Robby Djohan
Robby Djohan | |
---|---|
Direktur Utama Bank Mandiri ke-2 | |
Masa jabatan November 1998 – Mei 2000 | |
Presiden | |
Direktur Utama Garuda Indonesia ke-12 | |
Masa jabatan Ferbruari 1998 – Oktober 1998 | |
Presiden | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Semarang, Jawa Tengah | 1 Agustus 1938
Meninggal | 13 Mei 2016 Jakarta | (umur 77)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Nanan Hadiretna |
Anak |
|
Almamater | Universitas Padjajaran |
Profesi | Bankir, Ekonom |
Sunting kotak info • L • B |
Robby Djohan (atau dikenal dengan nama pendek Rodjo; 1 Agustus 1938 – 13 Mei 2016)[1] adalah seorang bankir asal Indonesia. Semasa hidupnya ia pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Utama Bank Niaga, Garuda Indonesia, dan Bank Mandiri.[2] Pada masa mudanya, ia pernah menjadi aktor, salah satunya dalam film Djuara Sepatu Roda pada tahun 1958.[3]
Karier
[sunting | sunting sumber]Robby merintis karier di Citibank Indonesia pada tahun awal berdirinya di 1968. Awalnya ia berposisi sebagai staf umum hingga akhirnya mencapai jenjang karier sebagai Group Head pada tahun 1972 hingga 1976. Ia adalah orang Indonesia pertama di Citibank yang mengikuti Executive Development Program dan menerapkan apa yang ia dapat saat bekerja di Bank Niaga pada akhir dekade 1970 hingga 1990-an. Di Bank Niaga ia pernah memegang beberrapa jabatan seperti General Manager Bank Niaga cabang Jakarta dari 1976 hingga 1977, kemudian dipromosikan menjadi Managing Director hingga 1983 sebelum menjadi Presiden Direktur Bank Niaga pada tahun 1984. Saat berada di Bank Niaga, ia berhasil membawa bank yang saat itu kurang dikenal menjadi bank swasta nomor dua terbesar di Indonesia.[4]
Pada Februari 1998, ia ditunjuk Menteri BUMN Tanri Abeng untuk memimpin Garuda Indonesia yang kala itu hampir mengalami kebangkrutan.[2][5] Gajinya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia hanya sebesar Rp 16 juta, jika dibandingkan saat berada di bank Niaga ia memperoleh US$ 1,8 juta per bulan.[6] Walau hanya menjabat selama 6 bulan, ia berhasil merestrukturisasi dan meminta penjadwalan ulang utang perusahaan senilai ratusan juta dolar AS kepada para kreditor asing. Tanri Abeng lalu kembali memindahkan Robby untuk mengurus Bank Mandiri, bank yang dibentuk dari gabungan empat bank yang sedang kolaps pasca krisis 1998 seperti Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia.[7][8] Sebagai Direktur Utama Bank Mandiri ia merekrut beberapa bankir lain seperti Agus Martowardojo, Edwin Gerungan, Peter B. Stock. Ia juga berhasil merampungkan proses merger pada Juli 1999. Ia lalu berhenti menjadi Direktur Utama Bank Mandiri pada Mei 2000.
Dalam bidang pendidikan, Robby Djohan juga merupakan dosen pasca sarjana di Universitas Indonesia.[9]
Filmografi
[sunting | sunting sumber]Tahun | Judul | Peran | Keterangan |
---|---|---|---|
1958 | Djuara Sepatu Roda | Tony |
Karya
[sunting | sunting sumber]Robby menulis beberapa buku seperti The Art of Turn Around : Kiat Restrukturisasi (2005) yang berisi biografi dirinya sendiri, kemudian Leading in Crisis (2006) yang berisi masa kepemimpinannya di Bank Mandiri, dan Lead to Togetherness (2007) yang berisi pemikiran-pemikirannya mengenai pertumbuhan ekonomi sebuah negara akan terus berkembang jika didukung dengan modal sosial yang kuat.
Robby juga menulis esai di Majalah Infobank dalam rubrik Message from Robby Djohan. Kumpulan esainya ini lalu dibukukan dengan judul Robby Djohan, No Nonsense Leadership yang terbit pada 15 September 2016. Infobank bekerja sama dengan Bank Niaga juga meluncurkan buku berjudul The Guru yang berisi rangkuman kepemimpinan Robby selama disana.
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Majalah Infobank pada 1993 menyematkan sebagai Bankers of the Year. Robby Djohan juga menerima penghargaan sebagai The Best CEO 2000 dan CEO Terbaik di Masa Krisis, oleh Majalah SWA dan Asian Market Intelegence (AMI). Pada Juli 2017, Citi Indonesia Alumni Network (Citibank) memberikan penghargaan kepada mendiang Robby Djohan untuk kategori Leadership & Ingenuity yang ditandatangani langsung oleh CEO Citigroup, Michael Corbat.
Kematian
[sunting | sunting sumber]Robby meninggal dunia pada 13 Mei 2016 karena serangan jantung. Ia sudah dibawa ke RS Jantung Diagram Cinere namun nyawanya tidak tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhir pada pukul 14.39 WIB. Ia lalu dimakamkan di TPU Jeruk Purut Bawah keesokan harinya pada pukul 10.00 WIB.[10]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ventura, Bona (9 Desember 2019). "Mantan Dirut Bank Mandiri Robby Djohan Tutup Usia". Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ a b Syahrul, Yura (13 Mei 2016). "Guru Bankir dan Penyelamat Garuda, Robby Djohan Tutup Usia". Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ Djuara Sepatu Roda (1958), diakses 9 Desember 2019. 15.01 WIB
- ^ Supriyanto, Eko (9 Desember 2019). "Robby Djohan Sang Bankir Legendaris". Koran SINDO. Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ Iradat, Damar (14 Mei 2016). "Emirsyah Satar Kenang Sentuhan Emas Robby di Garuda". Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ Sutianto, Feby Dwi (13 Mei 2016). "Mengenang Robby Djohan, Mantan CEO BUMN dan Bankir 'Bertangan Dingin'". Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ Ferranda (9 Desember 2019). "Sejarah Berdirinya Bank Mandiri di Indonesia Secara Singkat". Diakses tanggal 9 Desember 2019 – via sejarahlengkap.com.
- ^ Hasanudin, Ichwan (9 Desember 2019). "Kilas Balik Sejarah 21 Tahun Berdirinya Bank Mandiri". Diakses tanggal 9 Desember 2019 – via duitologi.com.
- ^ Nordiansyah, Eko (13 Mei 2016). "Robby Djohan, Sang Ahli Transformasi Bisnis Indonesia". Diakses tanggal 9 Desember 2019.
- ^ Sugianto, Danang (13 Mei 2016). "Robby Djohan Wafat karena Serangan Jantung". Diakses tanggal 9 Desember 2019 – via okezone.com.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Muljohardjoko |
Direktur Utama Bank Mandiri Oktober 1998 - Mei 2000 |
Diteruskan oleh: ECW Neloe |
Didahului oleh: Soepandi |
Direktur Utama Garuda Indonesia Februari 1998 - Oktober 1998 |
Diteruskan oleh: Abdulgani |