Lompat ke isi

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Spektrum TV Tidak Termanfaatkan (Bahasa Inggris: TV White Spaces) adalah spektrum frekuensi antara pemancar TV yang tidak terpakai. Spektrum frekuensi ini disebut juga sebagai Spektrum TV Tidak Termanfaatkan dan bisa dipergunakan untuk penggunaan lain. Salah satunya adalah penggunaan spektrum tidak termanfaatkan ini sebagai alternatif baru dan inovatif seperti layanan wi-fi.[1]

Saluran-saluran di dalam Spektrum TV Tidak Termanfaatkan dibawa menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi sangat tinggi pada frekuensi VHF (54-216 MHz) dan ultra tinggi UHF (470-698 MHz). Lebar bidang frekuensi itu disebut spektrum, dan bisa dipergunakan oleh perangkat nirkabel untuk mengirimkan informasi dengan aman. Penggunaan spektrum diatur oleh pemerintah. Penggunaan spektrum frekuensi VHF dan UHF tadi berbanding lurus dengan jumlah pemancar televisi yang ada di daerah itu. Di daerah-daerah yang banyak pemancar televisinya, maka penggunaan spektrum juga semakin padat. Sebaliknya di daerah pelosok yang jarang memiliki pemancar televisi, maka tingkat penggunaan spektrum juga sedikit. Spektrum-spektrum frekuensi yang masih kosong ini disebut sebagai Spektrum TV Tidak Termanfaatkan, dan bisa dimanfaatkan untuk komunikasi data nirkabel.

Perspektif Payung Teknologi Komunikasi

[sunting | sunting sumber]

Di dalam perspektif payung Teknologi Komunikasi dari Grant[2] dijelaskan bahwa teknologi komunikasi itu serupa dengan payung, di mana bagian paling atas payung adalah sistem sosial (termasuk politik, ekonomi, dan sistem media), diikuti oleh infrastruktur organisasi, kemudian perangkat keras dan lunak, baru setelah itu adalah si pengguna sendiri.

Lapisan Sistem Sosial

[sunting | sunting sumber]

Bagian paling atas dari perspektif Teknologi Komunikasi Grant adalah dukungan pemerintah untuk menerapkan teknologi ini. Di sini perlu dituntaskan berbagai hal yang bisa menghambat dari sisi politik dan peraturan pemerintah. Misalnya penerapan teknologi ini akan memerlukan perombakan terhadap alokasi frekuensi berlisensi yang ada.

Karena Spektrum TV Tidak Termanfaatkan bekerja di dalam frekuensi yang awalnya untuk lisensi pemancara televisi, maka tantangan utama penerapan teknologi ini adalah membuat perubahan peraturan pemerintah untuk mengubah penggunaan spektrum yang tadinya ekslusif menjadi non-ekslusif. Untuk kasus Spektrum TV Tidak Termanfaatkan, seharusnya perubahan peraturan ini relatif mudah karena sekarang ini mulai banyak spektrum televisi yang kosong ditinggalkan oleh pemancarnya yang sudah menggunakan teknologi digital. Namun, sampai saat ini hanya negara Amerika dan Finlandia yang sudah memiliki peraturan ini.[3]

Selain dari hal di atas, pemerintah juga perlu memperhatikan beberapa aspek penting lain dari regulasi:[4]

  1. Perpindahan teknologi televisi analog ke televisi digital, menyebabkan meningkatnya efisiensi pemancar stasiun televisi, dan menyebabkan makin banyaknya frekuensi televisi yang tidak terpakai. Oleh karena itu sebaiknya frekuensi yang tidak terpakai ini bisa dimaksimalkan penggunaannya untuk keperluan lain, misalnya untuk keperluan komunikasi data melalui teknologi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan
  2. Dengan semakin banyaknya perpindahan stasiun televisi analog ke digital, maka diperlukan adanya penataan ulang frekuensi, supaya mempermudah pengelompokan. Pengelompokan ini juga mempermudah pemanfaatan untuk Spektrum TV Tidak Termanfaatkan.
  3. Teknologi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan sebenarnya meminjam frekuensi yang tadinya diperuntukkan untuk siaran televisi. Regulasi harus mengatur bahwa penggunaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini tidak boleh mengganggu siaran televisi yang sudah ada.
  4. Penggunaan frekuensi televisi untuk hal selain Spektrum TV Tidak Termanfaatkan harus dibatasi daya pancarnya supaya tidak mengganggu Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ataupun pemancar televisi berlisensi.

Lapisan Infrastruktur Organisasi

[sunting | sunting sumber]

Bagian kedua adalah dukungan para pembuat perangkat keras dan lunak, operator, dan berbagai organisasi yang terlibat di dalam penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini.

