A-4 Skyhawk dalam TNI Angkatan Udara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240309)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(31 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6: Baris 6:
|caption = A-4E Skyhawk TNI AU di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
|caption = A-4E Skyhawk TNI AU di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
|designer = [[Ed Heinemann]]
|designer = [[Ed Heinemann]]
|first flight = 5 Oktober 1980 - TNI AU
|first flight = 5 Oktober 1980 (oleh TNI AU)
|introduced = 5 Oktober 1980 - TNI AU
|introduced = 5 Oktober 1980 (oleh TNI AU)
|retired = 2004, [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI AU]]
|retired = 2004, [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|TNI AU]]
|number built = 2.960 buah
|number built = 2.960 buah
|status = TNI AU - Pensiun sejak 2004
|status = TNI AU, Pensiun sejak 2004
|unit cost = US$ 2,8 - 3,8 juta
|unit cost = US$ 2,8–3,8 juta
}}
}}


{{main|A-4 Skyhawk}}
{{main|A-4 Skyhawk}}
[[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara]] (TNI AU) pernah memiliki dan mengoperasikan tiga puluh empat pesawat jet tempur [[A-4 Skyhawk|A-4E Skyhawk]] sebagai pesawat tempur serbu/taktis udara-ke-darat antara tahun 1990 hingga 2004.
[[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara]] (TNI AU) pernah memiliki dan mengoperasikan tiga puluh empat pesawat jet tempur [[A-4 Skyhawk|A-4E Skyhawk]] sebagai pesawat tempur serbu/taktis udara-ke-darat antara tahun 1980 hingga 2004.


16 pesawatnya dibeli dari pesawat bekas pakai [[Angkatan Udara Israel|Angkatan Udara Israel (AU Israel)]] tahun 1979. Pesawat-pesawat itu terdiri dari 14 pesawat bertempat duduk tunggal dari tipe A-4E dan diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414. 2 lagi bertempat duduk ganda dari tipe TA-4H, bernomor seri TL-0415 dan TL-0416. Satu pesawat tipe A-4E dengan nomor seri TT-0417 merupakan pesawat pengganti (karena masih dalam masa garansi) dari Amerika Serikat, karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh di Lanud Baucau, Timor Timur pada tahun 1987. Pesawat-pesawat tersebut menggenapi satu [[Skadron]], dan ditempatkan di [[Skadron Udara 11|Skadron Udara 11 (Skadud 11)]], [[Lanud Iswahyudi]], [[Madiun]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]], sebelum akhirnya dipindah ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Lanud Sultan Hasanuddin]], [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]] sampai akhir masa pengoperasiannya di tahun 2004.
Enam belas pesawatnya dibeli dari pesawat bekas pakai [[Angkatan Udara Israel|Angkatan Udara Israel (AU Israel)]] tahun 1979. Pesawat-pesawat itu terdiri dari 14 pesawat bertempat duduk tunggal dari tipe A-4E dan diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414. 2 lagi bertempat duduk ganda dari tipe TA-4H, bernomor seri TL-0415 dan TL-0416. Satu pesawat tipe A-4E dengan nomor seri TT-0417 merupakan pesawat pengganti (karena masih dalam masa garansi) dari Amerika Serikat, karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh di Lanud Baucau, Timor Timur pada tahun 1987. Pesawat-pesawat tersebut menggenapi satu [[Skadron]], dan ditempatkan di [[Skadron Udara 11|Skadron Udara 11 (Skadud 11)]], [[Lanud Iswahyudi]], [[Madiun]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]], sebelum akhirnya dipindah ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Lanud Sultan Hasanuddin]], [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]] sampai akhir masa pengoperasiannya pada tahun 2004.


Tahun 1982, Indonesia membeli kembali 16 pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat-pesawat itu dari tipe A-4E yang merupakan pesawat kelebihan stok mereka dengan nilai kontrak sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini diberikan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, dan ditempatkan di [[Skadron Udara 12|Skadron Udara 12 (Skadud 12)]], [[Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin|Lanud Roesmin Nurjadin]], [[Pekanbaru]], [[Riau]], [[Indonesia]]. Pesawat-pesawat itu digabungkan ke Skadud 11 pada tanggal 25 Agustus 1995 hingga tahun 2004.
Tahun 1982, Indonesia membeli kembali 16 pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat-pesawat itu dari tipe A-4E yang merupakan pesawat kelebihan stok mereka dengan nilai kontrak sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini diberikan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, dan ditempatkan di [[Skadron Udara 12|Skadron Udara 12 (Skadud 12)]], [[Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin|Lanud Roesmin Nurjadin]], [[Pekanbaru]], [[Riau]], [[Indonesia]]. Pesawat-pesawat itu digabungkan ke Skadud 11 pada tanggal 25 Agustus 1995 hingga tahun 2004.
Baris 27: Baris 27:
Dalam masa operasinya di Indonesia, pesawat ini pernah dua kali mengalami "''belly landing''" (mendarat dengan aman, walaupun tanpa mengeluarkan roda pendaratan). Kejadian pertama pada 15 Januari 1987 dengan pilot Lettu Pnb Emir Panji dengan nomor seri TT-0414. Dan kejadian lainnya pada 20 Juli 1987 dengan pilot Lettu Pnb [[Agus Supriatna]] dengan nomor seri TT-0408. Selain itu ada beberapa kejadian pada Skyhawk yang berakibat pada gugurnya para penerbang TNI AU.
Dalam masa operasinya di Indonesia, pesawat ini pernah dua kali mengalami "''belly landing''" (mendarat dengan aman, walaupun tanpa mengeluarkan roda pendaratan). Kejadian pertama pada 15 Januari 1987 dengan pilot Lettu Pnb Emir Panji dengan nomor seri TT-0414. Dan kejadian lainnya pada 20 Juli 1987 dengan pilot Lettu Pnb [[Agus Supriatna]] dengan nomor seri TT-0408. Selain itu ada beberapa kejadian pada Skyhawk yang berakibat pada gugurnya para penerbang TNI AU.


Selama pengabdian di Indonesia, pelbagai operasi militer pernah didukungnya. Operasi-operasi itu adalah [[Operasi Sriti Samber]] dan [[Operasi Seroja]] (1980-1999) di [[Timor Timur]], [[Operasi Oscar]] (1991-1992) di [[Sulawesi]] dan [[Operasi Rencong Terbang]] (1991-1995) di [[Aceh]].
Selama pengabdian di Indonesia, pelbagai operasi militer pernah didukungnya. Operasi-operasi itu adalah [[Operasi Sriti Samber]] dan [[Operasi Seroja]] (1980–1999) di [[Timor Timur]], [[Operasi Oscar]] (1991–1992) di [[Sulawesi]] dan [[Operasi Rencong Terbang]] (1991–1995) di [[Aceh]].


Tanggal 5 Agustus 2004, untuk terakhir kalinya pesawat ini mengangkasa di Indonesia dan mengakhiri pengabdiannya. Saat ini banyak [[A-4 Skyhawk]] Indonesia dijadikan monumen di pelbagai kota di Indonesia. Dua pesawat Skyhawk menjadi koleksi [[Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala]], Yogyakarta (TT-0407) dan [[Museum Satria Mandala]], Jakarta (TT-0438).
Tanggal 5 Agustus 2004, untuk terakhir kalinya pesawat ini mengangkasa di Indonesia dan mengakhiri pengabdiannya. Saat ini banyak [[A-4 Skyhawk]] Indonesia dijadikan monumen di pelbagai kota di Indonesia. Dua pesawat Skyhawk menjadi koleksi [[Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala]], Yogyakarta (TT-0407) dan [[Museum Satria Mandala]], Jakarta (TT-0438).


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Pesawat A-4 Skyhawk, dikenal untuk pertama kali oleh para penerbang TNI AU, ketika mereka latihan bersama [[Angkatan Udara New Zealand|Angkatan Udara Selandia Baru (RNZAF - ''Royal New Zealand Air Force'')]] dengan sandi "Elang Seberang I" pada tahun 1976. Saat itu, para penerbang TNI AU menerbangkan 6 pesawat [[F-86 Sabre]] dan pihak RNZAF menggunakan 4 pesawat [[A-4 Skyhawk]]. Dalam kesempatan itu, Kadisops (Kepala Dinas Operasi) Kasetsergap (Kepala Satuan Tempur Sergap) [[Letkol]] Pnb Isbandi Gondo, berkesempatan mencobanya dengan duduk di kokpit belakang A-4 Skyhawk. Dari latihan bersama ini, didapatkan masukan agar TNI AU bisa memiliki dan mengoperasionalkan pesawat A-4 Skyhawk, yang dilengkapi dengan senapan mesin dengan dua kanon berkaliber 20 mm. Setiap kanon bisa memuat hingga 200 butir peluru yang dipasang di pangkal sayap delta pesawat ini.{{Sfn|Saragih|2018|p=14}}
Pesawat A-4 Skyhawk, dikenal untuk pertama kali oleh para penerbang TNI AU, ketika mereka latihan bersama [[Angkatan Udara New Zealand|Angkatan Udara Selandia Baru (RNZAF - ''Royal New Zealand Air Force'')]] dengan sandi "Elang Seberang I" pada tahun 1976. Saat itu, para penerbang TNI AU menerbangkan enam pesawat [[F-86 Sabre]] dan pihak RNZAF menggunakan empat pesawat [[A-4 Skyhawk]]. Dalam kesempatan itu, Kadisops (Kepala Dinas Operasi) Kasetsergap (Kepala Satuan Tempur Sergap) [[Letkol]] Pnb Isbandi Gondo, berkesempatan mencobanya dengan duduk di kokpit belakang A-4 Skyhawk. Dari latihan bersama ini, didapatkan masukan agar TNI AU bisa memiliki dan mengoperasionalkan pesawat A-4 Skyhawk, yang dilengkapi dengan senapan mesin dengan dua kanon berkaliber 20 mm. Setiap kanonnya bisa memuat hingga 200 butir peluru yang dipasang di pangkal sayap delta pesawat ini.{{Sfn|Saragih|2018|p=14}}


Di paruh akhir tahun 1970-an, armada pesawat udara TNI AU yang kebanyakan berupa pesawat-pesawat buatan [[Uni Soviet]], [[Ilyushin Il-28|Ilyushin Il-28 'Beagle']] dan pesawat pembom [[Tupolev Tu-16|Tupolev Tu-16 'Badger']] sudah tidak dapat dioperasikan lagi, karena ketiadaan suku cadang. Dalam waktu bersamaan, armada pesawat [[Lockheed T-33 Shooting Star|Lockheed T-33 Thunderbird]] dan [[F-86 Sabre]] yang dimiliki TNI AU juga tidak bisa dioperasikan secara maksimal karena usianya dan kekuranga suku cadang. Hal ini mengakibatkan menurunnya kemampuan TNI AU dalam tugasnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}{{Sfn|Saragih|2018|p=10-11}}
Di paruh akhir tahun 1970-an, armada pesawat udara TNI AU yang kebanyakan berupa pesawat-pesawat buatan [[Uni Soviet]], [[Ilyushin Il-28|Ilyushin Il-28 'Beagle']] dan pesawat pembom [[Tupolev Tu-16|Tupolev Tu-16 'Badger']] sudah tidak dapat dioperasikan lagi, karena ketiadaan suku cadang. Dalam waktu bersamaan, armada pesawat [[Lockheed T-33 Shooting Star|Lockheed T-33 Thunderbird]] dan [[F-86 Sabre]] yang dimiliki TNI AU juga tidak bisa dioperasikan secara maksimal karena usianya dan kekurangan suku cadang. Hal ini mengakibatkan pada menurunnya kemampuan TNI AU dalam tugasnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}{{Sfn|Saragih|2018|p=10-11}}


