Lompat ke isi

Modernisasi tanaman obat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Tanaman obat merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Tanaman obat adalah salah satu jenis tanaman yang dimanfaatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan, memperbaiki status gizi, menghijaukan lingkungan, dan meningkatkan pendapatan[1]. Tumbuhan obat adalah tanaman utuh atau salah satu bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh penyakit dan juga berkhasiat bagi kesehatan[2]. Indonesia banyak ditumbuhi tanaman herbal karena iklim tropisnya sehingga sebanyak 80 persen tanaman herbal yang ada di dunia dapat tumbuh di daratan Indonesia[3].

Sejarah Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati termasuk tumbuhan obat. Tumbuhan obat sudah banyak dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai macam penyakit masyarakat baik sejak dulu. Begitu pula pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia salah satunya merupakan negara Indonesia bersama negara lain di Asia, seperti India dan Cina[2]. Hubungan antara manusia dan pencariannya terhadap obat dari alam dibuktikan dengan ditemukannya berbagai sumber, mulai dari dokum tertulis hingga resep-resep asli tanaman obat[4]. Dalam setiap abad perkembangan peradapan manusia, sifat obat dari tanaman-tanaman tertentu diidentifikasi, dicatat, dan diturunkan kepada generasi-generasi selanjutnya.. Hal ini membuktikan bahwa tanaman obat menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah umat manusia didunia. Seiring berkembangnya teknologi, olahan tanaman obat semakin beragam karena adanya campur tangan pihak yang ingin mengembangkan tanaman obat itu sendiri, di lain sisi tingginya harga obat sintetis dan adanya efek samping yang merugikan kesehatan memicu masyarakat untuk menggunakan obat tradisional kembali[5].

Latar Belakang Modernisasi Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia terdampak penyebaran virus Covid-19 termasuk Negara Indonesia. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia[6]. Virus ini memiliki sistem kerja yaitu memproduksi radikal bebas yang terkendali dan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh[7] . Untuk meringankan gejala virus ini, para ilmuwan mencoba berbagai formula salah satunya memanfaatkan tanaman obat.

Obat tradisional yang dibuat dari tanaman obat dapat diolah menjadi jamu yang saat ini dapat menjadi solusi untuk menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh di kala pandemi COVID-19 antara lain adalah temulawak, kunyit, dan jahe. Ketiga bahan tersebut berdasarkan hasil laboratorium mengandung banyak sekali manfaat seperti : antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, dan antivirus[8] yang memiliki manfaat dapat meningkatkan imunitas tubuh.

Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Kelebihan/manfaat tanaman obat

[sunting | sunting sumber]

Seiring dengan kemajuan zaman, penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang semakin pesat. Hal ini membuktikan eksistensi tanaman obat sebagai bahan dari obat tradisional masih tinggi. Berikut beberapa kelebihan/manfaat tanaman obat :

1. Tanaman obat dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional

Tanaman obat tradisional merupakan tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit[9].

2. Relatif minim akan efek samping

Penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan atau pengobatan tradisional atau alami lebih digemari, karena lebih murah serta minim efek samping, dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan dari bahan kimia[10]

3. Mudah didapatkan

Masyarakat merasa pengobatan yang berasal dari bahan alami lebih murah dan bahan bakunya lebih mudah didapatkan[11]

4. Pengolahan lebih mudah

Proses pembuatan obat tradisional relatif lebih mudah daripada obat modern. Setiap jenis tanaman obat memiliki cara pengolahan dan kegunaan masing-masing. Cara pengolahannya antara lain direbus, dipanggang, diuapkan, ditumbuk, direndam bahkan digoreng[1].

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat

Tanaman obat keluarga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga[12].

Kekurangan Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

1. Tdak semua obat herbal sudah tersertifikasi atau terdaftar di Badan POM. Hal tersebut mengakibatkan adanya keraguan untuk mengkonsumsi herbal tersebut[13]

2. Efek yang didapatkan setelah mengkonsumsi obat herbal yang berasal dari tanaman obat, tidak akan langsung dirasakan seketika, umumnya dibutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan obat kimia lainnya, sehingga beberapa orang mengatakan jika menginginkan kesembuhan yang cepat bukan jamu solusinya[14].

