Lompat ke isi

Miangas, Kepulauan Talaud

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Miangas
Bandara di Miangas, pulau paling luar bagian Utara, Sulawesi Utara, Indonesia
Bandara di Miangas, pulau paling luar bagian Utara, Sulawesi Utara, Indonesia
5°34′2″N 126°34′54″E / 5.56722°N 126.58167°E / 5.56722; 126.58167
Peta lokasi Kecamatan Miangas
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
KabupatenKepulauan Talaud
Pemerintahan
 • CamatParengki Sahoa, S.IP
Populasi
 • Total836 jiwa
 • Kepadatan343/km2 (890/sq mi)
Kode pos
95889
Kode Kemendagri71.04.13 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7104081 Edit nilai pada Wikidata
Luas2,39 km²
Kepadatan343
Peta
PetaKoordinat: 5°33′9.25376″N 126°34′50.62876″E / 5.5525704889°N 126.5807302111°E / 5.5525704889; 126.5807302111


Miangas atau (Tinonda) adalah nama sebuah kecamatan Khusus di Kabupaten Kepulauan Talaud, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Miangas juga merupakan nama pulau, serta nama desa yakni desa Miangas.[2] Kecamatan ini menjadi satu-satunya kecamatan di Indonesia yang hanya memiliki 1 wilayah desa. Miangas adalah pulau terdepan Indonesia di wilayah Utara, Sulawesi Utara. Pulau yang masuk Kabupaten Kepulauan Talaud, sebelumnya bagian dari kecamatan Nanusa.[1] Dengan kata lain, kecamatan Miangas berada di pulau Miangas, dan kecamatan Miangas hanya memiliki satu wilayah administratif yakni desa Miangas. Kecamatan Miangas berbatasan langsung dengan negara Filipina.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, pulau seluas 2,39 km2 berpenduduk 820 jiwa, dengan kepadatan 343 jiwa/km².[1] Penduduk di pulau ini memiliki televisi sebanyak 155 unit dan 150 parabola. Bandara Miangas diresmikan oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada 19 Oktober 2016. Sejak tahun 2010, jaringan telekomunikasi baru mulai hadir di Miangas. Telkomsel telah menghabiskan lebih dari Rp 3 miliar untuk menancapkan menara Base Transceiver Station (BTS) di pulau ini.[3]

Sejarah dan Pengakuan Kedaulatan Indonesia di Miangas

[sunting | sunting sumber]

Pulau Miangas atau Las Palmas (Palmas Island) memiliki keunikan dalam persoalan tapal-batas dua negara, yaitu antara Indonesia-Filipina. Miangas, pernah dipersengketakan antara dua negara besar yakni Amerika Serikat (yang kala itu masih menjajah Filipina) dengan Kerajaan Belanda (yang juga menjajah kepulauan Nusantara atau Hindia Belanda).[1]

Tak kunjung mendapat kata mufakat, sengketa tentang status kepemilikan Pulau Miangas ini berakhir di Mahkamah Arbitrase Internasional. Pada tanggal 4 april 1928, Hakim Dr. Max Hubert, arbitrator tunggal Mahkamah Arbitrase Internasional, menyatakan bahwa Miangas adalah bagian dari wilayah Hindia Belanda. Oleh karena itu, Pulau Miangas berarti menjadi milik kerajaan Belanda.[4]

Pasca kemerdekaan masing-masing kedua negara (Republik Indonesia dan Filipina), keputusan Arbitrase Internasional tentang pulau Miangas tetap dipegang teguh, baik oleh Indonesia maupun Filipina. Pengakuan ini diperjelas lebih lanjut di dalam perjanjian Lintas Batas (Border Crossing Agreement) antara Indonesia dan Filipina yang ditandatangani pada tahun 1956.

Di dalam perjanjian ini, kedua negara mengakui bahwa Pulau Miangas merupakan pos lintas batas di pihak Indonesia. Keputusan Arbitrasi Internasional ini diperkuat oleh hasil penelitian dari 2 orang pakar hukum internasional, yaitu Willem Johan Bernard Versfelt dan Daniel-Eramus Khan.