Pada saat yang bersamaan, Indonesia membutuhkan kekuatan Angkatan Udara yang mumpuni untuk mendukung [[Operasi Militer TNI]] di [[Timor Timur]]. Pada tahun 1976, telah hadir pesawat [[OV-10 Bronco]] sebagai pesawat dukungan serangan udara-ke-darat namun tidak memadai untuk mendukung operasi militer tersebut karena paket pembeliannya tidak disertai persenjataan, sehingga tetap dirasa perlu untuk pengadaan pesawat tempur generasi ke-3.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2017/03/23/16034181/a-4.skyhawk.dan.sejarah.pertahanan|title=A-4 Skyhawk dan Sejarah Pertahanan|last=Asril|first=Sabrina|date=23 Maret 2017|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=04 Desember 2019}}</ref> Memasuki akhir tahun 1979, TNI AU akhirnya membeli enam belas pesawat [[Northrop F-5|Northrop F-5 Tiger II]] baru, untuk memperkuat armadanya, dan pesawat-pesawat itu tiba di Indonesia sejak 21 April 1980. Walaupun dengan keberadaan enam belas pesawat tersebut, masih belum memenuhi kekosongan skadron-skadron tempur TNI AU. Didorong oleh keadaan-keadaan di atas, TNI AU mencari alternatif lain dengan mencari pesawat dari negara produsen yang bisa dijual cepat dan siap beroperasi dalam waktu singkat.{{Sfn|Saragih|2018|p=11-12}} Pada bulan Mei 1978, Wakil Presiden Amerika Serikat, [[Walter Mondale]] berkunjung ke Indonesia dan salah satunya membawa informasi ketersediaan A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel yang bisa dibeli dan dioperasikan dalam waktu singkat. Tawaran ini diterima oleh Indonesia dan didukung oleh [[Badan Intelijen Strategis|Kepala Badan Intelijen Strategis]] [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] saat itu yang dijabat [[Benny Moerdani]]. Kendalanya, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan [[Israel]], sehingga diputuskan untuk diadakan Operasi Intelijen bersandikan "[[Operasi Alpha]]" yang dimulai sejak pertengahan tahun 1979.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}
Pada saat yang bersamaan, Indonesia membutuhkan kekuatan Angkatan Udara yang mumpuni untuk mendukung [[Operasi Militer TNI]] di [[Timor Timur]]. Pada tahun 1976, telah hadir pesawat [[OV-10 Bronco]] sebagai pesawat dukungan serangan udara-ke-darat namun tidak memadai untuk mendukung operasi militer tersebut karena paket pembeliannya tidak disertai persenjataan, sehingga tetap dirasa perlu untuk pengadaan pesawat tempur generasi ke-3.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2017/03/23/16034181/a-4.skyhawk.dan.sejarah.pertahanan|title=A-4 Skyhawk dan Sejarah Pertahanan|last=Asril|first=Sabrina|date=23 Maret 2017|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=04 Desember 2019}}</ref> Memasuki akhir tahun 1979, TNI AU akhirnya membeli 16 pesawat [[Northrop F-5|Northrop F-5 Tiger II]] baru, untuk memperkuat armadanya, dan pesawat-pesawat itu tiba di Indonesia sejak 21 April 1980. Walaupun dengan keberadaan 16 pesawat tersebut, masih belum memenuhi kekosongan skadron-skadron tempur TNI AU. Didorong oleh keadaan-keadaan di atas, TNI AU mencari alternatif lain dengan mencari pesawat dari negara produsen yang bisa dijual cepat dan siap beroperasi dalam waktu singkat.{{Sfn|Saragih|2018|p=11-12}}
Pada bulan Mei 1978, Wakil Presiden Amerika Serikat, [[Walter Mondale]] berkunjung ke Indonesia dan salah satunya membawa informasi ketersediaan A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel yang bisa dibeli dan dioperasikan dalam waktu singkat. Tawaran ini diterima oleh Indonesia dan didukung oleh [[Badan Intelijen Strategis|Kepala Badan Intelijen Strategis]] [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] saat itu yang dijabat [[Benny Moerdani]]. Kendalanya, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan [[Israel]], sehingga diputuskan untuk diadakan Operasi Intelijen bersandikan "[[Operasi Alpha]]" yang dimulai sejak pertengahan tahun 1979.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}


== Pengadaan ==
== Pengadaan ==
{{main|Operasi Alpha}}
[[Berkas:A-4 Skyhawk TNI-AU Tanjung Priok Indonesia.jpg|ka|jmpl|450x450px|<center>Kedatangan A-4 Skyhawk TNI AU di pelabuhan laut Tanjung Priok</center>|al=]]
[[Berkas:A-4 Skyhawk TNI-AU Tanjung Priok Indonesia.jpg|jmpl|350x350px|Kedatangan A-4 Skyhawk TNI AU di pelabuhan laut Tanjung Priok|al=]]
Operasi Alpha merupakan operasi rahasia terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI AU dalam pengadaan tiga puluh dua pesawat A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel. Penamaan Operasi Alpha, karena mengambil huruf pertama dari A-4 Skyhawk.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=110}} Operasi ini dimulai dengan mengirimkan para teknisi ke Israel. Enam angkatan pertama yang dikirimkan adalah para teknisi yang nantinya akan merawat pesawat ini, dan setiap angkatan ini terdiri atas sepuluh orang. Keberangkatan mereka ke sana sangat dirahasiakan sehingga mereka menempuh rute yang berbeda-beda dan pesawat yang berbeda. Selesai menyelesaikan pendidikan, mereka tidak langsung pulang ke Indonesia, namun mereka diterbangkan dulu ke Amerika Serikat dan banyak mengambil gambar disana untuk memberikan kesan bahwa kegiatan pelatihan di adakan di Amerika dan bukan di Israel.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}
Operasi Alpha merupakan operasi rahasia terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI AU dalam pengadaan 32 pesawat A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel. Penamaan Operasi Alpha, karena mengambil huruf pertama dari A-4 Skyhawk.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=110}} Operasi ini dimulai dengan mengirimkan para teknisi ke Israel. Enam angkatan pertama yang dikirimkan adalah para teknisi yang nantinya akan merawat pesawat ini, dan setiap angkatan ini terdiri atas sepuluh orang. Keberangkatan mereka ke sana sangat dirahasiakan sehingga mereka menempuh rute yang berbeda-beda dan pesawat yang berbeda. Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka tidak langsung pulang ke Indonesia, namun mereka diterbangkan dulu ke Amerika Serikat dan banyak mengambil gambar disana untuk memberikan kesan bahwa kegiatan pelatihan diadakan di Amerika dan bukan di Israel.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}


Angkatan terakhir terdiri atas 10 penerbang TNI AU yang dikirimkan pada awal tahun 1980-an untuk mengikuti pelatihan mengoperasikan pesawat A-4 Skyhawk selama 4,5 bulan di Skadron 141, salah satu pangkalan tempur besar yang terletak di wilayah Barat dari kota [[Eilat]], [[Israel]].{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}} Pangkalan ini menyimpan beberapa pesawat, seperti [[Dassault Mirage III|Mirage III]], [[F-4 Phantom]], [[A-4 Skyhawk]], [[IAI Kfir|Kfir C-2]] dan beberapa pesawat transport. Di Israel, pangkalan seringkali tidak memiliki nama pasti, hanya berupa angka serta bisa berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan intelijen. Karena misi ini adalah misi rahasia, maka sesuai kesepakatan, para penerbang TNI AU sepakat menyebutnya sebagai [[Arizona]] di Amerika Serikat. {{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}
Angkatan terakhir terdiri atas 10 penerbang TNI AU yang dikirimkan pada awal tahun 1980-an untuk mengikuti pelatihan mengoperasikan pesawat A-4 Skyhawk selama 4,5 bulan di Skadron 141, salah satu pangkalan tempur besar yang terletak di wilayah Barat dari kota [[Eilat]], [[Israel]].{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}} Pangkalan ini menyimpan beberapa pesawat, seperti [[Dassault Mirage III|Mirage III]], [[F-4 Phantom]], [[A-4 Skyhawk]], [[IAI Kfir|Kfir C-2]] dan beberapa pesawat transport. Di Israel, pangkalan sering kali tidak memiliki nama pasti, hanya berupa angka serta bisa berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan intelijen. Karena misi ini adalah misi rahasia, maka sesuai kesepakatan, para penerbang TNI AU sepakat menyebutnya sebagai [[Arizona]] di Amerika Serikat. {{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}


Para penerbang yang dikirimkan, merupakan pelopor penerbang A-4 Skyhawk. Mereka adalah para penerbang pesawat T-33 Thunderbird yang terdiri dari [[Kapten (TNI)|Kapten Pnb]] [[P. Royke Lumintang]] (''Thunder 17 - Rascal''), [[Mayor]] Pnb Suyamto (''Thunder 22 - Stingray''), Mayor Pnb [[Donan Sunanto]] (''Thunder 25 - Beagle''), Mayor Pnb [[Irawan Saleh]] (''Thunder 26 - Tiger''), Kapten Pnb [[F. Djoko Poerwoko]] (''Thunder 36 - Beager''), Kapten Pnb [[Suminar Hadi]] (''Thunder 37 - Buzzard''), Kapten Pnb [[Dwie Harmono]] (''Thunder 39 - Seagull''), Kapten Pnb [[Teddy Sumarno]] (''Thunder 41 - Squirrel''), Kapten Pnb [[R. Suprijanto]] (''Thunder 44 - Kiwi'') dan [[Letnan Satu|Lettu]] Pnb [[Edy Harjoko]] (''Thunder 45 - Fox Bat'').{{Sfn|Saragih|2018|p=13-15}} Pelatihan yang diberikan meliputi ''general flying'' (menerbangkan A-4 secara umum) sebanyak dua jam, terbang solo (sendiri) serta mengoperasikan Skyhawk sebagai pesawat tempur serang udara-ke-darat. Setelah ''general flying'', semua penerbang TNI AU sudah boleh terbang ''solo''. Pelajaran disana diberikan dengan efektif, misalnya untuk latihan terbang formasi dilakukan bersamaan dengan latihan lain sewaktu melaksanakan terbang navigasi atau ''air-to-air''. Sehingga dengan 20 jam/20 sorti, semua penerbang TNI AU sudah mampu mengoperasikan A-4 sebagai alat utama sistim persenjataan.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}
Para penerbang yang dikirimkan, merupakan pelopor penerbang A-4 Skyhawk. Mereka adalah para penerbang pesawat T-33 Thunderbird yang terdiri dari [[Kapten (TNI)|Kapten Pnb]] [[P. Royke Lumintang]] (''Thunder 17 - Rascal''), [[Mayor]] Pnb Suyamto (''Thunder 22 - Stingray''), Mayor Pnb [[Donan Sunanto]] (''Thunder 25 - Beagle''), Mayor Pnb [[Irawan Saleh]] (''Thunder 26 - Tiger''), Kapten Pnb [[F. Djoko Poerwoko]] (''Thunder 36 - Beager''), Kapten Pnb [[Suminar Hadi]] (''Thunder 37 - Buzzard''), Kapten Pnb [[Dwie Harmono]] (''Thunder 39 - Seagull''), Kapten Pnb [[Teddy Sumarno]] (''Thunder 41 - Squirrel''), Kapten Pnb [[R. Suprijanto]] (''Thunder 44 - Kiwi'') dan [[Letnan Satu|Lettu]] Pnb [[Edy Harjoko]] (''Thunder 45 - Fox Bat'').{{Sfn|Saragih|2018|p=13-15}} Pelatihan yang diberikan meliputi ''general flying'' (menerbangkan A-4 secara umum) sebanyak dua jam, terbang solo (sendiri) serta mengoperasikan Skyhawk sebagai pesawat tempur serang udara-ke-darat. Setelah ''general flying'', semua penerbang TNI AU sudah boleh terbang ''solo''. Pelajaran disana diberikan dengan efektif, misalnya untuk latihan terbang formasi dilakukan bersamaan dengan latihan lain sewaktu melaksanakan terbang navigasi atau ''air-to-air''. Sehingga dengan 20 jam/20 sorti, semua penerbang TNI AU sudah mampu mengoperasikan A-4 sebagai alat utama sistem persenjataan.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=111 - 116}}


Tanggal 20 Mei 1980, kesepuluh penerbang tersebut menyelesaikan pendidikannya dan berhak menyandang ''brevet''/wing penerbang A-4 Skyhawk. Wing dan segala hal yang berbau Israel tersebut, tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia. Semua hal yang bisa menandakan bahwa mereka pernah ke Israel, harus dimusnahkan sebelum mereka tiba di tanah air, dan hanya foto-foto di [[Disneyland]], [[Washington, D.C.]] dan [[New York]] saja yang bisa dibawa pulang. Sedangkan untuk ijasahnya, mereka hanya bisa membawa pulang ijasah yang diterbitkan oleh [[Korps Marinir Amerika Serikat]], ''Yuma Air Station''.<ref name=":0" />
Tanggal 20 Mei 1980, kesepuluh penerbang tersebut menyelesaikan pendidikannya dan berhak menyandang ''brevet''/wing penerbang A-4 Skyhawk. Wing dan segala hal yang berbau Israel tersebut, tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia. Semua hal yang bisa menandakan bahwa mereka pernah ke Israel, harus dimusnahkan sebelum mereka tiba di tanah air, dan hanya foto-foto di [[Disneyland]], [[Washington, D.C.]] dan [[New York]] saja yang bisa dibawa pulang. Sedangkan untuk ijazahnya, mereka hanya bisa membawa pulang ijazah yang diterbitkan oleh [[Korps Marinir Amerika Serikat]], ''Yuma Air Station''.<ref name=":0" />


=== Operasi Alpha 1 ===
=== Operasi Alpha 1 ===
Kedatangan pesawat ini di Indonesia terbagi atas beberapa gelombang. Gelombang pertama tahap awal, Skyhawk tiba dengan mempergunakan kapal laut di pelabuhan laut Tanjung Priok, Jakarta pada 4 Mei 1980. Pesawat yang tiba ini berjumlah 4 pesawat yang terdiri dari 2 pesawat bertempat duduk ganda dan 2 lainnya bertempat duduk tunggal. Pengiriman berikutnya tiba berselang lima minggu hingga lengkap berjumlah enam belas pesawat pada September 1980 dan memenuhi kebutuhan satu skadron. Pada saat kedatangannya, dan karena bersifat rahasia, pesawat-pesawat itu disimpan di Tanjung Priok dengan label [[F-5|F-5 E/F Tiger II "Macan"]] sehingga masyarakat umum mengira itu adalah pesawat-pesawat F-5 Tiger II yang juga baru dipesan dari Amerika Serikat. Setelah tiba di Tanjung Priok, kemudian pesawat itu dirakit kembali oleh para teknisi TNI AU dan pabrik pembuatnya di [[Lanud Halim Perdanakusuma]].{{Sfn|Saragih|2018|p=14}}
Kedatangan pesawat ini di Indonesia terbagi atas beberapa gelombang. Gelombang pertama tahap awal, Skyhawk tiba dengan mempergunakan kapal laut di pelabuhan laut Tanjung Priok, Jakarta pada 4 Mei 1980. Pesawat yang tiba ini berjumlah 4 pesawat yang terdiri dari 2 pesawat bertempat duduk ganda dan 2 lainnya bertempat duduk tunggal. Pengiriman berikutnya tiba berselang lima minggu hingga lengkap berjumlah 16 pesawat pada September 1980 dan memenuhi kebutuhan satu skadron. Pada saat kedatangannya, dan karena bersifat rahasia, pesawat-pesawat itu disimpan di Tanjung Priok dengan label [[F-5|F-5 E/F Tiger II "Macan"]] sehingga masyarakat umum mengira itu adalah pesawat-pesawat F-5 Tiger II yang juga baru dipesan dari Amerika Serikat. Setelah tiba di Tanjung Priok, kemudian pesawat itu dirakit kembali oleh para teknisi TNI AU dan pabrik pembuatnya di [[Lanud Halim Perdanakusuma]].{{Sfn|Saragih|2018|p=14}}