3. Kurangnya penelitian yang dilakukan mengenai obat yang berasal dari tanaman obat menyebabkan obat herbal masih memiliki beberapa kelemahan yaitu dari segi keamanan dan kualitas. Jamu/obat herbal masih diragukan oleh beberapa kalangan masyarakat sehingga hal tersebut juga masih menjadi tanda tanya besar bagi konsumen[14].

4. Penelitian tentang jamu atau obat herbal belum banyak dilakukan sehingga sulit untuk menentukan dosis yang tepat[14].

Teknik Modernisasi

[sunting | sunting sumber]

Alternatif Olahan Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Teknik modernisasi obat herbal saat ini dikembangkan dengan mengolah tanaman herbal menjadi olahan serbuk. Tujuan pembuatan serbuk yaitu untuk meningkatkan nilai jual beli dan memudahkan dalam penggunakan agar mudah dikonsumsi[15]. Masyarakat lebih suka terhadap olahan herbal dari serbuk dikarenakan ukuran butiran yang nampak tidak homogen[16]. Contoh olahan serbuk yang sudah beredar di masyarakat diantaranya : serbuk jahe, serbuk temulawak, serbuk kencur, dll.

Pemasaran Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Strategi pemasaran harus memahami target pasar dengan menyusun rencana pemasaran yang memperhatikan empat komponen yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi[17]. Promosi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Promosi secara langsung dapat berupa menawarkan barang kepada orang lain secara tatap muka dan dapat juga menitipkan barang di toko ataupun warung kelontong yang ada di sekitar rumah. Sedangkan promosi tidak langsung dapat dilakukan menggunakan platform online shop. Pemasaran berbasis online sangat berpengaruh pada pemasaran saat ini[18]. Bukan hanya marketplace seperti tokopedia dan shopee, promosi juga dapat dilakukan melalui media sosial seperti whatsapp, twitter, instagram, dll.

Komponen terakhir pemasaran yaitu distribusi. Kegiatan distribusi dilakukan agar barang yang dijual sampai kepada konsumen. Di Indonesia sudah banyak penyedia jasa pendistribusian barang seperti JNE, Sicepat, Importir, dll. Dalam pendistribusian barang, kemacetan menimbulkan masalah baru bagi pihak konsumen dan produsen[19]. Masalah yang ditimbulkan saat kemacetan pendistribusian diantaranya ; tidak terpenuhinya target penjualan, mengurangi tingkat kepuasan konsumen, dsb.

Periklanan dilakukan untuk memasarkan produk yang memasuki segmen pasar yang baru atau yang tidak terjangkau oleh personal selling. Personal selling merupakan kegiatan promosi yang dilakukan dengan bertamu atau bertatap muka dengan konsumen, promosi ini dilakukan untuk menciptakan suasana humanis antar penjual dan pembeli[20]. Publisitas yaitu kegiatan promosi yang hampir mirip dengan periklanan namun yang dapat membedakan yaitu publisitas memberikan informasi tentang berita yang berkaitan dengan produk[21]

Olahan Modernisasi Tanaman Obat

[sunting | sunting sumber]

Modernisasi tumbuhan obat mendorong banyak kalangan untuk berinovasi mengembangkan produk-produk olahan tumbuhan obat agar lebih menarik dan mudah dikonsumsi. Beberapa contoh olahan produk tumbuhan obat diantaranya :

1. Sirup

Pembuatan sirup dari tumbuhan obat diperoleh dari proses ekstraksi sari tumbuhan[22]. Terdapat dua tahapan pembuatan sirup yaitu tahap persiapan dan tahap proses. Pada tahap persiapan terdapat dua langkah yakni pencucian dan pengeringan. Pada tahap proses terbagi dua langkah yakni ekstraksi dan distilasi. Selanjutnya dilakukan penyaringan hingga menghasilkan filtrat yang jernih. Filtrat kemudian diuapkan hingga menghasilkan ekstrak yang kental[23]

2. Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang dapat digunakan sebagai obat baik yang sudah mengalami pengolahan maupun yang sudah dikeringkan[24] . Terdapat tiga macam simplisia,yaitu simplisia nabati,hewani,dan mineral [22].

