Lompat ke isi

Rendah diri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kompleks rendah diri atau kompleks inferioritas adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dibanding orang lain dalam satu atau lain hal. Perasaan demikian dapat muncul sebagai akibat sesuatu yang nyata atau hasil imajinasinya saja. Rasa rendah diri sering terjadi tanpa disadari dan bisa membuat orang yang merasakannya melakukan kompensasi yang berlebihan untuk mengimbanginya, berupa prestasi yang spektakuler, atau perilaku antisosial yang ekstrem, atau keduanya sekaligus. Tidak seperti rasa rendah diri yang normal, yang dapat mendorong pencapaian prestasi, kompleks rasa rendah diri adalah berupa keadaan putus asa parah, yang mengakibatkan orang yang mengalaminya melarikan diri saat mengalami kesulitan.

Penelitian awal dalam bidang ini dipelopori oleh Alfred Adler, yang menggunakan contoh kompleks yang dialami Napoleon untuk mengilustrasikan teorinya. Beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa kompleks rendah diri juga dapat dirasakan pada tingkatan yang lebih luas, yaitu pada suatu budaya dari bangsa tertentu. Bangsa yang mengalaminya di antaranya Australia dan beberapa bangsa yang pernah dijajah lainnya.[1]

Aliran Adler menunjukkan perbedaan antara rasa rendah diri primer dan sekunder. Rasa rendah diri primer berakar dari pengalaman sebenarnya dari anak saat dia lemah, tak berdaya, dan tergantung pada orang lain. Perasaan demikian bisa lebih meningkat saat dibandingkan dengan sesamanya atau dengan orang dewasa. Rasa rendah diri sekunder berhubungan dengan pengalaman orang dewasa saat ia gagal mencapai tujuan akhir yang tidak disadari dan fiktif berupa keamanan subjektif dan berhasil mengkompensasi perasaan rendah dirinya. Jauhnya pencapaian tujuan akan membawa pada perasaan kurang yang akan mengembalikan perasaan rendah dirinya; gabungan perasaan rendah diri demikian akan sangat terasa. Tujuan yang ditentukan untuk menghilangkan rasa rendah diri pertama yang bersifat primer justru menjadi penyebab rasa rendah diri kedua yang bersifat sekunder. Lingkaran setan biasa dialami oleh penderita neurosis.

  • Saat lahir - setiap orang lahir dengan perasaan rendah diri karena pada waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.
  • Sikap orang tua - memberikan pendapat dan evaluasi/kritik negatif terhadap perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.
  • Kekurangan fisik - seperti kepincangan, bagian wajah yang tidak proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
  • Keterbatasan mental - membawa rasa rendah diri saat dilakukan perbandingan dengan prestasi tinggi dari orang lain, dan saat diharapkannya penampilan yang sempurna padahal aturannya pun tidak dipahami.
  • Kekurangan secara sosial - kehormatan keluarga, ras, jenis kelamin, atau status/strata sosial.

Manifestasi

[sunting | sunting sumber]

Perasaan ini bisa dimanifestasikan atau tergambar dalam bentuk penarikan diri dari kontak sosial atau pencarian perhatian yang berlebihan dari orang lain, kritik, kepatuhan berlebihan, dan perasaan khawatir.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Phillips, Arthur Angel (2006). A. A. Phillips on The Cultural Cringe. Melbourne University Publishing. ISBN 0-522-85221-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-14. Diakses tanggal 2007-12-29.