Arak bako: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alhuzaini (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Sumatera
 
(36 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Bundo kanduang2.jpg|jmpl|300x300px|Arak-arakan bundo kanduang berbaris rapi sambil menjunjung jamba yang isinya berbagai macam hasil alam daerah serta makanan, budaya ini biasa di lakukan disaat ada acara-acara adat di seluruh daerah Sumatera Barat.]]
[[Berkas:Arak Bako.jpg|jmpl|300x300px|Selama Arak Bako, peserta arak-arakan berjalan kaki sambil menjunjung jamba yang isinya berbagai macam barang pemberian.]]
'''Arak Bako''' adalah tradisi perarakan dalam prosesi perkawinan di Minangkabau, khususnya masyarakat Solok. Tradisi ini diselenggarakan oleh kerabat dari pihak ayah (bahasa Minang: bako) dengan cara menjemput mempelai perempuan (anak daro) dari rumah bako menuju rumah orang tua mempelai perempuan dengan berjalan kaki. <ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arak-bako-tradisi-prosesi-perkawinan-adat-solok/|title=Arak Bako, Tradisi Prosesi Perkawinan Adat Solok {{!}} Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|last=ditwdb|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://klikpositif.com/baca/23635/prosesi-arak-bako-kota-solok--siap-pecahkan-rekor-muri|title=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|last=KlikPositif|website=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref>


'''Arak Bako''' adalah tradisi arak-arakan mempelai perempuan ([[bahasa Minang]]: ''anak daro'') dalam prosesi pernikahan di [[Minangkabau]], khususnya masyarakat [[Kota Solok|Solok]]. Tradisi ini diselenggarakan oleh pihak ''bako'', yakni anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah ''anak daro'' (yang oleh pihak ''bako'' disebut sebagai ''anak pisang''). Dalam arak-arakan, pihak ''bako'' mengundang anggota kerabat terdekat lainnya dalam garis kekerabatan pihak ''bako''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arak-bako-tradisi-prosesi-perkawinan-adat-solok/|title=Arak Bako, Tradisi Prosesi Perkawinan Adat Solok {{!}} Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|last=ditwdb|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref>
Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan bergotong royong yang secara turun temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat Minangkabau.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/1193826-tradisi-arak-bako-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-tak-benda|title=Tradisi Arak Bako Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2019-12-28|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>


Arak Bako merupakan bentuk ungkapan kegembiraan pihak ''bako'' terhadap ''anak pisang'' yang akan menikah. Mereka memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa ''anak pisang-''nya akan menikah dengan cara membawa (''maarak'') ''anak daro'' dari rumah ''induak bako'' menuju rumah orang tua ''anak pisang'' sambil membawa barang-barang pemberian di atas kepala.<ref name=":2">Silvia Rosa, dkk (2011). ''Aneka Tradisi Minangkabau Menurut Adat Istiadat Kota Solok''. Dinas Pariwisata Solok. hlm. 70-79.</ref>
== Deskripsi ==
Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu "arak' dan "bako". Kata "arak' dalam bahasa Minangkabau termasuk ke dalam jenis kata kerja yang berarti "bawa". Kata "arak' ini jika ditambah dengan awalan "ba" akan membentuk sebuah kata "bararak" yang berarti "pawai", "parade". Satu kata lagi yaitu "bako". Kata "bako" terkategori kedalamjenis kata benda. Bako berarti keluarga garis ibu dari pihak ayah.<ref name=":0" />


Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan egaliter yang secara turun temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat Solok.<ref name=":1">{{Cite news|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/1193826-tradisi-arak-bako-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-tak-benda|title=Tradisi Arak Bako Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda|last=Widiarini|first=Anisa|date=2019-12-28|work=[[VIVA.co.id]]|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>
Perarakan yang dilakukan oleh pihak bako ini dilaksanakan dengan cara menjemput anak daro terlebih dahuJu ke rumah orang tuanya. Di rurnah bako, si anak daro diganti pakaiannya dengan pakaian yang telah disediakan oleh bako untuk perarakan. Apabila si anak daro belum lagi khatam kaji atau istilah khasnya disebut dengan "Batamek Ka}i" maka di rumah bako si anak daro akan mengaji dan mengkhatamkan kajinya terlebih dahulu. Setelah itu, si anak daro "diarak" (dibawa) dari rumah bakonya menuju rumah orang tua si anak daro dengan berjalan kaki menyusuri tepi jalan raya. Akan tetapi akhirakhir ini mulai dilakukan negosiasi, yaitu bila rumah bako terletak cukup jauh dari rumah anak daro, seringkali rombongan arak bako naik mobil. Namun, tetap harus turun dari mobil yang ditumpangi dan berjalan kaki dari jarak-jarak tertentu untuk menuju rumah orang tua si anak daro.<ref name=":0" />