3. Tepung atau bubuk

Pembuatan tepung atau bubuk tumbuhan obat melalui beberapa tahapan mulai dari pencucian rimpang, perajangan, pengeringan, penggilingan, hingga pengayakan[22]. Pembuatan tepung atau bubuk ini dapat digunakan sebagai bahan dasar maupun bahan tambahan dalam pengolahan produk lainnya. Tumbuhan obat seperti jahe apabila disimpan dalam bentuk bubuk memiliki masa penyimpanan yang lebih lama[25].

4. Minuman instan

Serbuk minuman instan berasal dari olahan tumbuhan obat dalam bentuk bubuk atau granula kemudian diberi tambahan pemanis seperti gula [22]. Serbuk minuman instan mudah larut dalam air sehingga penyeduhannya pun lebih mudah dan praktis. Pengolahan tumbuhan obat menjadi minuman instan dilakukan dengan cara mengekstraksi rimpang dengan air [26].

5. Kue

Pengolahan tumbuhan obat menjadi beragam olahan kue diharapkan dapat meningkatkan konsumsi tumbuhan obat sebagai sumber pangan fungsional[27]. Contoh olahan kue seperti kue kering,roti,stick,dan lain-lain.

6. Manisan

Pembuatan manisan meliputi beberapa proses mulai dari pengupasan dan pencucian rimpang, pemotongan,dan perebusan dengan larutan gula[28].

7. Pati

Salah satu tumbuhan obat yang bisa diolah menjadi pati yaitu temulawak. Temulawak bisa dijadikan sumber karbohidrat dengan cara diambil patinya kemudian dapat diolah menjadi bubur untuk bayi yang mengalami gangguan pencernaan[22].

8. Pewarna alami

Pewarna alami merupakan pewarna yang berasal langsung dari alam baik dari tumbuhan,hewan,maupun metal. Penggunaan pewarna alami lebih baik daripada pewarna sintesis karena pewarna sintesis dapat menyebabkan gangguan kesehatan bila digunakan melebihi batas yang telah ditentukan[29]. Sedangkan, pewarna alami selain dapat membuat olahan menjadi lebih menarik juga dapat berkhasiat bagi kesehatan[22]

Jenis Tanaman Obat yang Sering Digunakan

[sunting | sunting sumber]

Ada berbagai macam tanaman obat yang menjadi bahan dasar olahan-olahan makanan maupun sebagai obat, berikut beberapa jenis tanaman obat yang sering dijumpai dan dapat dimanfaatkan sebagai obat di kehidupan sehari-hari[30] menurut Ziraluo (2020) :

1. Andong (Cordyline fruticosa)

Daun andong dimanfaatkan sebagai obat untuk mencegah terjadinya pendarahan pada wanita setelah melahirkan[30]. 2. Bandotan (Ageratum conyzoides)

Bandotan di manfaatakan oleh masyarakat desa Bawodobara sebagai obat penurun demam[30].

3. Jarak (Jatropa curcas L)

Jarak dimanfaatkan masyarakat desa Bawodobara untuk mengobati sembelit atau sesak napas pada anak. Pemanfaatan jarak untuk mengobati sembelit dan sesak napas sudah lama digunakan dengan memanfaatkan bagian daunnya[30].

4. Jambu Biji (Psidium guajava L)

ambu biji biasanya dimanfaatkan masyarakat desa Bawodobara dalam mengobati penyakit mencret. Pemanfaatan jambu biji sebagai obat mencret sudah lama digunakan masyarakat dengan memanfaatkan bagian daunnya[30]/ 5. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

Jeruk nipis umumnya dimanfaatkan masyarakat desa Bawodobara untuk mengobati batuk. Biasanya masyarakat memanfaatkan bagian buahnya[30].