Pesawat yang tiba pada gelombang pertama ini adalah dari tipe A-4E bertempat duduk tunggal sebanyak 14 buah dan tipe TA-4H bertempat duduk ganda sebanyak 2 pesawat. Armada A-4 Skyhawk gelombang pertama ini kemudian diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414 (TT - Tempur Taktis). Sedangkan dua lainnya bernomor seri TL-0415 dan TL-0416 (TL - Tempur Latih).{{Sfn|Saragih|2018|p=14}} Setelah semua dirakit dan lulus uji terbang, maka enam belas pesawat tersebut ditempatkan secara resmi di [[Skadron Udara 11]] yang saat itu berlokasi di [[Lanud Iswahyudi]], [[Madiun]], [[Jawa Timur]]. Dan armada ini ditampilkan untuk pertama kalinya ke khalayak umum pada peristiwa HUT ABRI ke-35 tanggal 5 Oktober 1980 di Jakarta. Di tahun 1980 Indonesia mendapatkan tambahan satu A-4E Skyhawk, diberi nomor seri TT-0417. Hal ini karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh ketika masih dalam masa garansi. Semua pesawat, TT-0401 sampai dengan TT-0417 berwarna kamuflase biru.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}
Pesawat yang tiba pada gelombang pertama ini adalah dari tipe A-4E bertempat duduk tunggal sebanyak 14 buah dan tipe TA-4H bertempat duduk ganda sebanyak 2 pesawat. Armada A-4 Skyhawk gelombang pertama ini kemudian diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414 (TT - Tempur Taktis). Sedangkan dua lainnya bernomor seri TL-0415 dan TL-0416 (TL - Tempur Latih).{{Sfn|Saragih|2018|p=14}} Setelah semua dirakit dan lulus uji terbang, maka enam belas pesawat tersebut ditempatkan secara resmi di [[Skadron Udara 11]] yang saat itu berlokasi di [[Lanud Iswahyudi]], [[Madiun]], [[Jawa Timur]]. Dan armada ini ditampilkan untuk pertama kalinya ke khalayak umum pada peristiwa HUT ABRI ke-35 tanggal 5 Oktober 1980 di Jakarta. Pada tahun 1980 Indonesia mendapatkan tambahan satu A-4E Skyhawk, diberi nomor seri TT-0417. Hal ini karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh ketika masih dalam masa garansi. Semua pesawat, TT-0401 sampai dengan TT-0417 berwarna kamuflase biru.{{Sfn|Winchester|2004|p=409-410}}{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}


=== Operasi Alpha 2 ===
=== Operasi Alpha 2 ===
Tahun 1982, otoritas pemerintah Indonesia membeli lagi 16 pesawat bekas pakai AU Israel, dan semuanya dari tipe A-4E. Keenam belas pesawat ini sebelum dikirimkan ke Indonesia, diperbaiki dan direkondisikan terlebih dahulu dengan nilai kontrak yang tercatat sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini mendapatkan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, Semua pesawat ini, berwarna kamuflase hijau ketika baru dibeli.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}{{Sfn|Winchester|2004|p=411-412}}
Tahun 1982, otoritas pemerintah Indonesia membeli lagi 16 pesawat bekas pakai AU Israel, dan semuanya dari tipe A-4E. 16 pesawat ini sebelum dikirimkan ke Indonesia, diperbaiki dan direkondisikan terlebih dahulu dengan nilai kontrak yang tercatat sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini mendapatkan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, Semua pesawat ini, berwarna kamuflase hijau ketika baru dibeli.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}{{Sfn|Winchester|2004|p=411-412}}


=== Gelombang III ===
=== Gelombang III ===
Pada 15 April 1993, satu pesawat TA-4H, nomor seri TT-0415, jatuh di [[Laut Sulawesi]], sehingga hanya menyisakan satu pesawat bertempat duduk ganda yang bisa dipergunakan untuk pendidikan penerbang baru ataupun penerbang konversi (membiasakan penggunaan pesawat dengan moda tempur lainnya). Pada paruh akhir tahun 1990-an, otoritas pemerintahan Indonesia berminat untuk membeli A-4 Skyhawk tipe TA-4PTM milik [[Angkatan Udara Malaysia|AU Malaysia]]. Namun rencana itu dibatalkan mengingat kondisinya yang jelek, dan mesinnya yang berbeda dengan yang sudah dimiliki oleh TNI AU selama ini. Pemerintah Indonesia akhirnya membeli dua pesawat A-4 Skyhawk tipe TA-4J bekas pakai Angkatan Laut Amerika Serikat. Sebelum dikirimkan ke Indonesia, keduanya direkondisikan dan diperbaiki dulu oleh perusahaan "''Air Limited Bleinheim''" di Woodbourne, [[Selandia Baru]], berdasarkan kontrak No. 002/KE/I/90/AU tanggal 20 Januari 1998.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}} Dalam kontrak pembelian ini terjadi kontroversi, dikarenakan adanya kondisi politik yang memanas terkait [[Timor Leste|referendum pemisahan]] diri [[Timor Timur]]. Di lain pihak, otoritas pemerintahan Selandia Baru memiliki pandangan politik berbeda dengan Indonesia terkait referendum tersebut. Akhirnya kedua pesawat itu, setelah dilakukan uji terbang, dikirimkan ke Indonesia pada tahun 1999.{{Sfn|Winchester|2004|p=411-412}}
Pada 15 April 1993, satu pesawat TA-4H, nomor seri TT-0415, jatuh di [[Laut Sulawesi]], sehingga hanya menyisakan satu pesawat bertempat duduk ganda yang bisa dipergunakan untuk pendidikan penerbang baru ataupun penerbang konversi (membiasakan penggunaan pesawat dengan moda tempur lainnya). Pada paruh akhir tahun 1990-an, otoritas pemerintahan Indonesia berminat untuk membeli A-4 Skyhawk tipe TA-4PTM milik [[Angkatan Udara Malaysia|AU Malaysia]]. Namun rencana itu dibatalkan mengingat kondisinya yang jelek, dan mesinnya yang berbeda dengan yang sudah dimiliki oleh TNI AU selama ini. Pemerintah Indonesia akhirnya membeli dua pesawat A-4 Skyhawk tipe TA-4J bekas pakai Angkatan Laut Amerika Serikat. Sebelum dikirimkan ke Indonesia, keduanya direkondisikan dan diperbaiki dulu oleh perusahaan "''Air Limited Bleinheim''" di Woodbourne, [[Selandia Baru]], berdasarkan kontrak No. 002/KE/I/90/AU tanggal 20 Januari 1998.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}} Dalam kontrak pembelian ini terjadi kontroversi, dikarenakan adanya perbedaan politik antara pemerintah Selandia Baru dan Indonesia terkait [[Timor Leste|referendum pemisahan]] diri [[Timor Timur]]. Akhirnya kedua pesawat itu dikirimkan ke Indonesia pada tahun 1999 setelah dilakukan uji terbang.{{Sfn|Winchester|2004|p=411-412}}


== Operasional ==
== Operasional ==
[[Berkas:A-4 Skyhawk Squadron TNI-AU.jpg|kiri|jmpl|400x400px|<center>Skadron A-4 Skyhawk TNI AU</center>|al=]]
[[Berkas:A-4 Skyhawk Squadron TNI-AU.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Skadron A-4 Skyhawk TNI AU|al=]]
Empat pesawat dari gelombang pertama diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel dan tiba di [[Pelabuhan Tanjung Priok]] pada 4 Mei 1980. Pesawat-pesawat itu terdiri atas 2 tipe A-4E bertempat duduk tunggal dan 2 tipe TA-4H bertempat duduk ganda. Pesawat itu dibungkus dan diberi label [[F-5 E/F Tiger II dalam TNI AU|F-5 E/F Tiger]], sehingga seolah-olah satu paket pengiriman pembelian pesawat F-5 E/F Tiger yang diangkut dengan moda transportasi berbeda.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=127}}
Empat pesawat dari gelombang pertama diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel dan tiba di [[Pelabuhan Tanjung Priok]] pada 4 Mei 1980. Pesawat-pesawat itu terdiri atas 2 tipe A-4E bertempat duduk tunggal dan 2 tipe TA-4H bertempat duduk ganda. Pesawat itu dibungkus dan diberi label [[F-5 E/F Tiger II dalam TNI AU|F-5 E/F Tiger]], sehingga seolah-olah satu paket pengiriman pembelian pesawat F-5 E/F Tiger yang diangkut dengan moda transportasi berbeda.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=127}}


Dua pesawat A-4E langsung diangkut dengan [[Trailer|''trailer'']] dan dibawa ke [[Lanud Halim Perdanakusuma]]. Sedangkan 2 TA-4H tidak bisa langsung diangkat ke ''trailer'' karena pesawatnya lebih panjang 2, 05 m dibandingkan dengan ''trailer'' yang sudah disiapkan.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=128}}
Dua pesawat A-4E langsung diangkut dengan ''[[trailer]]'' dan dibawa ke [[Lanud Halim Perdanakusuma]]. Sedangkan 2 TA-4H tidak bisa langsung diangkat ke ''trailer'' karena pesawatnya lebih panjang 2,05 m dibandingkan dengan ''trailer'' yang sudah disiapkan.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=128}}


Sebelum A-4 Skyhawk dipertunjukan secara resmi pada 5 Oktober 1980, maka pesawat yang sudah tiba di Tanjung Priok pada 4 Mei 1980 dibawa dulu ke [[Lanud Halim Perdanakusuma]] untuk dirakit. Proses perakitan dilakukan oleh para teknisi di hanggar [[Skadron Udara 17]]. Setelah selesai dirakit, pesawat itu dites oleh pilot tes [[F. Djoko Poerwoko]] dan dinyatakan laik terbang.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=129}}
Proses perakitan dilakukan oleh para teknisi di hanggar [[Skadron Udara 17]], di [[Lanud Halim Perdanakusuma]]. Setelah selesai dirakit, pesawat itu diuji oleh pilot tes, salah satunya oleh [[F. Djoko Poerwoko]] hingga dinyatakan laik terbang.{{Sfn|Poerwoko|2006|p=129}}


=== A-4 Skyhawk Skadron Udara 11 ===
=== A-4 Skyhawk Skadron Udara 11 ===
Baris 72: Baris 75:


=== A-4 Skyhawk Skadron Udara 12 ===
=== A-4 Skyhawk Skadron Udara 12 ===
{{main|Skadron Udara 12}}16 pesawat A-4E Skyhawk, yang ditempatkan pada Skadron Udara 12 merupakan pembelian gelombang II dari [[Operasi Alpha]]. Pesawat A-4E yang dibeli dari Israel itu mengalami beberapa modifikasi oleh AU Israel. Beberapa modifikasinya antara lain adalah lubang pembuangan yang lebih panjang, alat pengereman yang biasanya dipasang di kapal induk, kanon 30 mm DEFA, dan radar yang khusus untuk AU Israel. Radar ini, ketika tiba di Indonesia, dilepaskan dari punuk yang ada di punggung pesawat. Sedangkan untuk radio komunikasi, yang terpasang adalah [[UHF]]. Radio komunikasi yang dipasang oleh TNI AU adalah ADF dan ARC-182. Pesawat-pesawat yang ditempatkan di Skadron ini adalah A-4E Skyhawk dengan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT- 0446.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.skyhawk.org/article-unit/indonesia-sku11|title=Indonesia SkU-11 {{!}} Skyhawk Association|last=|first=|date=|website=www.skyhawk.org|access-date=25 Desember 2019}}</ref>
{{main|Skadron Udara 12}}16 pesawat A-4E Skyhawk, yang ditempatkan pada Skadron Udara 12 merupakan pembelian gelombang II dari [[Operasi Alpha]]. Pesawat A-4E yang dibeli dari Israel itu mengalami beberapa modifikasi oleh AU Israel. Beberapa modifikasinya antara lain adalah lubang pembuangan yang lebih panjang, alat pengereman yang biasanya dipasang di kapal induk, kanon 30&nbsp;mm DEFA, dan radar yang khusus untuk AU Israel. Radar ini, ketika tiba di Indonesia, dilepaskan dari punuk yang ada di punggung pesawat. Sedangkan untuk radio komunikasi, yang terpasang adalah [[UHF]]. Radio komunikasi yang dipasang oleh TNI AU adalah ADF dan ARC-182. Pesawat-pesawat yang ditempatkan di Skadron ini adalah A-4E Skyhawk dengan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT- 0446.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.skyhawk.org/article-unit/indonesia-sku11|title=Indonesia SkU-11 {{!}} Skyhawk Association|last=|first=|date=|website=www.skyhawk.org|access-date=25 Desember 2019}}</ref>


