Ani-ani: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
Baris 1: Baris 1:
{{Subak Bali}}
[[Berkas:Aniani pegang Pj.jpg|jmpl|200px|Ani-ani dipegang.]]
[[Berkas:Aniani pegang Pj.jpg|jmpl|200px|Ani-ani dipegang.]]
'''Ani-ani''' atau '''ketam''' adalah sebuah [[pisau]] kecil yang dipakai untuk memanen [[padi]] dengan memotong satu per satu tangkai [[bulir]] padi Proses pemanenan menggunakan ani-ani berlangsung lama dan memerlukan banyak tenaga. Ani-ani memiliki kelebihan dibandingkan dengan [[clurit]] atau arit, karena tidak semua batang padi ikut terpotong. Sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong.
'''Ani-ani''' atau '''ketam''' adalah sebuah [[pisau]] kecil yang dipakai untuk memanen [[padi]] dengan memotong satu per satu tangkai [[bulir]] padi Proses pemanenan menggunakan ani-ani berlangsung lama dan memerlukan banyak tenaga. Ani-ani memiliki kelebihan dibandingkan dengan [[clurit]] atau arit, karena tidak semua batang padi ikut terpotong. Sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong.
Baris 7: Baris 6:
Dari kata "ani" diturunkan istilah [[panen]].
Dari kata "ani" diturunkan istilah [[panen]].


== Pustaka ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}

[[Kategori:WikiSubak]]
[[Kategori:Pisau]]
[[Kategori:Pisau]]
[[Kategori:Pertanian]]
[[Kategori:Pertanian]]

Revisi terkini sejak 21 April 2024 01.28

Ani-ani dipegang.

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi dengan memotong satu per satu tangkai bulir padi Proses pemanenan menggunakan ani-ani berlangsung lama dan memerlukan banyak tenaga. Ani-ani memiliki kelebihan dibandingkan dengan clurit atau arit, karena tidak semua batang padi ikut terpotong. Sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong.

Pada saat memanen padi, masyarakat tradisional Jawa dan Sunda tidak boleh menggunakan arit atau golok untuk memanen padi, mereka harus menggunakan ani-ani, pisau kecil yang dapat disembunyikan di telapak tangan. Masyarakat Sunda percaya bahwa dewi padi Nyai Pohaci Sanghyang Sri yang berjiwa halus dan lemah lembut, akan ketakutan melihat senjata tajam besar seperti arit atau golok. Selain itu ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, yang juga perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut dipotong satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja. Hingga kini tradisi kepercayaan itu masih banyak diamalkan, misalnya upacara tradisional panen padi masyarakat Sunda yang disebut Seren Taun.

Dari kata "ani" diturunkan istilah panen.

Referensi[sunting | sunting sumber]