6. Kelapa (Cocos nucifera L)

Pohon kelapa menghasilkan buah kelapa, yang dimanfaatkan dari buah kelapa adalah air kelapa. Biasanya air buah kelapa dimanfaatkan masyarakat sebagai obat panas dalam[30].

7. Kunyit (Curcuma domestica val)

Selain sebagai bumbu dapur, masyarakat desa Bawodobara umumnya memanfaatkan bagian rimpang kunyit sebagai obat batuk, pilek, sedangkan daunnya digunakan sebagai obat sakit perut anak[30].

8. Sirsak (Annona muricata L)

Masyarakat memanfaatkan bagian daun sirsak untuk mengobati penyakit gula[30].

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Sambara, J; Yuliani, NN; Emerensiana, MY (2016). "Pemanfaatan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Kelurahan merdeka Kecamatan Kupang Timur". Jurnal Info Kesehatan. 14 (1): 1113–1125. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-07. Diakses tanggal 2021-12-07. 
  2. ^ a b Yasir, M; Asnah (2018). "Pemanfaatan jenis tumbuhan obat tradisional di Desa Batu Hamparan Kabupaten Aceh Tenggara". Jurnal Biotik. 6 (1): 17–34. 
  3. ^ Hadi, CG; Wonoseputro, C (2014). "Museum tanaman herbal Indonesia di Solo". Jurnal eDimensi Arsitektur. 2 (1): 257–261. 
  4. ^ Savitri, A (2016). Basmi penyakit dengan tanaman obat keluargga (TOGA). Jakarta: Bibit Publisher. 
  5. ^ Kuntorini, EM (2005). "Botani ekonomi Suku ZIngiberaceae sebagai obat tradisional oleh masyarakat di Kotamadya Banjarbaru". Bioscientiae. 2 (1): 25–36. 
  6. ^ Sukur, MH; Kurniadi, B; Haris; Faradillahisari, RN (2020). "Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan". Journal Inicio Legis. 1 (1): 1–16. 
  7. ^ Ryadha, RS; Aulia, N; Batara, A (2021). "Potensi Rempah-Rempah sebagai Minuman Fungsional Sumber Antioksidan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19". Jurnal ABDI. 3 (1): 30–42. 
  8. ^ Kusumo, AR; Wiyoga, FY; Perdanam, HP; Khairunnisa, I; Suhandi, RI; Prastika, SS (2020). "Jamu Tradisional Indonesia: Tingkatkan Imunitas Tubuh Secara Alami Selama Pandemi". Jurnal Layanan Masyarakat. Journal of Public Services. 4 (2): 465–471. 
  9. ^ Novianti, D (2017). "Potensi dan pengembangan jenis tanaman obat di desa Meranjat kecamatan Indralaya Selatan". Jurnal Ilmiah Matematikan dan Ilmu Pengetahuan. 14 (1): 45–52. 
  10. ^ Supriyanti, L. 2014. Studi Etnobotani jenis-jenis Tumbuhan Obat oleh masyarakat Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu sebagai sumber belajar Biologi SMP. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
  11. ^ Nursiyah. 2013. Studi deskriptif tanaman obat tradisional yang digunakan orangtua untuk kesehatan anak usia dini di gugus melati kecamatan Kalikajar kabupaten Wonosobo [skripsi]. Semarang : Universitas Negeri Semarang
  12. ^ Aseptianova (2019). "Pemanfaatan tanaman obat keluarga untuk pengobatan keluarga di kelurahan Kebun Bunga kecamatan Sukarami-kota Palembang". Jurnal Pengabdian Masyarakat. 4 (1): 1–25. 
  13. ^ Handayani, S; Atun, S; Aznam, N; Budiasih, KS (2017). "Penyuluhan Dan Pelatihan Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat Berbasis Kearifan Dan Sumber Daya Alam Lokal Untuk Perbaikan Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Karangsari Wedomartani Sleman". Jurnal Pengabdian Masyarakat MIPA dan Pendidikan MIPA. 1 (1): 1–5. 