=== Operasi militer ===
=== Operasi militer ===
Pesawat A-4 Skyhawk dilibatkan dalam pelbagai operasi militer, diantaranya [[Operasi Seroja]] di Timor-Timur (1980-1999), [[Operasi Halau]] di [[Natuna]] (1985), [[Operasi Oscar]] di [[Sulawesi]] (1991-1992) dan [[Operasi Rencong Terbang]] di [[Aceh]] (1991-1993).{{Sfn|Priyono|2019|p=3}}
Pesawat A-4 Skyhawk dilibatkan dalam pelbagai operasi militer, diantaranya [[Operasi Seroja]] di Timor-Timur (1980–1999), [[Operasi Halau]] di [[Natuna]] (1985), [[Operasi Oscar]] di [[Sulawesi]] (1991-1992) dan [[Operasi Rencong Terbang]] di [[Aceh]] (1991–1993).{{Sfn|Priyono|2019|p=3}}


=== Akhir operasi ===
=== Akhir operasi ===
5 Agustus 2004 merupakan penerbangan terakhir A-4 Skyhawk TNI AU di Indonesia. Dalam penerbangan ini, diterbangkan 3 unit pesawat A-4 Skyhawk dengan nomor seri TT-0431, TT-0440 dan TL-0416 dari Lanud Sultan Hasanuddin, [[Makassar]] ke Lanud Iswahjudi dan [[Lanud Adisutjipto]]. Perjalanan dari Makassar ke Lanud Iswahjudi ditempuh selama 1 jam 15 menit. Ketiga pesawat melakukan terbang lintas 300 meter di atas landasan Lanud Maospati sebelum melakukan persiapan pendaratan. Satu pesawat dengan nomor seri TT-0431 memisahkan diri dan mendarat di Lanud Maospati untuk kemudian diabadikan sebagai [[monumen]] dari museum terbuka Lanud Iswahjudi.{{Sfn|Priyono|2019|p=4}}
5 Agustus 2004 merupakan penerbangan terakhir A-4 Skyhawk TNI AU di Indonesia. Dalam penerbangan ini, diterbangkan 3 unit pesawat A-4 Skyhawk dengan nomor seri TT-0431, TT-0440 dan TL-0416 dari Lanud Sultan Hasanuddin, [[Makassar]] ke Lanud Iswahjudi dan [[Lanud Adisutjipto]]. Perjalanan dari Makassar ke Lanud Iswahjudi ditempuh selama 1 jam 15 menit. Ketiga pesawat melakukan terbang lintas 300 meter di atas landasan Lanud Iswahjudi sebelum melakukan persiapan pendaratan. Satu pesawat dengan nomor seri TT-0431 memisahkan diri dan mendarat di Lanud Iswahjudi untuk kemudian diabadikan sebagai [[monumen]] dari museum terbuka Lanud Iswahjudi.{{Sfn|Priyono|2019|p=4}}


Dua pesawat lainnya melanjutkan penerbangan ke Lanud Adisutjipto dan diserahkan kepada Komandan Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Pesawat A-4 dengan nomor seri TT-0440 diabadikan sebagai koleksi di ruang terbuka [[Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala]], Yogyakarta. Pesawat A-4 lainnya, dengan nomor seri TL-0416 diabadikan sebagai monumen di depan Gedung Handrawina, [[Akademi Angkatan Udara|Akademi Angkatan Udara (AAU)]], Yogyakarta.{{Sfn|Priyono|2019|p=4}}
Dua pesawat lainnya melanjutkan penerbangan ke Lanud Adisutjipto dan diserahkan kepada Komandan Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Pesawat A-4 dengan nomor seri TT-0440 diabadikan sebagai koleksi di ruang terbuka [[Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala]], Yogyakarta. Pesawat A-4 lainnya, dengan nomor seri TL-0416 diabadikan sebagai monumen di depan Gedung Handrawina, [[Akademi Angkatan Udara|Akademi Angkatan Udara (AAU)]], Yogyakarta.{{Sfn|Priyono|2019|p=4}}


== Restorasi dan Revitalisasi ==
== Restorasi dan Revitalisasi ==
Setelah pesawat A-4 Skyhawk tidak dipergunakan lagi, maka beberapa pesawat diabadikan sebagai monumen di banyak tempat. Monumennya yang berupa sebuah pesawat udara, bisa menjadi sarana pembinaan potensi dirgantara (BitPotDirga), dalam rangka membangkitkan semangat dan kecintaan generasi muda akan dunia kedirgantaraan Indonesia. Pesawat A-4 yang berhasil direstorasi dan direvitalisasi ada dua buah dalam kurun waktu 2017 - 2019.{{Sfn|Priyono|2019|p=7}}
Setelah pesawat A-4 Skyhawk tidak dipergunakan lagi, maka beberapa pesawat diabadikan sebagai monumen di banyak tempat. Monumennya yang berupa sebuah pesawat udara, bisa menjadi sarana pembinaan potensi dirgantara (BitPotDirga), dalam rangka membangkitkan semangat dan kecintaan generasi muda akan dunia kedirgantaraan Indonesia. Ada dua pesawat A-4 yang berhasil direstorasi dan direvitalisasi dalam kurun waktu 2017 - 2019.{{Sfn|Priyono|2019|p=7}}


=== TT-0438 - Museum Satria Mandala Jakarta ===
=== TT-0438 - Museum Satria Mandala Jakarta ===
Baris 90: Baris 93:
Dalam proses ini meliputi pembersihan pesawat, ''disassembly'' (pembongkaran pesawat untuk persiapan pengiriman ke Jakarta), pembuatan dudukan dan terakhir ''packing'' (persiapan proses pengiriman). Selanjutnya, pesawat tersebut dikirimkan ke Jakarta sebagai kargo udara pada tanggal 25 Januari 2017. Pengiriman ini mempergunakan pesawat [[C-130 Hercules]] dengan nomor seri A-1316 dari [[Skadron Udara 31]]. Sesampainya di Jakarta, A-4 itu langsung dibawa ke Museum Satria Mandala dari Lanud Halim Perdanakusuma pada 25 Januari 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=5}}
Dalam proses ini meliputi pembersihan pesawat, ''disassembly'' (pembongkaran pesawat untuk persiapan pengiriman ke Jakarta), pembuatan dudukan dan terakhir ''packing'' (persiapan proses pengiriman). Selanjutnya, pesawat tersebut dikirimkan ke Jakarta sebagai kargo udara pada tanggal 25 Januari 2017. Pengiriman ini mempergunakan pesawat [[C-130 Hercules]] dengan nomor seri A-1316 dari [[Skadron Udara 31]]. Sesampainya di Jakarta, A-4 itu langsung dibawa ke Museum Satria Mandala dari Lanud Halim Perdanakusuma pada 25 Januari 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=5}}


Proses restorasi Skyhawk ini dilakukan oleh Skatek 044 meliputi penyatuan pesawatnya kembali, pemasangannya pada dudukannya serta pembuatan akan beberapa hal yang sudah tidak ada lagi aslinya seperti helm penerbang dan bom. Bom tiruan dibuat oleh tim [[Depo Pemeliharaan 60|Depo Pemeliharaan 60 (Depohar 60)]] dan Gudang Persediaan Pusat (GPP) 4 Solo.Sedangkan untuk helm penerbang diadakan dari Lanud Adisutjipto. Semua hal ini dilakukan agar monumennya sesuai dengan bentuk, warna cat asli pesawatnya ketika masih beroperasi.{{Sfn|Priyono|2019|p=6}}
Proses restorasi Skyhawk ini dilakukan oleh Skatek 044 meliputi penyatuan pesawatnya kembali, pemasangannya pada dudukannya serta pembuatan akan beberapa hal yang sudah tidak ada lagi aslinya seperti helm penerbang dan bom. Bom tiruan dibuat oleh tim [[Depo Pemeliharaan 60|Depo Pemeliharaan 60 (Depohar 60)]] dan Gudang Persediaan Pusat (GPP) 4 Solo, sedangkan helm penerbang diadakan dari Lanud Adisutjipto. Semua hal ini dilakukan agar monumennya sesuai dengan bentuk, warna cat asli pesawatnya ketika masih beroperasi.{{Sfn|Priyono|2019|p=6}}


Proses pengecatan dan mendapatkan cat sesuai aslinya cukup menantang karena ketiadaan referensi. Selain itu cuaca di Jakarta yang dapat berubah sewaktu-waktu menjadikan tantangan lainnya. Proses pengecatan akhirnya bisa diselesaikan pada 27 Februari 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=6}} Secara resmi monumen ini diperkenalkan ke publik pada 14 Maret 2017 jam 08:35 WIB dalam suatu upacara yang dipimpin oleh [[KASAU]] saat itu Marsekal TNI [[Hadi Tjahjanto]] di Museum Satria Mandala.<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-3446483/tni-au-sumbang-1-pesawat-tempur-skyhawk-untuk-jadi-monumen|title=TNI AU Sumbang 1 Pesawat Tempur Skyhawk untuk Jadi Monumen|last=Retaduari|first=Elza Astari|date=14 Maret 2017|website=detiknews|language=id-ID|access-date=14 Januari 2020}}</ref> Dalam upacara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh TNI AU yang tergabung dalam ''Thunder Family''. ''Thunder Family'' merupakan panggilan kepada setiap penerbang dan kru teknik yang pernah bertugas di Skadud 11, dimana A-4 dulu bernaung. Upacara ini juga sekaligus peringatan 50 tahun usia dari ''Thunder Family.''<ref>{{Cite web|url=https://tni-au.mil.id/pesawat-a-4-skyhawk-lengkapi-koleksi-museum-satria-mandala/|title=Pesawat A-4 Skyhawk Lengkapi Koleksi Museum Satria Mandala|last=TNI AU|first=Dinas Penerangan|date=20 Maret 2017|website=TNI Angkatan Udara|language=id-ID|access-date=14 Januari 2020}}</ref>
Proses pengecatan dan mendapatkan cat sesuai aslinya cukup menantang karena ketiadaan referensi. Selain itu cuaca di Jakarta yang dapat berubah sewaktu-waktu. Proses pengecatan akhirnya bisa diselesaikan pada 27 Februari 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=6}} Secara resmi monumen ini diperkenalkan ke publik pada 14 Maret 2017 jam 08:35 WIB dalam suatu upacara yang dipimpin oleh [[KASAU]] saat itu Marsekal TNI [[Hadi Tjahjanto]] di Museum Satria Mandala.<ref>{{Cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-3446483/tni-au-sumbang-1-pesawat-tempur-skyhawk-untuk-jadi-monumen|title=TNI AU Sumbang 1 Pesawat Tempur Skyhawk untuk Jadi Monumen|last=Retaduari|first=Elza Astari|date=14 Maret 2017|website=detiknews|language=id-ID|access-date=14 Januari 2020}}</ref> Dalam upacara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh TNI AU yang tergabung dalam ''Thunder Family''. ''Thunder Family'' merupakan panggilan kepada setiap penerbang dan kru teknik yang pernah bertugas di Skadud 11, dimana A-4 dulu bernaung. Upacara ini juga sekaligus peringatan 50 tahun usia dari ''Thunder Family.''<ref>{{Cite web|url=https://tni-au.mil.id/pesawat-a-4-skyhawk-lengkapi-koleksi-museum-satria-mandala/|title=Pesawat A-4 Skyhawk Lengkapi Koleksi Museum Satria Mandala|last=TNI AU|first=Dinas Penerangan|date=20 Maret 2017|website=TNI Angkatan Udara|language=id-ID|access-date=14 Januari 2020}}</ref>


=== TT-0411 - Akademi Angkatan Udara Yogyakarta ===
=== TT-0411 - Akademi Angkatan Udara Yogyakarta ===
Pesawat Skyhawk dengan nomor seri TT-0411 merupakan pesawat pengadaan dari Operasi Alpha gelombang I yang merupakan pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat ini dioperasikan oleh Skadud 11 yang awalnya bermarkas di Lanud Iswahjudi yang kemudian berpindah ke Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Setelah tidak dioperasikan, pesawat ini disimpan di Lanud Hasanuddin. Sesuai arahan dari KASAU waktu itu Marsekal TNI [[Hadi Tjahjanto]], pesawat ini akan dipindahkan ke Yogyakarta untuk dijadikan monumen di [[Akademi Angkatan Udara]] di Yogyakarta.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}
Pesawat Skyhawk dengan nomor seri TT-0411 merupakan pesawat pengadaan dari Operasi Alpha gelombang I yang merupakan pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat ini dioperasikan oleh Skadud 11 yang awalnya bermarkas di Lanud Iswahjudi yang kemudian berpindah ke Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Setelah tidak dioperasikan, pesawat ini disimpan di Lanud Hasanuddin. Sesuai arahan dari KASAU waktu itu Marsekal TNI [[Hadi Tjahjanto]], pesawat ini akan dipindahkan ke Yogyakarta untuk dijadikan monumen di [[Akademi Angkatan Udara]] di Yogyakarta.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}


