun, bangun! Kita yang kini hina-papa, akan menguasai dunia.
Tiada Maha Juru S'lamat, tidak Tuhan atau raja. Kebahagiaan umat manusia, harus kita sendiri cipta. Bebaskan jiwa dari penjara, rebut kembali hasil kerja. Kobarkan api, seg'ra tempa, selagi baja membara!
Kitalah kaum buruh dan tani, tentara kerja perkasa. Bumi hanya milik pekerja, benalu tak berhak serta. Cukup sudah darah-k'ringat terhisap, saat pasti akan tiba. Setan siluman musnah lenyap, surya cemerlang s'nantiasa!
|
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Eugene Pottier, Penulis Syair Internasionale". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-19. Diakses tanggal 2013-06-06.