Kritias (dialog)
Bagian dari seri tentang |
Plato |
---|
Perumpamaan dan metafora |
Lihat pula |
Kritias adalah dialog karya Plato berisi cerita mengenai kerajaan kuat Atlantis dan usahanya untuk menaklukkan Athena, yang mana gagal. Kritias adalah dialog kedua dari trilogi dialog, didahului oleh Timaios dan diteruskan oleh Hermokrates,[1] meskipun Hermokrates tidak pernah ditulis dan Kritias dibiarkan tidak selesai.
Isi
[sunting | sunting sumber]Menurut Kritias di masa lalu bumi dibagi-bagi antara para dewa. Para dewa memperlakukan manusia seperti pengembala mengembalakan domba, merawat, dan membimbingnya. Mereka melakukannya bukan dengan kekerasan melainkan dengan dengan bujukan. Hari ini di daerah yang menjadi kepulauan dari Yunani merupakan dataran tinggi yang diselimuti tanah yang subur dan baik.
Sejumlah bencana datang dan mengakibatkan tanah tersebut rusak dan pulau menjadi mati. Kini Athena menjadi sangat berbeda. Tanah menjadi kaya dan subur yang kemudian menjadi hancur karena gempa bumi. Dia menggambarkan kehidupan di Athena sangat ideal, penuh kebijaksanaan, hidup dalam kelayakan, dan pekerjaan yang baik pula.
Kemudian dia mulai bergerak menuju ke asal muasal Atlantis yang konon dirujuk untuk Poseidon. Poseidon jatuh cinta dengan anak perempuan bernama Cleito (anak dari Evenor dan Leucippe) dan melahirkan banyak anak. Anak pertamanya Atlas mewarisi kerajaannya. Kritias juga menggambarkan Altlantis, Kuil Poseidon, Cleito, dan logam legendaris orichalcum. Pada akhirnya Kritias mengatakan bahwa Zeus pemimpin pada dewa menghancurkan Atlantis karena sebuah kesalahan dan sisa dari Atlantis punah semuanya.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Translations of the Critias dialogue by Benjamin Jowett can be found at:
- Internet Sacred Texts Archive in plain text
- Project Gutenberg in plain text
- MIT classics subdomain Diarsipkan 2006-02-07 di Wayback Machine. in html
Referensi
[sunting | sunting sumber]