Persiapan untuk pemindahannya dimulai pada 10 Mei 2017 meliputi pekerjaan perbaikan, restorasi, pembersihan, ''disassembly'', ''sanding'' dan ''packing''. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh para personil dari SkaTek 044 Lanud Hasanuddin dibawah pimpinan Marsma TNI Bowo Budiarto dan DanSkaTek 044, Letkol Tek Wahyu Adji Susanto. Pesawat ini kemudian dikirimkan ke Yogyakarta sebagai kargo pada pesawat C-130 Hercules dengan nomor seri A-1303 dari Skadud 32.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}
Persiapan untuk pemindahannya dimulai pada 10 Mei 2017 meliputi pekerjaan perbaikan, restorasi, pembersihan, pembongkaran, ''sanding'' (membersihkan pesawat dari pelbagai debu dan tanah yang melekat) dan pengepakan. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh para personil dari SkaTek 044 Lanud Hasanuddin dibawah pimpinan Marsma TNI Bowo Budiarto dan DanSkaTek 044, Letkol Tek Wahyu Adji Susanto. Pesawat ini kemudian dikirimkan ke Yogyakarta sebagai kargo pada pesawat C-130 Hercules dengan nomor seri A-1303 dari Skadud 32.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}


Setibanya di Yogyakarta, pesawat itu langsung dibawa ke Lapangan Dirgantara AAU dan didukung oleh personel Dislog (Dinas Logistik) Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Proses re-assembly kembali pesawat untuk menjadi monumen dilakukan oleh SkaTek 044. Keseluruhan proses hingga pesawat ini menjadi monumen dengan warna kamuflase dan persenjataan sebagaimana layaknya ketika masih dioperasikan, diselesaikan pada 23 Juni 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}
Setibanya di Yogyakarta, pesawat itu langsung dibawa ke Lapangan Dirgantara AAU dan didukung oleh personel Dislog (Dinas Logistik) Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Proses perakitan kembali pesawat untuk menjadi monumen dilakukan oleh SkaTek 044. Keseluruhan proses hingga pesawat ini menjadi monumen dengan warna kamuflase dan persenjataan sebagaimana layaknya ketika masih dioperasikan, diselesaikan pada 23 Juni 2017.{{Sfn|Priyono|2019|p=119}}


== Data pesawat ==
== Data pesawat ==
[[Berkas:A-4 Skyhawk-Double Seat TNI-AU.jpg|al=|kiri|jmpl|<center>A-4 Skyhawk TNI AU dengan tempat duduk ganda dalam sebuah patroli|400x400px]]
[[Berkas:A-4 Skyhawk-Double Seat TNI-AU.jpg|al=|kiri|jmpl|A-4 Skyhawk TNI AU dengan tempat duduk ganda dalam sebuah patroli|250x250px]]
Pesawat nomor 1 (TT-0401) sampai dengan nomor 17 (TT-0417), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha I. Enam belas pesawat itu diberikan warna kamuflase biru. Sedangkan pesawat nomor 20 (TT-0431) sampai dengan nomor 35 (TT-0446), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha II. Enam belas pesawat ini diberikan warna kamuflase hijau. Ke tiga puluh dua pesawat tersebut pernah memperkuat [[Skadron Udara 11]] dan [[Skadron Udara 12]] hingga armada Skyhawk dipensiunkan.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}
Pesawat nomor 1 (TT-0401) sampai dengan nomor 17 (TT-0417), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha I. Pesawat-pesawat itu diberikan warna kamuflase biru. Sedangkan pesawat nomor 20 (TT-0431) sampai dengan nomor 35 (TT-0446), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha II. Pesawat-pesawat ini diberikan warna kamuflase hijau. 32 pesawat tersebut pernah memperkuat [[Skadron Udara 11]] dan [[Skadron Udara 12]] hingga armada Skyhawk dipensiunkan.{{Sfn|Poerwoko|2001|p=153-172}}


Dari tiga puluh 32 pesawat yang dibeli dari Operasi Alpha, pada tahun 1992, pesawat yang bisa dioperasikan secara penuh hanyalah 28 pesawat, karena dua pesawat dipergunakan sebagai pesawat latih dan dua lagi hancur dalam misi operasi.{{Sfn|Saragih|2018|p=20-24}}
Dari tiga puluh 32 pesawat yang dibeli dari Operasi Alpha, di tahun 1992, pesawat yang bisa dioperasikan secara penuh hanyalah dua puluh delapan pesawat. Di tahun 1996, kekuatan armada A-4 Skyhawk menjadi hanya dua puluh tujuh, dan berkurang terus menjadi sembilan belas pesawat di tahun 1999, termasuk dua pesawat yang baru dibeli berkursi ganda dari Amerika Serikat. Di tahun 2002, armada A-4 Skyhawk TNI AU yang siap beroperasi hanyalah tinggal empat belas saja.Terjadi musibah di tahun 2003 sehingga Marsma Pnb [[Edy Harjoko]] menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang. Bersamaan dengan itu, pada pertengahan tahun 2003, armada [[Sukhoi Su-27]], maka pada 5 Agustus 2004, dihentikan penggunaan A-4 Skyhawk sebagai kekuatan udara TNI AU secara resmi.{{Sfn|Winchester|2004|p=415}}


Pada tahun 1996, kekuatan armada A-4 Skyhawk menjadi hanya 27, dan berkurang terus menjadi 19 pesawat pada tahun 1999, termasuk dua pesawat yang baru dibeli berkursi ganda dari Amerika Serikat. Pada tahun 2002, armada A-4 Skyhawk TNI AU yang siap beroperasi hanyalah tinggal 14 saja.Terjadi musibah pada tahun 2003 sehingga Marsma Pnb [[Edy Harjoko]] menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang. Bersamaan dengan itu, pada pertengahan tahun 2003, armada [[Sukhoi Su-27]], maka pada 5 Agustus 2004, dihentikan penggunaan A-4 Skyhawk sebagai kekuatan udara TNI AU secara resmi.{{Sfn|Winchester|2004|p=415}}


{| class="wikitable sortable"
{| class="wikitable sortable"
Baris 289: Baris 293:
|1999
|1999
|Ganda
|Ganda
|Terjadi musibah di tahun 2003 sehingga Marsma Pnb [[Edy Harjoko]] menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang.
|Terjadi musibah pada tahun 2003 sehingga Marsma Pnb [[Edy Harjoko]] menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang.
|-
|-
|20.
|20.
Baris 433: Baris 437:
|1982
|1982
|Tunggal
|Tunggal
|Pada 25 Pebruari 1983, pesawatnya mengalami "''undershoot''" (tidak berhasil terbang kembali setelah melaksanakan penembakan udara-ke-darat) dan jatuh tepat di dekat area target penembakan. Peristiwa ini terjadi dalam Latihan Maleo Jaya I/83 di Banjarmasin. Penerbangnya, Dwi "''Seagull''" Harmono (''Thunder'' 39) gugur dalam tugas.<ref name="AngkasaNewsSkyhawk">{{Cite news|url=https://angkasa.news/sejarah/detail/tragedi-jatuhnya-pesawat-a-4-skyhawk-tt-0446-tni-au-marsda-pur-f-djoko-poerwoko-temanku-gugur|title=Tragedi Jatuhnya Pesawat A-4 Skyhawk TT-0446 TNI AU, Marsda (Pur) F. Djoko Poerwoko: Temanku Gugur!|last=Adrian|first=Beny|date=24 Mei 2019|work=Angkasa News|access-date=05 Desember 2019}}</ref>
|Pada 25 Pebruari 1983, pesawatnya mengalami "''undershoot''" (tidak berhasil terbang kembali setelah melaksanakan penembakan udara-ke-darat) dan jatuh tepat di dekat area target penembakan. Peristiwa ini terjadi dalam Latihan Maleo Jaya I/83 di Banjarmasin. Penerbangnya, Dwi "''Seagull''" Harmono (''Thunder'' 39) gugur dalam tugas.<ref name="AngkasaNewsSkyhawk">{{Cite news|url=https://angkasa.news/sejarah/detail/tragedi-jatuhnya-pesawat-a-4-skyhawk-tt-0446-tni-au-marsda-pur-f-djoko-poerwoko-temanku-gugur|title=Tragedi Jatuhnya Pesawat A-4 Skyhawk TT-0446 TNI AU, Marsda (Pur) F. Djoko Poerwoko: Temanku Gugur!|last=Adrian|first=Beny|date=24 Mei 2019|work=Angkasa News|access-date=05 Desember 2019|archive-date=2020-04-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20200426091410/https://angkasa.news/sejarah/detail/tragedi-jatuhnya-pesawat-a-4-skyhawk-tt-0446-tni-au-marsda-pur-f-djoko-poerwoko-temanku-gugur|dead-url=yes}}</ref>
|}
|}


Baris 441: Baris 445:
{{reflist}}
{{reflist}}


=== Daftar Pustaka ===
=== Daftar pustaka ===


# {{Cite book|title=Sejarah TNI Angkatan Udara Jilid V (1980 - 1989)|last=Dispenau|first=Subdisjarah|publisher=Dinas Penerangan TNI AU|year=2008|location=Jakarta}}
* {{Cite book|title=Sejarah TNI Angkatan Udara Jilid V (1980 - 1989)|last=Dispenau|first=Subdisjarah|publisher=Dinas Penerangan TNI AU|year=2008|location=Jakarta|ref=harv}}
# {{Cite book|title=Monumen Angkatan Udara (Revisi I)|last=M. Tarigan|first=Lisa|publisher=Subdisjarah Dispenau|year=2015|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Monumen Angkatan Udara (Revisi I)|last=M. Tarigan|first=Lisa|publisher=Subdisjarah Dispenau|year=2015|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live|ref=harv}}
# {{Cite book|title=Fit via vi : Otobiografi Anak Kampung yang Menjadi Penerbang Tempur|last=Poerwoko|first=Faustinus Djoko|publisher=AK, Group|year=2006|isbn=978-979-365529-1|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Fit via vi : Otobiografi Anak Kampung yang Menjadi Penerbang Tempur|last=Poerwoko|first=Faustinus Djoko|publisher=AK, Group|year=2006|isbn=978-979-365529-1|location=Jakarta|pages=|url-status=live|ref=harv}}
# {{Cite book|title=My Home My Base : Perjalanan Sejarah Pangkalan Udara Iswahjudi "1939 - 2000"|last=Poerwoko|first=Faustinus Djoko|publisher=AK Group|year=2001}}
* {{Cite book|title=My Home My Base : Perjalanan Sejarah Pangkalan Udara Iswahjudi "1939 - 2000"|last=Poerwoko|first=Faustinus Djoko|publisher=AK Group|year=2001|ref=harv}}
# {{Cite book|title=Boyong Pusaka Angkasa : Menarasikan Kembali Sejarah Kedirgantaraan Indonesia|last=Priyono|first=Marsda TNI Dento|publisher=Lembaga Kajian Pertahanan dan Kedaulatan NKRI (KERIS)|year=2019|isbn=978-602-18879-4-3|location=Yogyakarta|last2=Sutrisno|first2=Bambang Tri}}
* {{Cite book|title=Boyong Pusaka Angkasa : Menarasikan Kembali Sejarah Kedirgantaraan Indonesia|last=[[Dento Priyono|Priyono]]|first=[[Dento Priyono|Marsda TNI Dento]]|publisher=Lembaga Kajian Pertahanan dan Kedaulatan NKRI (KERIS)|year=2019|isbn=978-602-18879-4-3|location=Yogyakarta|last2=Sutrisno|first2=Bambang Tri|ref=harv}}
# {{Cite book|title=18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta|last=Saragih|first=Maylina|publisher=Dinas Penerangan TNI AU|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|title=18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta|last=Saragih|first=Maylina|publisher=Dinas Penerangan TNI AU|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live|ref=harv}}
# {{Cite book|title=DINGO: Menembus Limit Angkasa:Biografi KASAU Marsekal TNI Agus Supriatna|last=Setiawan|first=Bambang|last2=Sidik Arifianto|first2=Budiawan|publisher=Kompas Media Nusantara|year=2016|isbn=978-602-412-004-7|location=Jakarta}}
* {{Cite book|title=DINGO: Menembus Limit Angkasa:Biografi KASAU Marsekal TNI Agus Supriatna|last=Setiawan|first=Bambang|last2=Sidik Arifianto|first2=Budiawan|publisher=Kompas Media Nusantara|year=2016|isbn=978-602-412-004-7|location=Jakarta|ref=harv}}
# {{Cite book|title=Douglas A-4 Skyhawk: Attack & Close-Support Fighter Bomber|last=Winchester|first=Jim|publisher=Pen and Sword|year=2004|isbn=9781844150854|location=|pages=|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Douglas A-4 Skyhawk: Attack & Close-Support Fighter Bomber|url=https://archive.org/details/a4skyhawkheinema0000winc|last=Winchester|first=Jim|publisher=Pen and Sword|year=2004|isbn=9781844150854|location=|pages=|url-status=live|ref=harv}}


== Baca juga ==
== Baca juga ==
Baris 462: Baris 466:
* [https://tni-au.mil.id Website resmi TNI AU]
* [https://tni-au.mil.id Website resmi TNI AU]
* [https://tni-au.mil.id/mayor-pnb-toni-haryono-komandan-skadron-udara-11/ Skadron Udara 11 di website resmi TNI AU]
* [https://tni-au.mil.id/mayor-pnb-toni-haryono-komandan-skadron-udara-11/ Skadron Udara 11 di website resmi TNI AU]
{{Artikel bagus}}


[[Kategori:Militer]]
[[Kategori:Militer]]
[[Kategori:Pesawat militer menurut negara]]
[[Kategori:Pesawat militer menurut negara]]
[[Kategori:Koleksi museum]]
[[Kategori:Alutsista Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala]]

Revisi terkini sejak 10 Maret 2024 04.29

A-4 Skyhawk dalam TNI Angkatan Udara
A-4E Skyhawk TNI AU di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
TipePesawat serang
PerancangEd Heinemann
Terbang perdana5 Oktober 1980 (oleh TNI AU)
Diperkenalkan5 Oktober 1980 (oleh TNI AU)
Dipensiunkan2004, TNI AU
StatusTNI AU, Pensiun sejak 2004
Jumlah produksi2.960 buah
Harga satuanUS$ 2,8–3,8 juta

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) pernah memiliki dan mengoperasikan tiga puluh empat pesawat jet tempur A-4E Skyhawk sebagai pesawat tempur serbu/taktis udara-ke-darat antara tahun 1980 hingga 2004.