== Makna kata ==
Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu 'arak' dan 'bako'. 'Arak' merupakan jenis kata kerja yang berarti "arak-arakan". Kata ini dapat ditambahkan dengan imbuhan 'ma-' (menjadi ''maarak'') yang artinya membawa dan imbuhan 'ba-' (menjadi ''bararak'') yang artinya pawai atau parade. Adapun 'bako" merupakan jenis kata benda yang berarti kerabat dari pihak ayah.<ref name=":0" />

''Anak daro'' yang sedang menjalankan prosesi pernikahan disebut oleh pihak ''bako'' sebagai ''anak pisang''. Hubungan kekerabatan ''induak bako'' dan ''anak pisang'' adalah ikatan kekerabatan yang dibangun karena terjadinya hubungan pernikahan. Anak-anak dari hasil pernikahan seorang laki-Iaki dengan perempuan lain di luar sukunya akan dipandang sebagai ''anak pisang'' oleh saudara perempuan si laki-Iaki tersebut. Sementara itu, anak-anak dari saudara laki-Iakinya tersebut memandang saudara perempuan ayahnya sebagai ''induak bako''. Keluarga besar dari si ayah akan dipandang sebagai bako oleh si anak tersebut.<ref name=":2" />

== Rangkaian acara ==
[[Berkas:Bararak Bako Manjujuang Katidiang.jpg|jmpl|Arak bako di Sumatera Barat]]
Anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah (''bako'') terlebih dahulu menjemput ''anak daro'' dari rumah orang tuanya . Di rumah ''induak bako'', pihak bako mengenekan pakaian untuk arak-arakan kepada ''anak daro''. Setelah itu, pihak ''bako'' melakukan perarakan ''anak daro'' sejak dari rumah ''induak bako'' menuju rumah ''anak daro''.<ref name=":2" />

Orang-orang yang terlibat dalam tradisi Arak Bako adalah pihak bako dari ''anak daro''. Pihak ''bako'' meliputi ''induak bako'' terdekat, yang agak jauh, bahkan bisa hanya sebatas hubungan tetangga terdekat dari rumah ''induak bako''. ''lnduak bako'' terdekat yakni kakak atau adik kandung perempuan dari keluarga ayah ''anak daro'', sedangkan yang agak jauh bisa berasal dari istri para kakak atau adik keluarga ayah ''anak daro''. Semakin banyak orang yang diundang, maka semakin meriah pelaksanaan Arak Bako yang dilaksanakan, dan semakin terpandang status sosial pihak ''bako'' di tengah masyarakat.<ref name=":0" /><ref name=":3">{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/144141/arak-bako-tradisi-menjelang-pernikahan|title=Arak Bako, Tradisi Menjelang Pernikahan|last=Liputan6.com|date=2007-07-06|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>

Perarakan dilakukan dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya membentuk barisan panjang. Posisi paling depan ditempati oleh ''anak daro''. Pada beberapa kasus, ''anak daro'' bisa disertai dengan marapulai tergantung pembahasan dengan keluarga marapulai. Posisi di belakang ''anak daro'' biasanya ditempati oleh ''Tuo Arak Bako'', yakni perempuan yang dihormati di lingkungan ''bako anak daro''. Pada posisi ketiga dan seterusnya ke belakang ditempati pihak keluarga bako ''anak daro''. Semakin ke belakang posisi peserta Arak Bako dalam barisan menunjukkan semakin jauh hubungan kekerabatannya dengan pihak ''bako'', apalagi dengan ''anak daro''.<ref name=":0" />

Rombongan Arak Bako datang ke rumah ''anak daro'' dengan membawa beberapa barang pemberian untuk ''anak daro''. ''Induak bako'' membawa barang-barang yang diuntukkan langsung untuk ''anak daro''. Sementara itu, anggota rombongan Arak Bako yang lain, yang jumlahnya bisa mencapai angka ratusan, membawa kado dan beras. Barang-barang tersebut dijunjung di atas kepala oleh peserta arak-arakan.<ref name=":0" /><ref name=":2" />

Setelah sampai di rumah orang tua ''anak daro'', semua barang bawaan diterima oleh salah seorang perempuan di halaman rumah ''anak daro''. Setelah dilakukan proses serah terima, setiap anggota rombongan Arak Bako dijamu makan nasi oleh pihak keluarga ''anak daro'' di dalam rumah. Usai jamuan, para anggota rombongan Arak Bako meninggalkan lokasi sambil menyerahkan kembali ''anak daro'' kepada orang tuanya.<ref name=":0" />