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]

Desa di kecamatan Miangas hanya satu wilayah saja yakni;

  1. Desa Miangas. Desa Miangas juga adalah kecamatan Miangas dan juga bagian dari pulau Miangas. Fasilitas umum di Miangas yakni terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Puskesmas Non Rawat Inap, 1 Koramil, 1 Bank BRI, dan 1 SPBU.

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Pulau Miangas merupakan pulau yang sempat menjadi wilayah sengketa dengan Filipina. Sementara itu, penduduk pulau ini memiliki latar belakang suku. Beberapa diantaranya merupakan keturunan campuran Spanyol dan Filipina, yang sering disebut orang Kancingan.[5] Serta penduduk yang berasal dari provinsi Sulawesi Utara. Bahasa yang digunakan penduduk Miangas juga telah lama dipengaruhi bahasa Tagalog, bahasa resmi Filipina, serta bahasa Miangas dan bahasa Indonesia.[5]

Dalam bidang agama, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, penduduk kecamatan Miangas pada umumnya beragama Kristen Prostestan. Adapun jumlah penduduk kecamatan Miangas berdasarkan agama yang dianut ialah Kristen yakni 799 jiwa, dimana Protestan sebanyak 798 jiwa (95,45%) dan Katolik 1 jiwa (0,12%). Dan yang beragama Islam sebanyak 37 jiwa (4,43%).[1] Sementara untuk rumah ibadah, terdapat satu buah bangunan gereja Protestan, yakni Gereja Kristen Miangas.[2]

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Untuk menjangkau pulau Miangas, bisa menggunakan kapal angkutan dari Pelabuhan Bitung di Kota Bitung, yang melayani pelayaran dua kali dalam sebulan.[6] Terdapat bandar udara di kecamatan ini, yaitu Bandar Udara Miangas. Bandara Miangas memiliki panjang landasan pacu (runway) 1.400 m x 30 m yang dapat didarati pesawat sejenis ATR-72-500/600 dan Hercules, juga dilengkapi runway strip 1.400m x 150 m dan apron 130 m x 6 5m yang mampu menumpang 3 unit pesawat. Bandara ini mampu melayani pesawat jenis ATS dengan kemampuan mengangkut 70 penumpang.[7]

Terbukanya hubungan udara ke Miangas, tentunya menjadikan pulau yang luasnya 3,5 KM2 menjadi mudah dikunjungi wisatawan. Selama ini, pelancong yang ingin berkunjung ke Miangas harus menempuh perjalanan cukup panjang dengan kapal laut, belum lagi dihadang gelombang yang membahayakan kapal. Sekarang dengan adanya Bandara Miangas, perjalanan ke Miangas dari Jakarta menggunakan pesawat udara sekitar 5 jam.

Pulau Miangas sangat indah, perairan lautnya sangat mempesona, sangat jernih, ikan-ikan terlihat dengan jelas berenang di laut. Pulau Miangas seolah berdiri sendiri di tengah samudra yang luas. Pantai-pantainya semua indah dengan pasir putih. Di pantai Racuna yang dekat dengan pemukiman penduduk, terdapat tugu NKRI sebagai tanda tapal batas negara. Pantai Kubbu sekitar 500 meter dari Racuna, kemudian ke Pantai Lawasa, Tanjung Langinatundu, Pantai Aba’a, Pantai Mariu, Tanjung Liwua, Pantai Ropapa, dan Pantai Laru.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 1 Januari 2022. 
  2. ^ a b "Kabupaten Kepulauan Talaud Dalam Angka 2021" (pdf). BPS Kepulauan Talaud. Diakses tanggal 18 Juli 2021. 
  3. ^ Damarjati, Danu. "Fakta-fakta Miangas, Pulau Indonesia yang Lebih Dekat ke Filipina". detiknews. Diakses tanggal 2019-02-07. 
  4. ^ PT, Koropak Media Parahyangan. "Sejarah Hari Ini; Pulau Miangas Jatuh Ke Tangan Indonesia". koropak.co.id. Diakses tanggal 2023-03-20. 
  5. ^ a b "Kisah Keturunan Spanyol di Pulau Utara Indonesia". www.travel.detik.com. 6 Oktober 2019. Diakses tanggal 18 Juli 2021. 
  6. ^ "Pulau MIANGAS". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 2023-03-20. 
  7. ^ a b "Miangas, Tak Perlu "Menangis" Lagi – Yayasan BUMN" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-20. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]