Enam belas pesawatnya dibeli dari pesawat bekas pakai Angkatan Udara Israel (AU Israel) tahun 1979. Pesawat-pesawat itu terdiri dari 14 pesawat bertempat duduk tunggal dari tipe A-4E dan diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414. 2 lagi bertempat duduk ganda dari tipe TA-4H, bernomor seri TL-0415 dan TL-0416. Satu pesawat tipe A-4E dengan nomor seri TT-0417 merupakan pesawat pengganti (karena masih dalam masa garansi) dari Amerika Serikat, karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh di Lanud Baucau, Timor Timur pada tahun 1987. Pesawat-pesawat tersebut menggenapi satu Skadron, dan ditempatkan di Skadron Udara 11 (Skadud 11), Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, Indonesia, sebelum akhirnya dipindah ke Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan sampai akhir masa pengoperasiannya pada tahun 2004.

Tahun 1982, Indonesia membeli kembali 16 pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat-pesawat itu dari tipe A-4E yang merupakan pesawat kelebihan stok mereka dengan nilai kontrak sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini diberikan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, dan ditempatkan di Skadron Udara 12 (Skadud 12), Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Indonesia. Pesawat-pesawat itu digabungkan ke Skadud 11 pada tanggal 25 Agustus 1995 hingga tahun 2004.

Dua pesawat tambahan dibeli tahun 1999 dari bekas pakai Angkatan Laut Amerika Serikat tipe TA-4J. Dua pesawat ini direkondisikan oleh Safe Air Engineering di Woodbourne, Selandia Baru dan diberikan nomor seri TT-0418 dan TT-0419. Kedua pesawat ini ditempatkan di Skadud 11, Makassar.

Di Indonesia, pesawat ini lebih dikenal dengan sebutan "Si Bongkok" karena adanya "punuk" di bagian punggungnya yang pada versi aslinya berisikan peralatan avionik khusus yang dibuat untuk kepentingan AU Israel.

Dalam masa operasinya di Indonesia, pesawat ini pernah dua kali mengalami "belly landing" (mendarat dengan aman, walaupun tanpa mengeluarkan roda pendaratan). Kejadian pertama pada 15 Januari 1987 dengan pilot Lettu Pnb Emir Panji dengan nomor seri TT-0414. Dan kejadian lainnya pada 20 Juli 1987 dengan pilot Lettu Pnb Agus Supriatna dengan nomor seri TT-0408. Selain itu ada beberapa kejadian pada Skyhawk yang berakibat pada gugurnya para penerbang TNI AU.

Selama pengabdian di Indonesia, pelbagai operasi militer pernah didukungnya. Operasi-operasi itu adalah Operasi Sriti Samber dan Operasi Seroja (1980–1999) di Timor Timur, Operasi Oscar (1991–1992) di Sulawesi dan Operasi Rencong Terbang (1991–1995) di Aceh.

Tanggal 5 Agustus 2004, untuk terakhir kalinya pesawat ini mengangkasa di Indonesia dan mengakhiri pengabdiannya. Saat ini banyak A-4 Skyhawk Indonesia dijadikan monumen di pelbagai kota di Indonesia. Dua pesawat Skyhawk menjadi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta (TT-0407) dan Museum Satria Mandala, Jakarta (TT-0438).

Latar belakang

Pesawat A-4 Skyhawk, dikenal untuk pertama kali oleh para penerbang TNI AU, ketika mereka latihan bersama Angkatan Udara Selandia Baru (RNZAF - Royal New Zealand Air Force) dengan sandi "Elang Seberang I" pada tahun 1976. Saat itu, para penerbang TNI AU menerbangkan enam pesawat F-86 Sabre dan pihak RNZAF menggunakan empat pesawat A-4 Skyhawk. Dalam kesempatan itu, Kadisops (Kepala Dinas Operasi) Kasetsergap (Kepala Satuan Tempur Sergap) Letkol Pnb Isbandi Gondo, berkesempatan mencobanya dengan duduk di kokpit belakang A-4 Skyhawk. Dari latihan bersama ini, didapatkan masukan agar TNI AU bisa memiliki dan mengoperasionalkan pesawat A-4 Skyhawk, yang dilengkapi dengan senapan mesin dengan dua kanon berkaliber 20 mm. Setiap kanonnya bisa memuat hingga 200 butir peluru yang dipasang di pangkal sayap delta pesawat ini.[1]

Di paruh akhir tahun 1970-an, armada pesawat udara TNI AU yang kebanyakan berupa pesawat-pesawat buatan Uni Soviet, Ilyushin Il-28 'Beagle' dan pesawat pembom Tupolev Tu-16 'Badger' sudah tidak dapat dioperasikan lagi, karena ketiadaan suku cadang. Dalam waktu bersamaan, armada pesawat Lockheed T-33 Thunderbird dan F-86 Sabre yang dimiliki TNI AU juga tidak bisa dioperasikan secara maksimal karena usianya dan kekurangan suku cadang. Hal ini mengakibatkan pada menurunnya kemampuan TNI AU dalam tugasnya menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2][3]

Pada saat yang bersamaan, Indonesia membutuhkan kekuatan Angkatan Udara yang mumpuni untuk mendukung Operasi Militer TNI di Timor Timur. Pada tahun 1976, telah hadir pesawat OV-10 Bronco sebagai pesawat dukungan serangan udara-ke-darat namun tidak memadai untuk mendukung operasi militer tersebut karena paket pembeliannya tidak disertai persenjataan, sehingga tetap dirasa perlu untuk pengadaan pesawat tempur generasi ke-3.[4] Memasuki akhir tahun 1979, TNI AU akhirnya membeli 16 pesawat Northrop F-5 Tiger II baru, untuk memperkuat armadanya, dan pesawat-pesawat itu tiba di Indonesia sejak 21 April 1980. Walaupun dengan keberadaan 16 pesawat tersebut, masih belum memenuhi kekosongan skadron-skadron tempur TNI AU. Didorong oleh keadaan-keadaan di atas, TNI AU mencari alternatif lain dengan mencari pesawat dari negara produsen yang bisa dijual cepat dan siap beroperasi dalam waktu singkat.[5]

Pada bulan Mei 1978, Wakil Presiden Amerika Serikat, Walter Mondale berkunjung ke Indonesia dan salah satunya membawa informasi ketersediaan A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel yang bisa dibeli dan dioperasikan dalam waktu singkat. Tawaran ini diterima oleh Indonesia dan didukung oleh Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu yang dijabat Benny Moerdani. Kendalanya, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, sehingga diputuskan untuk diadakan Operasi Intelijen bersandikan "Operasi Alpha" yang dimulai sejak pertengahan tahun 1979.[2]

Pengadaan

Kedatangan A-4 Skyhawk TNI AU di pelabuhan laut Tanjung Priok

Operasi Alpha merupakan operasi rahasia terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI AU dalam pengadaan 32 pesawat A-4 Skyhawk bekas pakai AU Israel. Penamaan Operasi Alpha, karena mengambil huruf pertama dari A-4 Skyhawk.[6] Operasi ini dimulai dengan mengirimkan para teknisi ke Israel. Enam angkatan pertama yang dikirimkan adalah para teknisi yang nantinya akan merawat pesawat ini, dan setiap angkatan ini terdiri atas sepuluh orang. Keberangkatan mereka ke sana sangat dirahasiakan sehingga mereka menempuh rute yang berbeda-beda dan pesawat yang berbeda. Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka tidak langsung pulang ke Indonesia, namun mereka diterbangkan dulu ke Amerika Serikat dan banyak mengambil gambar disana untuk memberikan kesan bahwa kegiatan pelatihan diadakan di Amerika dan bukan di Israel.[7]

Angkatan terakhir terdiri atas 10 penerbang TNI AU yang dikirimkan pada awal tahun 1980-an untuk mengikuti pelatihan mengoperasikan pesawat A-4 Skyhawk selama 4,5 bulan di Skadron 141, salah satu pangkalan tempur besar yang terletak di wilayah Barat dari kota Eilat, Israel.[2] Pangkalan ini menyimpan beberapa pesawat, seperti Mirage III, F-4 Phantom, A-4 Skyhawk, Kfir C-2 dan beberapa pesawat transport. Di Israel, pangkalan sering kali tidak memiliki nama pasti, hanya berupa angka serta bisa berubah setiap saat sesuai dengan kebutuhan intelijen. Karena misi ini adalah misi rahasia, maka sesuai kesepakatan, para penerbang TNI AU sepakat menyebutnya sebagai Arizona di Amerika Serikat. [7]

Para penerbang yang dikirimkan, merupakan pelopor penerbang A-4 Skyhawk. Mereka adalah para penerbang pesawat T-33 Thunderbird yang terdiri dari Kapten Pnb P. Royke Lumintang (Thunder 17 - Rascal), Mayor Pnb Suyamto (Thunder 22 - Stingray), Mayor Pnb Donan Sunanto (Thunder 25 - Beagle), Mayor Pnb Irawan Saleh (Thunder 26 - Tiger), Kapten Pnb F. Djoko Poerwoko (Thunder 36 - Beager), Kapten Pnb Suminar Hadi (Thunder 37 - Buzzard), Kapten Pnb Dwie Harmono (Thunder 39 - Seagull), Kapten Pnb Teddy Sumarno (Thunder 41 - Squirrel), Kapten Pnb R. Suprijanto (Thunder 44 - Kiwi) dan Lettu Pnb Edy Harjoko (Thunder 45 - Fox Bat).[8] Pelatihan yang diberikan meliputi general flying (menerbangkan A-4 secara umum) sebanyak dua jam, terbang solo (sendiri) serta mengoperasikan Skyhawk sebagai pesawat tempur serang udara-ke-darat. Setelah general flying, semua penerbang TNI AU sudah boleh terbang solo. Pelajaran disana diberikan dengan efektif, misalnya untuk latihan terbang formasi dilakukan bersamaan dengan latihan lain sewaktu melaksanakan terbang navigasi atau air-to-air. Sehingga dengan 20 jam/20 sorti, semua penerbang TNI AU sudah mampu mengoperasikan A-4 sebagai alat utama sistem persenjataan.[7]

Tanggal 20 Mei 1980, kesepuluh penerbang tersebut menyelesaikan pendidikannya dan berhak menyandang brevet/wing penerbang A-4 Skyhawk. Wing dan segala hal yang berbau Israel tersebut, tidak bisa dibawa pulang ke Indonesia. Semua hal yang bisa menandakan bahwa mereka pernah ke Israel, harus dimusnahkan sebelum mereka tiba di tanah air, dan hanya foto-foto di Disneyland, Washington, D.C. dan New York saja yang bisa dibawa pulang. Sedangkan untuk ijazahnya, mereka hanya bisa membawa pulang ijazah yang diterbitkan oleh Korps Marinir Amerika Serikat, Yuma Air Station.[4]

Operasi Alpha 1

Kedatangan pesawat ini di Indonesia terbagi atas beberapa gelombang. Gelombang pertama tahap awal, Skyhawk tiba dengan mempergunakan kapal laut di pelabuhan laut Tanjung Priok, Jakarta pada 4 Mei 1980. Pesawat yang tiba ini berjumlah 4 pesawat yang terdiri dari 2 pesawat bertempat duduk ganda dan 2 lainnya bertempat duduk tunggal. Pengiriman berikutnya tiba berselang lima minggu hingga lengkap berjumlah 16 pesawat pada September 1980 dan memenuhi kebutuhan satu skadron. Pada saat kedatangannya, dan karena bersifat rahasia, pesawat-pesawat itu disimpan di Tanjung Priok dengan label F-5 E/F Tiger II "Macan" sehingga masyarakat umum mengira itu adalah pesawat-pesawat F-5 Tiger II yang juga baru dipesan dari Amerika Serikat. Setelah tiba di Tanjung Priok, kemudian pesawat itu dirakit kembali oleh para teknisi TNI AU dan pabrik pembuatnya di Lanud Halim Perdanakusuma.[1]

