Tangga Yakub
Tangga Yakub (bahasa Ibrani: סולם יעקב, Sulam Yaakov; bahasa Inggris: Jacob's Ladder) adalah suatu tangga yang menghubungkan bumi dan surga ("langit") yang muncul dalam impian Yakub, leluhur bangsa Israel, ketika sedang melarikan diri dari saudaranya Esau, seperti yang dicatat dalam Alkitab yaitu Kitab Kejadian. Arti dari mimpi terus diperdebatkan, tapi kebanyakan interpretasi setuju bahwa gambaran itu mengidentifikasi Yakub dengan kewajiban dan warisan kaum etnis orang yang dipilih oleh Allah, sebagaimana yang dipahami dalam agama-agama Abrahimik.
Catatan Alkitab
[sunting | sunting sumber]Deskripsi dari tangga Yakub tercatat dalam Kejadian 28:10–19:
- 28:10 Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran.28:11 Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu.
- 28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.
- 28:13 Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.28:14 Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.28:15 Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu."
- 28:16 Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya." 28:17 Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."
- 28:18 Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.28:19 Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.
Setelah itu, Yakub menamai tempat itu, "Betel" (secara harfiah berarti "Rumah Allah").
Yudaisme
[sunting | sunting sumber]Komentari klasik Taurat menawarkan beberapa interpretasi mengenai tangga Yakub. Menurut Midrash Bereshith Rabba, tangga itu menandakan pembuangan yang diderita oleh orang-orang Yahudi sebelum kedatangan Mesias. Pertama, malaikat melambangkan 70 tahun pembuangan ke Babel mendaki "naik" 70 anak tangga, dan kemudian turun "ke bawah". Maka malaikat yang melambangkan pembuangan oleh orang Persia naik sejumlah langkah, dan turun, seperti halnya yang dilakukan para malaikat yang melambangkan pembuangan oleh Yunani. Hanya malaikat yang keempat, yang melambangkan pembuangan terakhir oleh orang Roma/Edom (di mana malaikat pelindungnya adalah Esau sendiri), terus naik lebih tinggi dan lebih tinggi ke awan-awan. Yakub takut bahwa anak-anaknya tidak akan pernah bisa bebas dari dominasi Esau, tapi Tuhan meyakinkannya bahwa pada Hari Kiamat, Edom juga akan datang jatuh ke bawah.[2]
Interpretasi lain mengenai tangga itu melihat kuncinya pada fakta bahwa malaikat pertama "naik" dan kemudian "turun". Midrash menjelaskan bahwa Yakub, sebagai orang suci, selalu disertai oleh malaikat. Ketika ia sampai di perbatasan tanah Kanaan (Tanah Israel di masa depan), para malaikat yang ditugaskan ke Tanah Suci kembali ke Surga dan para malaikat yang ditugaskan ke negeri-negeri lain datang untuk bertemu Yakub. Ketika Yakub kembali ke Kanaan, ia disambut oleh para malaikat yang ditugaskan ke Tanah Suci.
Namun interpretasi yang lain adalah: tempat di mana Yakub berhenti untuk malam itu dalam kenyataannya ialah Gunung Moria, lokasi Bait Suci masa depan di Yerusalem. Oleh karena itu tangga tersebut menandakan "jembatan" antara sorga (langit) dan bumi, karena doa-doa dan persembahan korban di Bait Suci menyatukan hubungan antara Allah dan orang-orang Yahudi. Selain itu, tangga tersebut menyinggung pemberian Taurat sebagai koneksi antara langit dan bumi. Dalam penafsiran ini, penting diketahui bahwa kata Ibrani untuk "tangga", sulam (סלם) dan nama gunung di mana Taurat diberikan, Sinai (סיני) memiliki gematria (nilai numerik huruf-huruf) yang sama.
Filsuf Yahudi Helenistik, Filo, lahir di Aleksandria, (mati ~ 50 M) menyajikan penafsiran alegoris mengenai tangga itu di buku pertamanya De somniis. Di sana ia memberikan empat interpretasi, yang tidak saling eksklusif:[3]
- Malaikat melambangkan jiwa-jiwa yang turun dan naik dari tubuh (beberapa menganggap hal ini menjadi rujukan jelas Filo kepada doktrin reinkarnasi).