Standardisasi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan

[sunting | sunting sumber]

Banyak dari standar TV White Spaced dikembangkan oleh IEEE untuk memastikan interoperabilitas perangkat Spektrum TV Tidak Termanfaatkan:

  1. IEEE 802.11af[5] yang mengatur mengenai spesifikasi teknis Spektrum TV Tidak Termanfaatkan sebagai pengembangan dari Wi-Fi
  1. IEEE 802.22 [6] yang mengatur mengenai spesifikasi teknis Wireless Regional Area Network (WRAN) yang dikembangkan untuk mendukung pengoperasian Spektrum TV Tidak Termanfaatkan. Standar IEEE 802.22 ini mendukung jarak yang lebih jauh, radio kognitif, dan koeksistensi dengan berbagai sel WRAN yang lain.
Radio Kognitif
[sunting | sunting sumber]

Untuk itu Spektrum TV Tidak Termanfaatkan telah dirancang untuk memiliki berbagai mekanisme untuk meminimalkan gangguan sehingga Spektrum TV Tidak Termanfaatkan bisa dioperasikan di kota yang padat maupun di daerah pelosok, seperti yang telah dibuktikan di percobaan di Afrika.[7]

Salah satu teknologi untuk meminimalkan gangguan, dan sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum adalah penggunaan teknologi Radio Kognitif yang mampu mengenali mana saluran yang sedang tidak terpakai pada saat itu dan memanfaatkannya untuk pengiriman data. Teknologi ini mengatur penggunaan saluran tersebut secara dinamis, dan bisa berubah sendiri tergantung pada ketersediaan saluran yang kosong. Penggunaan saluran secara dinamis juga akan meningkatkan efisiensi.

Ada beberapa teknologi radio kognitif yang telah dikembangkan saat ini:[4]

  1. Teknologi kombinasi lokasi geografis yang didapat melalui satelit Global Positioning System (GPS) digabung dengan suatu basis data yang berisi informasi mengenai seluruh saluran televisi yang ada di daerah tersebut.
  2. Teknologi penginderaan spektrum yang mampu mendeteksi mana saluran yang sedang dipakai dan mana saluran yang sedang tidak terpakai.
Jangkauan
[sunting | sunting sumber]

Sesuai dengan sifat perambatan gelombang elektromagnetik, maka gelombang dengan frekuensi yang makin rendah makin lebih mudah menembus rintangan. Frekuensi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan yang lebih rendah daripada 1 Ghz ini sangat mudah untuk menembus gedung-gedung, tembok-tembok, dan pepohonan jauh lebih baik daripada sinyal telepon seluler atau Wi-Fi (yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz). Sehingga Spektrum TV Tidak Termanfaatkan sangat cocok untuk dipergunakan di pelosok daerah dan juga di dalam kota. Penggunaan yang ideal untuk Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini misalnya untuk sistem darurat, sistem transportasi intelijen, dan Internet.

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan mampu menembus jarak lebih dari 10 km tanpa penguatan sama sekali. Ini artinya jumlah tiang pemancar dan penguat lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi pengiriman data lain untuk mencakup suatu daerah yang sama luasnya.[8]

Daya pancar Spektrum TV Tidak Termanfaatkan diatur oleh sebuah server basis data yang memberi informasi tentang saluran televisi mana yang kosong, berapa besar daya pancar yang diizinkan, berapa lama saluran bisa dipakai, dan di wilayah geografis mana saja saluran tersebut boleh dipakai. Informasi itu dipergunakan untuk Spektrum TV Tidak Termanfaatkan untuk menggunakan saluran televisi secara taat hukum.[8]

Lapisan Perangkat Keras dan Lunak

[sunting | sunting sumber]

Bagian ketiga adalah kesiapan semua perangkat keras dan lunak dari sisi teknis, mulai dari standar sampai aplikasi yang bisa memanfaatkan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan.

Saat ini sudah ada cukup banyak pembuat perangkat keras dan lunak yang mendukung penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan, seperti Google, Microsoft, Dell, HP, Intel, Philips, EarthLink and Samsung Electro-Mechanics, yang bergabung ke dalam suatu koalisi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan yang dibentuk pada tahun 2007, dengan tujuan utama memanfaatkan spektrum TV tidak termanfaatkan tadi menjadi sambungan internet kecepatan tinggi.[7]

Beberapa Percobaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Dunia

[sunting | sunting sumber]

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Afrika

[sunting | sunting sumber]

Salah satu negara yang pertama kali melakukan percobaan untuk Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini adalah Afrika Selatan,[7] dan percobaannya sangat berhasil untuk menghubungkan seluruh penduduk di Cape Town, salah satu kota yang paling padat penggunaan frekuensi televisinya.

Penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Afrika Selatan ini tercatat membawa beberapa dampak positif:

  1. Sebelum diterapkannya Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Cape Town, kebanyakan sekolah dengan 800 sampai 1300 pelajar hanya bisa menggunakan sebuah jalur internet berkecepatan 2 Mbps yang dipakai bersamaan. Jalur internet ini pelan sekali sehingga hanya bisa digunakan untuk mengirimkan email. Setelah Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini diterapkan, layanan video youtube dan video conferencing seperti Skype bisa dijalankan secara langsung dengan bandwidth yang tersedia
  2. Biaya pemasangan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini hanya sepersepuluh dari biaya yang dikeluarkan seandainya menggunakan jaringan seluler 3G

Namun ternyata penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan ini juga membawa efek negatif yaitu murid-murid sekolah mulai menyalahgunakan bandwidth yang ada untuk saling berbagi file (biasanya ilegal) melalui aplikasi peer-to-peer. Sehingga dalam waktu 3 bulan sekolah sudah harus memasang pembatasan untuk mematikan aplikasi tersebut selama jam sekolah.

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di negara lain

[sunting | sunting sumber]

Percobaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan yang dianggap sangat sukses di Cape Town, Afrika Selatan, kemudian ditiru juga oleh beberapa negara lain di Afrika seperti Kenya, dan Tanzania. Dan kemudian mulai diikuti juga oleh berbagai negara lain, seperti di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.[7][9]

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Singapura

[sunting | sunting sumber]

Percobaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Singapura cukup menarik bagi kita, karena Singapura adalah negara tetangga kita yang sangat modern. Percobaan ini mulai dilakukan dengan berdirinya Singapore White Spaces Pilot Group (SWSPG) [9] pada bulan April 2012 dengan dukungan dari Infocomm Development Authority (IDA).[10] Tujuan IDA adalah mengujicoba teknologi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Singapura untuk mempercepat adopsi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di seluruh dunia. Percobaan di Singapura menitikberatkan pada penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di perbukitan, di mana teknologi nirkabel yang biasa (seperti Wi-Fi atau 3G) akan mengalami banyak kendala.

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Filipina

[sunting | sunting sumber]

Selain Singapura, Filipina juga melakukan percobaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan pada bulan Juli 2013.[9] Di Filipina Spektrum TV Tidak Termanfaatkan dicoba diterapkan untuk memberi konektivitas pada layanan perikanan.

Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pemerintah Indonesia juga mulai tertarik untuk mengadakan percobaan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan pada tahun 2014. Didukung oleh Microsoft dan USAID, pemerintah Indonesia akan mengadakan percobaan penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan di beberapa daerah percontohan di luar Jawa.

Dampak-dampak

[sunting | sunting sumber]

Sebagai teknologi baru, penerapan Spektrum TV Tidak Termanfaatkan memberi beberapa dampak di bawah ini:

  1. Faktor Pendukung - Penggunaan teknologi Spektrum TV Tidak Termanfaatkan mampu memberikan akses ke daerah paling terpencil di Indonesia dengan biaya hanya sepersepuluh daripada teknologi lain yang setara, dengan cara memanfaatkan spektrum frekuensi TV yang tidak termanfaatkan.
  2. Faktor Pembatas - Teknologi ini memerlukan kesiapan regulasi dan ketersediaan infrastruktur pemancar TV White Space
  3. Faktor Motivasi - Teknologi ini mampu memberikan akses ke daerah yang sebelumnya tidak terjamah oleh internet, padahal internet adalah salah satu hal terpenting untuk mendorong berbagai program, seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan lain-lain
  4. Faktor Penghambat - Teknologi ini memerlukan para pengguna untuk melakukan pembelian alat-alat baru yang mungkin harganya terlalu mahal untuk masyarakat di pedalaman

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ White Space,FCC
  2. ^ Communication Technology Update By August E. Grant, Jennifer H. Meadows
  3. ^ What regulation is currently in place in the U.S. and elsewhere?
  4. ^ a b TV White Space Spectrum Technologies: Regulations, Standards, and Applications edited by Rashid Abdelhaleem Saeed, Stephen J. Shellhammer
  5. ^ IEEE 802.11TM WIRELESS LOCAL AREA NETWORKS, IEEE
  6. ^ IEEE 802.22 Working Group on Wireless Regional Area Networks, IEEE
  7. ^ a b c d Connecting Cape Town: Inside South Africa's TV white spaces experiment, Engadget
  8. ^ a b Microsoft beams Internet into Africa -- using TV 'white spaces',CNN
  9. ^ a b c TVWS Pilots and Demonstrations, Microsoft Research.
  10. ^ [1] Diarsipkan 2016-09-30 di Wayback Machine.,IDA