Pesawat yang tiba pada gelombang pertama ini adalah dari tipe A-4E bertempat duduk tunggal sebanyak 14 buah dan tipe TA-4H bertempat duduk ganda sebanyak 2 pesawat. Armada A-4 Skyhawk gelombang pertama ini kemudian diberikan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414 (TT - Tempur Taktis). Sedangkan dua lainnya bernomor seri TL-0415 dan TL-0416 (TL - Tempur Latih).[1] Setelah semua dirakit dan lulus uji terbang, maka enam belas pesawat tersebut ditempatkan secara resmi di Skadron Udara 11 yang saat itu berlokasi di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur. Dan armada ini ditampilkan untuk pertama kalinya ke khalayak umum pada peristiwa HUT ABRI ke-35 tanggal 5 Oktober 1980 di Jakarta. Pada tahun 1980 Indonesia mendapatkan tambahan satu A-4E Skyhawk, diberi nomor seri TT-0417. Hal ini karena pesawat dengan nomor seri TT-0409 jatuh ketika masih dalam masa garansi. Semua pesawat, TT-0401 sampai dengan TT-0417 berwarna kamuflase biru.[2][9]

Operasi Alpha 2

Tahun 1982, otoritas pemerintah Indonesia membeli lagi 16 pesawat bekas pakai AU Israel, dan semuanya dari tipe A-4E. 16 pesawat ini sebelum dikirimkan ke Indonesia, diperbaiki dan direkondisikan terlebih dahulu dengan nilai kontrak yang tercatat sebesar US$ 27 juta. Pesawat-pesawat ini mendapatkan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT-0446, Semua pesawat ini, berwarna kamuflase hijau ketika baru dibeli.[9][10]

Gelombang III

Pada 15 April 1993, satu pesawat TA-4H, nomor seri TT-0415, jatuh di Laut Sulawesi, sehingga hanya menyisakan satu pesawat bertempat duduk ganda yang bisa dipergunakan untuk pendidikan penerbang baru ataupun penerbang konversi (membiasakan penggunaan pesawat dengan moda tempur lainnya). Pada paruh akhir tahun 1990-an, otoritas pemerintahan Indonesia berminat untuk membeli A-4 Skyhawk tipe TA-4PTM milik AU Malaysia. Namun rencana itu dibatalkan mengingat kondisinya yang jelek, dan mesinnya yang berbeda dengan yang sudah dimiliki oleh TNI AU selama ini. Pemerintah Indonesia akhirnya membeli dua pesawat A-4 Skyhawk tipe TA-4J bekas pakai Angkatan Laut Amerika Serikat. Sebelum dikirimkan ke Indonesia, keduanya direkondisikan dan diperbaiki dulu oleh perusahaan "Air Limited Bleinheim" di Woodbourne, Selandia Baru, berdasarkan kontrak No. 002/KE/I/90/AU tanggal 20 Januari 1998.[9] Dalam kontrak pembelian ini terjadi kontroversi, dikarenakan adanya perbedaan politik antara pemerintah Selandia Baru dan Indonesia terkait referendum pemisahan diri Timor Timur. Akhirnya kedua pesawat itu dikirimkan ke Indonesia pada tahun 1999 setelah dilakukan uji terbang.[10]

Operasional

Skadron A-4 Skyhawk TNI AU

Empat pesawat dari gelombang pertama diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 4 Mei 1980. Pesawat-pesawat itu terdiri atas 2 tipe A-4E bertempat duduk tunggal dan 2 tipe TA-4H bertempat duduk ganda. Pesawat itu dibungkus dan diberi label F-5 E/F Tiger, sehingga seolah-olah satu paket pengiriman pembelian pesawat F-5 E/F Tiger yang diangkut dengan moda transportasi berbeda.[11]

Dua pesawat A-4E langsung diangkut dengan trailer dan dibawa ke Lanud Halim Perdanakusuma. Sedangkan 2 TA-4H tidak bisa langsung diangkat ke trailer karena pesawatnya lebih panjang 2,05 m dibandingkan dengan trailer yang sudah disiapkan.[12]

Proses perakitan dilakukan oleh para teknisi di hanggar Skadron Udara 17, di Lanud Halim Perdanakusuma. Setelah selesai dirakit, pesawat itu diuji oleh pilot tes, salah satunya oleh F. Djoko Poerwoko hingga dinyatakan laik terbang.[13]

A-4 Skyhawk Skadron Udara 11

Berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor : KEP/01A/II/1983 tanggal 11 Februari 1983, tentang Pengesahan dan Penempatan pesawat A-4 Skyhawk sebagai alat utama sistem senjata TNI AU. Surat tadi juga menempatkan 16 pesawat ini sebagai kekuatan tempur Skadron Udara 11, Wing Operasional 300, Kohanudnas di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur. Pesawat-pesawat itu adalah pesawat dengan nomor seri TT-0401 sampai dengan TT-0414.[14] Dan angka 04 di awal nomor serinya sendiri menandakan A-4 Skyhawk. Skadron ini juga dilengkapi dengan 2 A-4H dengan nomor seri TL-0415 dan TL-0416.[15] Semua pesawat yang ada di Skadud ini dicat dengan warna kamuflase biru.[9]

A-4 Skyhawk Skadron Udara 12

16 pesawat A-4E Skyhawk, yang ditempatkan pada Skadron Udara 12 merupakan pembelian gelombang II dari Operasi Alpha. Pesawat A-4E yang dibeli dari Israel itu mengalami beberapa modifikasi oleh AU Israel. Beberapa modifikasinya antara lain adalah lubang pembuangan yang lebih panjang, alat pengereman yang biasanya dipasang di kapal induk, kanon 30 mm DEFA, dan radar yang khusus untuk AU Israel. Radar ini, ketika tiba di Indonesia, dilepaskan dari punuk yang ada di punggung pesawat. Sedangkan untuk radio komunikasi, yang terpasang adalah UHF. Radio komunikasi yang dipasang oleh TNI AU adalah ADF dan ARC-182. Pesawat-pesawat yang ditempatkan di Skadron ini adalah A-4E Skyhawk dengan nomor seri TT-0431 sampai dengan TT- 0446.[16]

Operasi militer

Pesawat A-4 Skyhawk dilibatkan dalam pelbagai operasi militer, diantaranya Operasi Seroja di Timor-Timur (1980–1999), Operasi Halau di Natuna (1985), Operasi Oscar di Sulawesi (1991-1992) dan Operasi Rencong Terbang di Aceh (1991–1993).[17]

Akhir operasi

5 Agustus 2004 merupakan penerbangan terakhir A-4 Skyhawk TNI AU di Indonesia. Dalam penerbangan ini, diterbangkan 3 unit pesawat A-4 Skyhawk dengan nomor seri TT-0431, TT-0440 dan TL-0416 dari Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar ke Lanud Iswahjudi dan Lanud Adisutjipto. Perjalanan dari Makassar ke Lanud Iswahjudi ditempuh selama 1 jam 15 menit. Ketiga pesawat melakukan terbang lintas 300 meter di atas landasan Lanud Iswahjudi sebelum melakukan persiapan pendaratan. Satu pesawat dengan nomor seri TT-0431 memisahkan diri dan mendarat di Lanud Iswahjudi untuk kemudian diabadikan sebagai monumen dari museum terbuka Lanud Iswahjudi.[18]

Dua pesawat lainnya melanjutkan penerbangan ke Lanud Adisutjipto dan diserahkan kepada Komandan Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Pesawat A-4 dengan nomor seri TT-0440 diabadikan sebagai koleksi di ruang terbuka Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta. Pesawat A-4 lainnya, dengan nomor seri TL-0416 diabadikan sebagai monumen di depan Gedung Handrawina, Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta.[18]

Restorasi dan Revitalisasi

Setelah pesawat A-4 Skyhawk tidak dipergunakan lagi, maka beberapa pesawat diabadikan sebagai monumen di banyak tempat. Monumennya yang berupa sebuah pesawat udara, bisa menjadi sarana pembinaan potensi dirgantara (BitPotDirga), dalam rangka membangkitkan semangat dan kecintaan generasi muda akan dunia kedirgantaraan Indonesia. Ada dua pesawat A-4 yang berhasil direstorasi dan direvitalisasi dalam kurun waktu 2017 - 2019.[19]

TT-0438 - Museum Satria Mandala Jakarta

Pesawat A-4 dengan nomor seri TT-0438 merupakan pesawat pengadaan dari Operasi Alpha II dari bekas pakai AU Israel. Pesawat ini awalnya dioperasikan oleh Skadud 12, Pekanbaru, sebelum akhirnya disatukan di Skadud 11, Hasanuddin, Makassar. Pada 9 Januari 1989, pesawat ini jatuh karena mesinnya mati.[20] Untuk bisa dipajang sebagai koleksi Museum Satria Mandala, Jakarta, terlebih dahulu pesawat ini diperbaiki dan direstorasi mulai 8 Januari 2017 oleh Skadron Teknik (Skatek) 044, Lanud Hasanuddin, Makassar. Proses ini diawasi langsung oleh Danlanud waktu itu, Marsma TNI Bowo Budiarto dan Komandan SkaTek 044, Letkol Tek Adji Susanto.[21]

Dalam proses ini meliputi pembersihan pesawat, disassembly (pembongkaran pesawat untuk persiapan pengiriman ke Jakarta), pembuatan dudukan dan terakhir packing (persiapan proses pengiriman). Selanjutnya, pesawat tersebut dikirimkan ke Jakarta sebagai kargo udara pada tanggal 25 Januari 2017. Pengiriman ini mempergunakan pesawat C-130 Hercules dengan nomor seri A-1316 dari Skadron Udara 31. Sesampainya di Jakarta, A-4 itu langsung dibawa ke Museum Satria Mandala dari Lanud Halim Perdanakusuma pada 25 Januari 2017.[21]

Proses restorasi Skyhawk ini dilakukan oleh Skatek 044 meliputi penyatuan pesawatnya kembali, pemasangannya pada dudukannya serta pembuatan akan beberapa hal yang sudah tidak ada lagi aslinya seperti helm penerbang dan bom. Bom tiruan dibuat oleh tim Depo Pemeliharaan 60 (Depohar 60) dan Gudang Persediaan Pusat (GPP) 4 Solo, sedangkan helm penerbang diadakan dari Lanud Adisutjipto. Semua hal ini dilakukan agar monumennya sesuai dengan bentuk, warna cat asli pesawatnya ketika masih beroperasi.[22]

Proses pengecatan dan mendapatkan cat sesuai aslinya cukup menantang karena ketiadaan referensi. Selain itu cuaca di Jakarta yang dapat berubah sewaktu-waktu. Proses pengecatan akhirnya bisa diselesaikan pada 27 Februari 2017.[22] Secara resmi monumen ini diperkenalkan ke publik pada 14 Maret 2017 jam 08:35 WIB dalam suatu upacara yang dipimpin oleh KASAU saat itu Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Museum Satria Mandala.[23] Dalam upacara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh TNI AU yang tergabung dalam Thunder Family. Thunder Family merupakan panggilan kepada setiap penerbang dan kru teknik yang pernah bertugas di Skadud 11, dimana A-4 dulu bernaung. Upacara ini juga sekaligus peringatan 50 tahun usia dari Thunder Family.[24]

TT-0411 - Akademi Angkatan Udara Yogyakarta

Pesawat Skyhawk dengan nomor seri TT-0411 merupakan pesawat pengadaan dari Operasi Alpha gelombang I yang merupakan pesawat bekas pakai AU Israel. Pesawat ini dioperasikan oleh Skadud 11 yang awalnya bermarkas di Lanud Iswahjudi yang kemudian berpindah ke Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Setelah tidak dioperasikan, pesawat ini disimpan di Lanud Hasanuddin. Sesuai arahan dari KASAU waktu itu Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, pesawat ini akan dipindahkan ke Yogyakarta untuk dijadikan monumen di Akademi Angkatan Udara di Yogyakarta.[25]

Persiapan untuk pemindahannya dimulai pada 10 Mei 2017 meliputi pekerjaan perbaikan, restorasi, pembersihan, pembongkaran, sanding (membersihkan pesawat dari pelbagai debu dan tanah yang melekat) dan pengepakan. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh para personil dari SkaTek 044 Lanud Hasanuddin dibawah pimpinan Marsma TNI Bowo Budiarto dan DanSkaTek 044, Letkol Tek Wahyu Adji Susanto. Pesawat ini kemudian dikirimkan ke Yogyakarta sebagai kargo pada pesawat C-130 Hercules dengan nomor seri A-1303 dari Skadud 32.[25]

Setibanya di Yogyakarta, pesawat itu langsung dibawa ke Lapangan Dirgantara AAU dan didukung oleh personel Dislog (Dinas Logistik) Lanud Adisutjipto, Yogyakarta. Proses perakitan kembali pesawat untuk menjadi monumen dilakukan oleh SkaTek 044. Keseluruhan proses hingga pesawat ini menjadi monumen dengan warna kamuflase dan persenjataan sebagaimana layaknya ketika masih dioperasikan, diselesaikan pada 23 Juni 2017.[25]

Data pesawat

A-4 Skyhawk TNI AU dengan tempat duduk ganda dalam sebuah patroli

Pesawat nomor 1 (TT-0401) sampai dengan nomor 17 (TT-0417), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha I. Pesawat-pesawat itu diberikan warna kamuflase biru. Sedangkan pesawat nomor 20 (TT-0431) sampai dengan nomor 35 (TT-0446), merupakan 16 pesawat yang dibeli dari pesawat bekas pakai AU Israel dalam Operasi Alpha II. Pesawat-pesawat ini diberikan warna kamuflase hijau. 32 pesawat tersebut pernah memperkuat Skadron Udara 11 dan Skadron Udara 12 hingga armada Skyhawk dipensiunkan.[9]