- Dalam penafsiran kedua, tangga itu adalah jiwa manusia sedangkan malaikat-malaikat adalah logoi Allah, yang menarik jiwa dalam kesusahan dan turun dalam belas kasihan.
- Dalam pandangan ketiga, mimpi itu menggambarkan naik turunnya kehidupan "praktisi" (kebajikan vs. dosa).
- Akhirnya, para malaikat melambangkan urusan manusia yang terus berubah.
Puncak bukit yang menghadap ke pemukiman Israel Beit El di sebelah utara Yerusalem yang diyakini oleh sejumlah orang merupakan tempat Yakub bermimpi telah menjadi sebuah tujuan wisata selama hari-hari raya Sukkot.[4]
Kekristenan
[sunting | sunting sumber]Yesus berkata dalam Yohanes 1:51 "Dan dia berkata kepada-nya, sesungguhnya, Sesungguhnya, aku berkata kepadamu, Sesungguhnya kamu akan melihat langit terbuka, dan malaikat-malaikat Allah naik turun pada Anak manusia." Pernyataan ini telah ditafsirkan mengaitkan atau melibatkan Yesus dengan mitos tangga, di mana Kristus menjembatani kesenjangan antara Sorga (Langit) dan Bumi. Yesus mempersembahkan dirinya sendiri sebagai realitas yang dilambangkan oleh tangga; seperti yang dilihat oleh Yakub dalam mimpi mengenai penyatuan kembali Langit dan Bumi, Yesus membawa penyatuan kembali (reuni) ini, dikiaskan sebagai "tangga", menjadi kenyataan. Adam Clarke, teolog dan sarjana Alkitab penganut Methodis pada awal abad ke-19, menjelaskan:
Bahwa mengenai para malaikat Allah naik dan turun, dapat dipahami adanya suatu hubungan terus menerus yang sekarang telah dibuka di antara sorga dan bumi, melalui perantaraan Kristus, yang adalah penjelmaan Allah dalam daging. Tuhan kita yang terberkati dilambangkan dalam kapasitas mediatorial (sebagai perantara) sebagai duta Allah bagi manusia; dan para malaikat naik dan turun kepada Anak Manusia, merupakan suatu metafora yang diambil dari kebiasaan mengirimkan para utusan atau suruhan dari seorang pemimpin kepada dutanya di istana negara asing, dan dari duta itu kembali kepada sang pemimpin.[5]
Tema sebuah tangga ke surga adalah yang sering digunakan oleh para Bapa Gereja. Ireneus pada abad kedua menggambarkan Gereja Kristen sebagai "tangga pendakian kepada Allah".[6]
Pada abad ketiga, Origen[7] menjelaskan bahwa ada dua tangga dalam kehidupan seorang Kristen, tangga pertapa di mana jiwa mendaki di bumi, dengan cara— dan menghasilkan—peningkatan kebajikan, dan perjalanan jiwa setelah kematian, mendaki langit menuju cahaya Allah.
Pada abad keempat, Gregorius dari Nazianzus[8] berbicara tentang mendaki Tangga Yakub dengan langkah-langkah yang berurutan menuju keunggulan, menafsirkan tangga itu sebagai jalur pertapa, sementara Santo Gregorius dari Nyssa meriwayatkan[9] bahwa Musa naik Tangga Yakub untuk mencapai langit /sorga di mana ia masuk ke dalam Kemah Suci yang tidak dibuat dengan tangan manusia, sehingga memberikan Tangga itu makna mistis yang jelas. Interpretasi pertapa (asketik) ditemukan juga dalam karya St. Yohanes Krisostomus, yang menulis:
"Dan bertumpuk sebagaimana anak-anak tangga, marilah kita menuju ke sorga melalui suatu Tangga Yakub. Karena tangga itu tampak bagiku menandakan suatu teka-teki oleh penglihatan itu pendaikan bertahap dengan kebajikan, sehingga memungkinkan kita untuk mendaki dari bumi ke sorga, bukan menggunakan anak-anak tangga materi, melainkan perbaikan dan pengkoreksian tingkah laku."[10]
Tangga Yakub sebagai analogi untuk kehidupan spiritual pertapa membawa pengaruh luas berkat karya klasik The Ladder of Divine Ascent ("Tangga Pendakian Ilahi") karya John Climacus.
