Kluwih
Kluwih
| |
---|---|
Artocarpus camansi | |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Rosales |
Famili | Moraceae |
Tribus | Artocarpeae |
Genus | Artocarpus |
Spesies | Artocarpus camansi Blanco, 1837 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Artocarpus leeuwenii Diels[1] |
Kluwih[2] atau keluih[a] (Artocarpus camansi) adalah nama sejenis pohon tanaman keras yang buahnya memiliki kulit keras dan berduri.[2] Buah kluwih mirip dengan buah sukun. Jika sukun memiliki kulit yang halus dan tidak berbiji, kluwih memiliki kulit yang berduri (seperti durian) dan memiliki biji.[3]
Nama Lokal
[sunting | sunting sumber]Kluwih memiliki nama lokal dalam Bahasa sunda kulur atau timbul. Dalam Bahasa Aceh, tanaman ini disebut kulu.[4]. Dalam Bahasa Jawa, tanaman ini disebut kulur, kelur, kulor, atau kuror. Sedangkan bahasa Jawa dialek Banyumasan disebut Kluwih.[5]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Spesies ini pertama kali dideskripsikan dalam buku Flora de Filipinas : Según el sistema sexual de Linneo (1837) oleh ahli botani Spanyol, Francisco Manuel Blanco, menggunakan spesimen dari Filipina. Nama latin camansi berasal dari nama lokal tanaman ini dalam bahasa Tagalog, yaitu kamansi.[6]
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Pohon ini tersebar di wilayah tropis dan pasifik. Pohonnya memiliki tinggi sekitar 10 – 15 m atau lebih.[4] Pohon ini menghasilkan getah lengket berwarna putih susu pada permukaan batangnya. Kecepatan tumbuh pohon berkisar antara 0.5 - 1.5 m per tahun. Pohon mulai berbuah setelah 8 - 10 tahun. Setiap musim, satu pohon dapat menghasilkan 600 - 800 buah. Buah muda biasa dikonsumsi dengan cara dipotong tipis lalu direbus sebagai sayuran.[5]
Pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Buah kluwih dapat dioleh menjadi jenang, abon, hingga emping. Biji kluwih ditumbuk, kemudian dijemur, untuk menghasilkan emping. Sementara itu, biji kluwih yang telah dimasak kemudian diblender dan diberi sedikit air. Setelah menjadi adonan, diberi campuran gula aren, santan, garam, dan tepung ketan. Setelah dimasak selama dua hingga empat jam, adonan akan mengental dan menghasilkan jenang. Daging buah kluwih yang disangrai dan diberi bumbu-bumbu dapat diolah menjadi abon.[7] Daging buah kluwih muda juga dapat digunakan sebagai pengganti nangka muda dalam pembuatan cubadak. Kayu dari tanaman Kluwih bisa dimanfaatkan untuk keperluan industri.[5]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Pohon Kluwih
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Artocarpus camansi Blanco". Plants of the World Online. The Trustees of the Royal Botanic Gardens, Kew. n.d. Diakses tanggal August 23, 2020.
- ^ a b "KLUWIH - Uncategorized - - Sudarminto Setyo Yuwono" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-07.
- ^ Sukatiningsih (Desember 2005) Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati Biji Kluwih Jurnal Teknologi Pertanian Vol 6 No 3
- ^ a b Rosnani Nasution (2013) Didekilketon compunds from the leaves of Artocarpus camansi Blanco Proceedings of The 3rd Annual International Conference - Syiah Kuala University.
- ^ a b c Diane Ragone (April 2006) Artocarpus camansi The Breadfruit Institute - National Tropical Botanical Garden
- ^ Manuel Blanco (1837) Flora de Filipinas : Segun El Sistema Sexual de Linneo Manila : Imprenta de Sto. Thomas
- ^ Agus Riyadi (28 Maret 2021) Di Kendal, Kluwih diolah Jadi Jenang, Abon dan Emping Gatra