Dari tiga puluh 32 pesawat yang dibeli dari Operasi Alpha, pada tahun 1992, pesawat yang bisa dioperasikan secara penuh hanyalah 28 pesawat, karena dua pesawat dipergunakan sebagai pesawat latih dan dua lagi hancur dalam misi operasi.[20]

Pada tahun 1996, kekuatan armada A-4 Skyhawk menjadi hanya 27, dan berkurang terus menjadi 19 pesawat pada tahun 1999, termasuk dua pesawat yang baru dibeli berkursi ganda dari Amerika Serikat. Pada tahun 2002, armada A-4 Skyhawk TNI AU yang siap beroperasi hanyalah tinggal 14 saja.Terjadi musibah pada tahun 2003 sehingga Marsma Pnb Edy Harjoko menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang. Bersamaan dengan itu, pada pertengahan tahun 2003, armada Sukhoi Su-27, maka pada 5 Agustus 2004, dihentikan penggunaan A-4 Skyhawk sebagai kekuatan udara TNI AU secara resmi.[26]

Data Pesawat A-4 Skyhwak TNI AU[27][20]
No. Nomor Pabrik Nomor Konstruksi Tipe Nomor seri Tahun Kedatangan Jumlah Tempat Duduk Keterangan
1. 149978 A-4E TT-0401 1980 Tunggal
2. 149979 A-4E TT-0402 1980 Tunggal
3. 149986 A-4E TT-0403 1980 Tunggal
4. 149987 A-4E TT-0404 1980 Tunggal Saat melaksanakan latihan menembak, mesinnya mati sehingga pesawatnya jatuh pada 26 Juli 1985. Penerbangnya, Lettu Pnb Tri Budi "Wild Eel" Satriyo (Thunder 81) berhasil "eject" dengan selamat.[20]
5. 149998 A-4E TT-0405 1980 Tunggal Pada 22 Juni 2000, pesawatnya mengalami stall dan masuk ke kondisi spiral dive (terbang berputar tak terkendali) dan jatuh di Laut Sulawesi, penerbangnya Albert L. Mare (Thunder 128) gugur dalam tugas.[20][28]
150010 A-4E TT-0406 1980 Tunggal Pada 22 Januari 1998, dalam tugas penerbangan ferry (penerbangan jarak jauh), pesawatnya masuk awan kumulonimbus dan jatuh di Laut Banda. Penerbangnya, S. Hirsan "Wild Crow" Habib (Thunder 79), tidak ditemukan jenasahnya dan dinyatakan gugur dalam tugas.[20]
7. 150025 A-4E TT-0407 1980 Tunggal Pada 6 Agustus 1987, A-4 mengalami kondisi "Throttle stuck open, power" (kondisi dimana daya dorong tidak bisa diubah pada kondisi maksimum, sehingga Skyhawk tidak bisa dikendalikan), mengakibatkan pesawatnya jatuh di ujung landasan Lanud Iswahyudi. Penerbangnya, S. Hirsan "Wild Crow" Habib (Thunder 79), berhasil eject (melontarkan dirinya dari pesawat) dengan selamat.[20]
8. 150042 A-4E TT-0408 1980 Tunggal Pada 20 Juli 1987, Skyhawk yang diawaki Lettu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder 73) melakukan belly landing, dan berhasil mendarat dengan selamat dengan kerusakan pada drop tank-nya saja.[20]
9. 150066 A-4E TT-0409 1980 Tunggal Pada 31 Maret 1981, Skyhawk yang diawaki Kapten Pnb Suminar "Buzzard" (Thunder 37) Hadi ketika sedang melaksanakan terbang formasi di acara Latihan Gabungan ABRI jatuh di Lanud Baucau, Timor Timur. Dalam peristiwa ini, penerbangnya berhasil eject dengan selamat.[20]
10. 150120 A-4E TT-0410 1980 Tunggal
11. 150125 A-4E TT-0411 1980 Tunggal
12. 152007 A-4E TT-0412 1980 Tunggal
13. 152017 A-4E TT-0413 1980 Tunggal Pada 10 November 1986, Skyhawk yang diawaki Letda Pnb Rachmat "Cougar" Hidayat (Thunder 85) jatuh karena mesin pesawatnya mati, ketika selesai melaksanakan latihan menembak di AWR Pulung, Ponorogo. Dalam peristiwa ini, penerbangnya berhasil eject dengan selamat.[20]
14. 152089 A-4E TT-0414 1980 Tunggal Pada 15 Desember 1993, pesawat yang dipiloti Lettu Pnb Edi "Black Bird" Komari (Thunder 97) jatuh di Laut China Selatan, pada Latihan Gabungan dengan TNI AL. Namun dalam peristiwa ini, penerbangnya berhasil eject dengan selamat.[20]
15. 157429 14078 TA-4H TL-0415 1980 Ganda Pada 15 April 1993, A-4 jatuh di Laut Sulawesi. Ketika itu, pesawatnya sedang melaksanakan manuver vertikal, canopynya terlepas dan mengenai elevator. Letkol Pnb Junianto "Griffin" S. Yogasara (Thunder 53), berhasil eject dengan selamat. Dalam peristiwa ini Lettu Pnb R. Krisna Hertat (Thunder 120) juga eject namun gugur karena faktor lainnya.[20]
16. 157430 14079 TA-4H TL-0416 1980 Ganda Saat melaksanakan latihan rutin di Lanud Hasanuddin, pesawat ini jatuh. Kedua pilotnya, Lettu Pnb Fadjar "Bobcat" Prasetyo (Thunder 107) dan Lettu Pnb Asril "Phoenix" Samani (Thunder 117) berhasil "eject" dengan selamat.[20]
17. 152013 A-43 TT-0417 1981 Tunggal Pengganti TT-0409 karena masih dalam masa garansi. Pada 15 Desember 1993, pesawatnya jatuh Laut China Selatan, pada Latihan Gabungan dengan TNI AL. Dan dalam peristiwa ini, pilotnya, Lettu Pnb A. Joko "Viper" Takaryanto (Thunder 102), berhasil "eject' dengan selamat.[20]
18. 154315 AMARC 3A0708 TA-4J TL-0418 1999 Ganda
19. 158454 AMARC 3A0754 TA-4J TL-0419 1999 Ganda Terjadi musibah pada tahun 2003 sehingga Marsma Pnb Edy Harjoko menyatakan bahwa A-4 Skyhawk TNI AU tidak dalam kondisi terbaik. Dan hanya tersedia empat atau lima yang bisa dioperasikan secara penuh karena ketiadaan suku cadang.
20. 149664 A-4E TT-0431 1982 Tunggal
21. 150003 A-4E TT-0432 1982 Tunggal
22. 150015 A-4E TT-0433 1982 Tunggal
23. 150087 A-4E TT-0434 1982 Tunggal Pada 3 Januari 1992, A-4 jatuh karena mesinnya mati. Kejadian ini terjadi ketika pesawat itu sedang melaksanakan latihan rutin di Lanud Pekanbaru. Dalam peristiwa ini, pilotnya, Mayor Pnb Jeffrey "Sparrow" Zainal Abidien (Thunder 18), berhasil "eject" dengan selamat.[20]
24. 150027 A-4E TT-0435 1982 Tunggal
25. 151028 A-4E TT-0436 1982 Tunggal
26. 151072 A-4E TT-0437 1982 Tunggal
27. 151079 A-4E TT-0438 1982 Tunggal Pada 9 Januari 1989, pesawatnya jatuh karena mesinnya mati. Namun dalam kejadian ini, penerbangnya berhasil "eject" dengan selamat.[20]
28. 151098 A-4E TT-0439 1982 Tunggal
29. 151110 A-4E TT-0440 1982 Tunggal
30. 151189 A-4E TT-0441 1982 Tunggal
31. 151989 A-4E TT-0442 1982 Tunggal
32. 152037 A-4E TT-0443 1982 Tunggal Pada 7 September 1988, pesawatnya jatuh dan masuk ke rawa-rawa dekat area Lanud Pekanbaru. Penerbangnya, Bambang "Kangaroo" Triyono (Thunder 68), diduga mengalami "lost orientation" (kehilangan kemampuan membedakan batas langit dan bumi), dan gugur dalam tugas.[20]
33. 152062 A-4E TT-0444 1982 Tunggal Pada 14 Mei 1985, pesawatnya mengalami "stall" ketika sedang menanjak, dan jatuh. Kala itu A-4 sedang melaksanakan latihan rutin di Lanud Hasanuddin. Dalam kejadian ini, pilotnya, Letda Pnb Johny "White Lion" Sumaryana (Thunder 124), berhasil "eject" dengan selamat.[20]
34. 152064 A-4E TT-0445 1982 Tunggal
35. 152097 A-4E TT-0446 1982 Tunggal Pada 25 Pebruari 1983, pesawatnya mengalami "undershoot" (tidak berhasil terbang kembali setelah melaksanakan penembakan udara-ke-darat) dan jatuh tepat di dekat area target penembakan. Peristiwa ini terjadi dalam Latihan Maleo Jaya I/83 di Banjarmasin. Penerbangnya, Dwi "Seagull" Harmono (Thunder 39) gugur dalam tugas.[29]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c Saragih 2018, hlm. 14.
  2. ^ a b c d Winchester 2004, hlm. 409-410.
  3. ^ Saragih 2018, hlm. 10-11.
  4. ^ a b Asril, Sabrina (23 Maret 2017). "A-4 Skyhawk dan Sejarah Pertahanan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 04 Desember 2019. 
  5. ^ Saragih 2018, hlm. 11-12.
  6. ^ Poerwoko 2006, hlm. 110.
  7. ^ a b c Poerwoko 2006, hlm. 111 - 116.
  8. ^ Saragih 2018, hlm. 13-15.
  9. ^ a b c d e Poerwoko 2001, hlm. 153-172.
  10. ^ a b Winchester 2004, hlm. 411-412.
  11. ^ Poerwoko 2006, hlm. 127.
  12. ^ Poerwoko 2006, hlm. 128.
  13. ^ Poerwoko 2006, hlm. 129.
  14. ^ Poerwoko 2006, hlm. 241.
  15. ^ Dispenau 2008, hlm. 79.
  16. ^ "Indonesia SkU-11 | Skyhawk Association". www.skyhawk.org. Diakses tanggal 25 Desember 2019. 
  17. ^ Priyono 2019, hlm. 3.
  18. ^ a b Priyono 2019, hlm. 4.
  19. ^ Priyono 2019, hlm. 7.
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Saragih 2018, hlm. 20-24.
  21. ^ a b Priyono 2019, hlm. 5.
  22. ^ a b Priyono 2019, hlm. 6.
  23. ^ Retaduari, Elza Astari (14 Maret 2017). "TNI AU Sumbang 1 Pesawat Tempur Skyhawk untuk Jadi Monumen". detiknews. Diakses tanggal 14 Januari 2020. 
  24. ^ TNI AU, Dinas Penerangan (20 Maret 2017). "Pesawat A-4 Skyhawk Lengkapi Koleksi Museum Satria Mandala". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 14 Januari 2020. 
  25. ^ a b c Priyono 2019, hlm. 119.
  26. ^ Winchester 2004, hlm. 415.
  27. ^ Pennings, Marco (25 Oktober 2016). "Indonesia Air Force Skyhawks". Skyhawk Association. Diakses tanggal 15 Desember 2019. 
  28. ^ Winchester 2004, hlm. 409.
  29. ^ Adrian, Beny (24 Mei 2019). "Tragedi Jatuhnya Pesawat A-4 Skyhawk TT-0446 TNI AU, Marsda (Pur) F. Djoko Poerwoko: Temanku Gugur!". Angkasa News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 05 Desember 2019. 

Daftar pustaka

  • Dispenau, Subdisjarah (2008). Sejarah TNI Angkatan Udara Jilid V (1980 - 1989). Jakarta: Dinas Penerangan TNI AU. 
  • M. Tarigan, Lisa (2015). Monumen Angkatan Udara (Revisi I). Jakarta: Subdisjarah Dispenau. 
  • Poerwoko, Faustinus Djoko (2006). Fit via vi : Otobiografi Anak Kampung yang Menjadi Penerbang Tempur. Jakarta: AK, Group. ISBN 978-979-365529-1. 
  • Poerwoko, Faustinus Djoko (2001). My Home My Base : Perjalanan Sejarah Pangkalan Udara Iswahjudi "1939 - 2000". AK Group. 
  • Priyono, Marsda TNI Dento; Sutrisno, Bambang Tri (2019). Boyong Pusaka Angkasa : Menarasikan Kembali Sejarah Kedirgantaraan Indonesia. Yogyakarta: Lembaga Kajian Pertahanan dan Kedaulatan NKRI (KERIS). ISBN 978-602-18879-4-3. 
  • Saragih, Maylina (2018). 18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta. Jakarta: Dinas Penerangan TNI AU. 
  • Setiawan, Bambang; Sidik Arifianto, Budiawan (2016). DINGO: Menembus Limit Angkasa:Biografi KASAU Marsekal TNI Agus Supriatna. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN 978-602-412-004-7. 
  • Winchester, Jim (2004). Douglas A-4 Skyhawk: Attack & Close-Support Fighter Bomber. Pen and Sword. ISBN 9781844150854. 

Baca juga

Pranala luar