  14. ^ a b c Pangestu RA. 2013. Eksistensi obat tradisional sebagai salah satu pilihan pengobatan pada masyarakat modern. Bali: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
  15. ^ Rifkowaty, EE; Martanto (2016). "Minuman fungsional serbuk instan jahe (Zingiber officinale rosc) dengan variasi penambahan ekstrak bawang mekah (Eleutherine Americana Merr) sebagai pewarna alami". Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 4 (4): 315–324. 
  16. ^ Sastrawidana I D.K. dan Saraswati L. P. A. 2020. Pemanfaatan Tanaman Biofarmaka Sebagai Bahan Jamu Serbuk untuk Meningkatkan Imun Tubuh. Proceeding Senadimas Undiksha. Bali. 1117-1121.
  17. ^ Rusdi, M (2019). "Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Volume Penjualan pada Perusahaan Genting UD. Berkah Jaya". Jurnal Studi Manajemen dan Bisni. 6 (2): 49–54. 
  18. ^ Kuspriyono, T (2020). "Strategi Pemasaran Komunitas Pedagang Berbasis Online dan Personalisasi Pemasaran Terhadap Kinerja Pemasaran". Jurnal Sekretari dan Manajemen. 4 (2): 99–106. 
  19. ^ Fadli, AM; Fauzi, A; Fanani, D (2014). "Efektifitas Distribusi Fisik dalam Meningkatkan Penjualan". Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 7 (1): 1–10. 
  20. ^ Dellamita, MF; Fauzi, A; Yulianto, E (2014). "Penerapan personal selling (penjualan pribadi) untuk meningkatkan penjualan (studi pada Pt Adira Quantum Multifinance Point Of Sales (Pos) Dieng Computer Square Malang)". Jurnal Administrasi Bisnis. 9 (2): 1–6. 
  21. ^ Rusmadi (2016). "Analisis strategi pemsaran bisnis modern". Jurnal Ilmiah Indonesia. 1 (4): 69–78. 
  22. ^ a b c d e f Antarlina, SS; Khamidah, A; Sudaryono, T (2017). "Ragam produk olahan temulawak untuk mendukung keragaman pangan". Jurnal Litbang Pertanian. 36 (1): 1–12. 
  23. ^ Novanda C, Saputra EPP. 2014. Proses Pembuatan Sirup Daun Kelor (Moringa oleifera) Dengan Metode Ekstraksi [Final Project]. Surabaya (ID) : Institut Teknologi Surabaya.
  24. ^ Hidayah, HA; Utami, M; Widiawati, Y (2013). "Keragaman dan pemanfaatan simplisia nabati yang diperdagangkan di Purwokerto". Jurnal Biosfer. 30 (1): 1–10. 
  25. ^ Sugiarto; Tedy; Yuliasih, I (2006). "Pendugaan umur simpan bubuk jahe merah". Jurnal Teknik Industri Pertanian. 16 (3): 1–7. 
  26. ^ Budi AS dan Firdaus A. 2017. Ekstraksi Jahe Emprit (Zingiber officinale Rosc.) Dan Serai Dapur (Cybopogon citratus) Dengan Metode Maserasi Sebagai Bahan Dasar Untuk Pembuatan Produk Effervescent [tugas akhir]. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
  27. ^ Damiati; Januarta, PO; Suriani, NM (2018). "Pengolahan tepung biji keluwih menjadi kue kering". Jurnal Bosaparis. 9 (2): 120–129. 
  28. ^ Putri, WI; Windyastari, C; Wignyanto (2012). "Pengembangan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai manisan kering dengan kajian konsentrasi perendaman air kapur (Ca(OH)2) dan lama waktu pengeringan". Jurnal Industri. 1 (3): 195–203. 
  29. ^ Nasution AS. 2014. Kandungan Zat Pewarna Sintesis Pada Makanan dan Minuman Jajanan Di SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan [skripsi]. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
  30. ^ a b c d e f g h i Ziraluo, YPB (2020). "Tanaman obat keluarga dalam perspektif masyarakat transisi) (Studi etnografis pada masyarakat Desa Bawodobara)". Jurnal Inovasi Penelitian. 1 (2): 99–106.