Karangtengah, Batur, Banjarnegara
Karangtengah | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Tengah |
Kabupaten | Banjarnegara |
Kecamatan | Batur |
Kode pos | 53456 |
Kode Kemendagri | 33.04.16.2007 |
Luas | ... km² |
Jumlah penduduk | ... jiwa |
Kepadatan | ... jiwa/km² |
Karangtengah adalah desa di kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berjarak sekitar 10 Km dari ibu kota kecamatan Batur atau 52 Km dari ibu kota Kabupaten Banjarnegara. Desa Karangtengah berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng di antara Gunung Pagerkandang dengan Gunung Merdada. Di desa ini pula terdapat Pos Pengamatan Gunung Api Dieng untuk memantau gas beracun CO² dari Kawah Timbang.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Batas wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Desa Kepakisan |
Timur | Desa Dieng Kulon |
Selatan | Desa Bakal |
Barat | Desa Kepakisan |
Administrasi
[sunting | sunting sumber]Pembagian wilayah
[sunting | sunting sumber]Desa Karangtengah terbagi menjadi 3 dusun, diantaranya:
- Dusun Karangtengah
- Dusun Pawuhan
- Dusun Simpangan
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Sebagian besar mata pencaharian warga desa ini bertumpu pada sektor pertanian, terutama budidaya sayur. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi sampingan ekonomi warga setempat. Di desa ini terdapat Tourism based community (TBC) atau wisata berbasis komunitas. Di desa ini pula terdapat pengolahan panas bumi (Geothermal) yang dikelola PT. Geo Dipa Energy dengan kapasitas 1 x 60 Mwe yang sering mendapat keluhan warga karena dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]- Tlaga Merdada terlatak di sebelah timur Dusun Karangtengah yang merupakan telaga terbesar di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Telaga ini terbentuk dari sisa kawah Gunung Merdada yang terisi air hujan. Pada musim penghujan, air telaga akan penuh dan saat musim kemarau akan menyusut hingga terlihat lumpur di dara telaga.
- Dusun Pawuhan di Desa Karangtengah menjadi tujuan wisata. Dusun ini memang memiliki nama unik. Pawuhan diartikan sebagai “tempat sampah”. Nama ini tentu tidak muncul begitu saja. Para penghuninya percaya bahwa nama itu telah ada pada zaman Kerajaan Kalingga yang memang berpusat di kawasan tersebut. Konon, Kalingga memiliki peternakan gajah yang merupakan binatang kesayangan putri raja. Pawuhan merupakan tempat pembuangan kotoran gajah tersebut. Makanya, tanah di dusun ini terkenal subur karena humus dari kotoran gajah tersebut.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]