Anekdot

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Desember 2018 04.30 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. [1] Anekdot bisa saja sesingkat pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian nyata[2] melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di suatu tempat yang dapat diidentifikasi. Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tetapi "terlalu bagus untuk nyata". Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya. Novalis mengamati "Eine Anekdote ist eines historisches Elemen - ein historisches Molekül oder Epigramm".[3] Sebuah monolog singkat yang diawali "Seorang pria muncul di sebuah bar ..." akan menjadi lelucon. Sebuah monolog singkat yang diawali "Setelah J. Edgar Hoover muncul di sebuah bar ..." akan menjadi sebuah anekdot. Dengan demikian sebuah anekdot lebih dekat dengan tradisi tamsil daripada dongeng yang secara terbuka diciptakan dengan karakter hewan dan tokoh manusia yang umum -- tetapi ia berbeda dengan perumpamaan dalam spesifisitas sejarah yang diklaimnya.

Anekdot terkadang bersifat sindiran alami. Di bawah rezim otoritarian di Uni Soviet berbagai macam anekdot politik tersebar di masyarakat sebagai satu-satunya cara untuk membuka dan mencela kejahatan dari sistem politik dan pemimpinnya. Mereka mentertawakan kepribadian Vladimir Lenin, Nikita Khrushchev, Leonid Brezhnev, dan pemimpin Soviet lainnya. Pada zaman Rusia modern ada banyak anekdot tentang Vladimir Putin.[4]

Kata 'anekdot' dalam (Yunani: ἀνέκδοτον "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya berjudἈνέκδοτα (Aul nekdota, secara beragam diterjemahkan dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap, makna anekdot dipakai[5] untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.[6]

Situs Anecdotage.com mengandung ribuan anekdot.

Kualifikasi sebagai bukti

Bukti secara anekdot yaitu sebuah catatan tidak resmi dari bukti dalam bentuk sebuah anekdot. Istilah ini sering digunakan berlawanan dengan bukti ilmiah, sebagai bukti yang tidak dapat diinvestigasi menggunakan metode ilmiah. Permasalahan dalam berargumen berdasarkan bukti secara anekdot adalah bukti anekdot tidak lah harus khusus; hanya bukti secara statistik yang dapat menentukan kekhususan sesuatu. Penyalahgunaan bukti secara anekdot adalah sebuah kesalahan logika.

Bila digunakan dalam iklan atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara anekdot sering disebut dengan testimoni dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi. [butuh rujukan] Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh yang khusus.

Contoh Anekdot

Anekdot memang tidak sepopuler puisi maupun pantun. Namun anekdot terkadang berisi humor, kritik, dan pendapat yang terkesan tegas, nyata, namun tetap menggelitik dan menghibur. Salah satu anekdot yang paling terkenal adalah anekdot "Hukum Peradilan"

Anekdot Hukum Peradilan

Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang

pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan

pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu

yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai.

Kuda beserta dagangannya hanyut.

Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara

jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk

mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu

orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.

Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat

Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia

menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.

Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.

Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia

Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia Hakim

menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu

ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta

kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang

Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya,

salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim berpikir,

"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan

tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim berkata

kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.

Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia Hakim,

apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual Kayu. Sang

Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus

kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan

seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual Kayu menjawab,

"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang

menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek

kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai pengawal

bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.

Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun

bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang

kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya

sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia

tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si

Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,

"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!"

Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal

apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia, sulit sekali

untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa

memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si

Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu

sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah besar, "Kamu

bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan

punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang

berbadan pendek, kurus, dan punya uang.

Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,

"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan

entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaaang!!!"

Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke

penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan

pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian,

peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Cuddon, J. A. (1992). Penguin Dictionary of Literary Terms and Literary Theory, Third Ed. London: Penguin Books. hlm. 42. 
  2. ^ Apakah autentik atau tidak, ia memiliki verisimilitude; cf. "kepercayaan".
  3. ^ "Sebuah anekdot adalah elemen sejarah — sebuah molekul sejarah atau epigram"; kutipan tersebut adalah prasasti untuk Gossman 2003)
  4. ^ "Yatsko V. Cerita rakyat lucu dari Rusia". Samlib.ru. Diakses tanggal 2012-09-07. 
  5. ^ Kemunculan pertamanya dalam Inggris yaitu tahun 1676 (OED).
  6. ^ Ingat bahwa dalam konteks Estonian, Lithuanian, Bulgaria dan Humor Rusia anekdot mengacu kepada semua kisah lelucon singkat tanpa memerlukan asal mula kenyataan atau keadaan biografinya.