Islam
[sunting | sunting sumber]Ya'qub (bahasa Arab: يَعْقُوب, translit. Yaʿqūb) dihormati dalam Islam sebagai nabi dan patriark. Para cendekiawan Muslim menarik paralel antara visi tangga Yakub[11] dengan peristiwa mi'rajMuhammad.[12] Tangga Yakub itu ditafsirkan oleh umat Islam menjadi salah satu dari banyak simbol mengenai Tuhan, dan banyak orang melihat tangga Yakub melambangkan bentuk esensi Islam, yang menekankan mengikuti "jalan yang lurus". Sarjana abad kedua puluh Martin Lings menjelaskan pentingnya tangga tersebut dalam perspektif mistik Islam:
Tangga Alam Semesta yang diciptakan adalah tangga yang muncul dalam mimpi Yakub, yang melihatnya membentang dari Langit ke bumi, di mana para Malaikat naik dan turun di atasnya, dan itu juga merupakan "jalan yang lurus", karena memang jalan dari agama adalah tidak lain dari cara penciptaan itu sendiri terlacak dari ujungnya kembali ke Awalnya.[13]
Sastra apokaliptik pseudepigrafa
[sunting | sunting sumber]Narasi Tangga Yakub digunakan, tak lama setelah kehancuran Bait Suci Kedua dalam Pengepungan Yerusalem (70 M), sebagai dasar untuk karya pseudepigraphic "Tangga Yakub". Tulisan ini, hanya terlestarikan di Old Church Slavonic, menafsirkan pengalaman Leluhur dalam konteks mistisisme Merkabah .
Referensi budaya
[sunting | sunting sumber]Tangga Yakub telah digambarkan dalam berbagai karya seni, yang terbesar adalah fasad Bath Abbey di Inggris di mana patung-patung menggambarkan para malaikat naik dan turun tangga di kedua sisi jendela utama di bagian depan barat.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Sinar krepuskular
- Tangga yakub (disambiguasi)
- "Locus iste" motet oleh Anton Bruckner
- "Nearer, My God, to Thee" lirik lagu (tertulis 1841) oleh Sarah Flower Adams
- Rectify, S1E6: "jacob's Ladder"
- Stairway to Heaven (disambiguasi)
- Trāyastriṃśa
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Eaves, Morris; Robert N. Essick, and Joseph Viscomi (ed.). "Jacob's Dream, object 1 (Butlin 438) "Jacob's Dream"". William Blake Archive. Diakses tanggal September 25, 2013.
- ^ The Four Exiles by Rabbi Dr. Hillel ben David
- ^ Verman, Mark (Fall 2005). "Reincarnation in Jewish Mysticism and Gnosticism (review)". Shofar. 24 (1): 173–175. doi:10.1353/sho.2005.0206. Diakses tanggal 14 June 2010.
- ^ Bresky, Ben (30 September 2012). "Sukkot Music Events Abound in Israel". Arutz Sheva. Diakses tanggal 6 October 2012.
- ^ Clarke, Adam (1817). The holy Bible, from the authorized tr., with a comm. and critical notes by A. Clarke.
- ^ Irenaeus, Adversus haereses, III,24,1
- ^ Origen, Homily n. 27 on Numbers, about Nm 33:1–2
- ^ Gregory of Nazianzus, Homily n. 43 (Funeral Oration on the Great S. Basil), 71
- ^ Gregory of Nyssa, Life of Moses 224-227
- ^ John Chrysostom, The Homilies on the Gospel of St. John n. 83,5., Text from CCEL
- ^ Kathir, Ibn. "Story of Ya'qub (Jacob), The - SunnahOnline.com". sunnahonline.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-07.
- ^ Murata and Chittick (1994), The Vision of Islam, Pg. 85.
- ^ Martin Lings, The Book of Certainty, Pg. 51
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Tangga Yakub dari perspektif Yahudi di Chabad.org