== Pelaksanaan ==
Tradisi Arak Bako terdapat pada hampir semua daerah di Kota Solok. Tradisi ini merupakan bagian penting dari prosesi pernikahan di Kota Solok. Setiap kelurahan di Kota Solok terbiasa melaksanakan tradisi ini karena secara kultural, Kota Solok memiliki budaya dan adat istiadat yang homogen.<ref name=":2" />

Pelaksanaan tradisi Arak Bako masih sering dijumpai di Kota Solok, walaupun untuk kondisi sekarang sudah ada semacam kemudahan dalam pelaksanaannya. Pada waktu dulu, rombongan tradisi Arak Bako memang berjalan kaki dalam barisan satu banjar ke belakang menyusuri tepi jalan raya menuju rumah orang tua ''anak daro''. Namun sekarang, anggota tradisi Arak Bako sudah naik mobil jika memang jarak rumah bako dengan rumah orang tua ''anak daro'' jauh, tetapi rombongan Arak Bako diturunkan kurang lebih setengah kilometer dari rumah anak daro. Pada jarak tersebut, rombongan Arak Bako tetap berjalan kaki menuju rumah orang tua ''anak daro.<ref name=":2" />''

Tradisi Arak Bako dihadiri oleh banyak orang yang berasal dari lingkungan keluarga ''bako'' dari ''anak daro''. Jumlah rombongan tradisi Arak Bako sangat banyak. Anggota rombongan Arak Bako bisa mencapai ratusan orang, bahkan bisa melibatkan seribu orang.<ref name=":2" /><ref name=":3" />

Pada tanggal 14 Desember 2017, Pemerintah Kota Solok mengemas tradisi Arak Bako dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-47 Kota Solok. Acara ini berhasil memecahkan rekor dunia [[Museum Rekor Dunia Indonesia]] (MURI) dengan peserta terbanyak 1.566.<ref>{{Cite news|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/217288/pawai-arak-bako-di-solok-pecahkan-rekor-dunia-muri|title=Pawai "Arak Bako" di Solok Pecahkan Rekor Dunia MURI|last=Sumbar|first=Antara|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2020-05-10}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://infopublik.solokkota.go.id/prosesi-arak-bako-adat-solok-akan-memecahkan-rekor-muri/|title=Prosesi Arak Bako Adat Solok Akan Pecahkan Rekor MURI|last=Syah|first=Jhohan|date=2017-12-08|website=Info Publik Solok {{!}} info kota solok {{!}} kota solok|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://klikpositif.com/baca/23635/prosesi-arak-bako-kota-solok--siap-pecahkan-rekor-muri|title=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|last=KlikPositif|website=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>

== Kostum ==
Kostum yang dikenakan oleh para perempuan peserta rombongan tradisi Arak Bako adalah ''[[baju kurung basiba]]'' dan kain sarung bugis. Di atas kepala, mereka memakai sebuah selendang yang disebut juga dengan ''salodang''. Kain ''salodang'' adalah sejenis kain selendang perempuan yang terbuat dari kain berbahan dasar kain panjang. ''Baju kurung basiba'', kain sarung bugis, dan ''salodang'' merupakan kostum tradisional yang dipakai oleh para perempuan Solok yang sudah menikah.<ref name=":2" />


== Filosofi ==
== Filosofi ==
Pelaksanaan tradisi Arak Bako menandakan pentignya kedudukan ''bako'' dalam riwayat kekerabatan seorang anak di Minangkabau, khususnya bagi masyarakat Solok. Melalui pelaksanaan tradisi ini, pihak ''bako'' dari ''anak daro'' menunjukkan bahwa mereka turut bersyukur, dan senang serta bahagia atas pemikahan anak pisang mereka.<ref name=":0" />
Anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah si anak daro mempunyai perasaan ikut memiliki si anak daro sebagai anak pisangnya. Rasa ikut memiliki itu diwujudkan melalui keinginan mereka untuk memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa anak pisangnya akan menikah dan melaksanakan alek perkawirian secara adat yang berlaku di Solok. Perasaan senang dan bahagia pihak bako itu diimplementasikan melalui pelaksanaan tradisi Arak Bako yang diprakarsai oleh pihak bako si anak daro. Pihak bako akan mengundang anggota kerabat terdekat lainnya dalam garis kekerabatan pihak bako untuk menghadiri pelaksanaan alekArak Bako yang akan mereka selenggarakan. Semakin banyak orang yang diundang, maka semakin meriah pelaksanaan Arak Bako yang dilaksanakan, dan semakin terpandang status sosial pihak bako di tengah masyarakat, terutama di mata keluarga pihak si anak pisang yang sedang menjadi anak daro.<ref name=":0" />

Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak ''bako'' kepada keluarga ''anak pisang''-nya yang sedang menjadi ''anak daro''. Apabila bako tidak melaksanakan tradisi ini, maka keluarga ''bako'' dianggap tidak peduli kepada ''anak pisang''-nya yang sedang menikah dan melaksanakan prosesi pernikahan.<ref name=":0" />


== Penetapan sebagai WBTB ==
Pihak bako melakukan perarakan "anak pisang"nya sejak dari rumah induak bako menuju rumah si anak pisang. Rombongan Arak Bako ini datang ke rumah si anak pisang dengan membawa beberapa barang pemberian untuk anak plsangya. Khusus untuk induak bako akan membawa barang-barang yang diuntukkan langsung untuk si anak daro. Sementara itu, anggota rombongan Arak Bako yang lain, yang jumlahnya bisa mencapai angka ratusan itu akan membawa kado dan beras. Pelaksanaan tradisi Arak Bako di Solok ini adalah bukti bahwa kedudukan bako sangat penting dalam riwayat kekerabatan seorang anak di Minangkabau, khususnya di kota Solok. Melalui pelaksanaan tradisi Arak Bako ini, pihak keluarga ayah si anak daro menunjukkan bahwa mereka juga turut bersyukur, dan senang serta bahagia atas pemikahan anak pisangnya.<ref name=":0" />
Pada tingkat nasional, tradisi Arak Bako ditetapkan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, [[Direktorat Jenderal Kebudayaan]], [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]], sebagai [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] (WBTB) dari provinsi Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat Arak Bako sebagai WBTB dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2019 di halaman Rumah Gadang Siti Rasidah, Kota Solok.<ref name=":1" /><ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/8N0ZmWrk-arak-bako-jadi-warisan-budaya-takbenda|title=Arak Bako Jadi Warisan Budaya Takbenda|last=Larasati|first=Citra|date=2019-12-17|work=[[Medcom.id]]|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>


== Referensi ==
Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak bako kepada keluarga "anak pisang"nya yang sedang menjadi anak daro. Apabila bako tidak melaksanakan tradisi Arak Bako ini, maka keluarga bako dianggqp tidak peduli kepada anak pisangnya yang sedang menikah dan melaksanakan alek adat. Sikap ketidakpedulian induak bako terhadap anak pisangnya merupakan suatu sikap yang tidak positif dalam membina relasi kekerabatan induk bako dengan anak pisang di Minangkabau. <ref name=":0" />
<references />


[[Kategori:Pernikahan di Minangkabau]]
== Penetaban sebagai WBTB ==
[[Kategori:Kota Solok]]
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, menetapkan tradisi Arak Bako dari Sumatera Barat sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) untuk tingkat Nasional. Penyerahan sertifikat Arak Bako sebagai warisan budaya tak benda itu, dilaksanakan pada Minggu 15 Desember 2019 di halaman rumah gadang Siti Rasidah Kota Solok.<ref name=":1" />
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 01.30

Selama Arak Bako, peserta arak-arakan berjalan kaki sambil menjunjung jamba yang isinya berbagai macam barang pemberian.

Arak Bako adalah tradisi arak-arakan mempelai perempuan (bahasa Minang: anak daro) dalam prosesi pernikahan di Minangkabau, khususnya masyarakat Solok. Tradisi ini diselenggarakan oleh pihak bako, yakni anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah anak daro (yang oleh pihak bako disebut sebagai anak pisang). Dalam arak-arakan, pihak bako mengundang anggota kerabat terdekat lainnya dalam garis kekerabatan pihak bako.[1]

Arak Bako merupakan bentuk ungkapan kegembiraan pihak bako terhadap anak pisang yang akan menikah. Mereka memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa anak pisang-nya akan menikah dengan cara membawa (maarak) anak daro dari rumah induak bako menuju rumah orang tua anak pisang sambil membawa barang-barang pemberian di atas kepala.[2]

Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan egaliter yang secara turun temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat Solok.[3]

Makna kata[sunting | sunting sumber]

Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu 'arak' dan 'bako'. 'Arak' merupakan jenis kata kerja yang berarti "arak-arakan". Kata ini dapat ditambahkan dengan imbuhan 'ma-' (menjadi maarak) yang artinya membawa dan imbuhan 'ba-' (menjadi bararak) yang artinya pawai atau parade. Adapun 'bako" merupakan jenis kata benda yang berarti kerabat dari pihak ayah.[1]

Anak daro yang sedang menjalankan prosesi pernikahan disebut oleh pihak bako sebagai anak pisang. Hubungan kekerabatan induak bako dan anak pisang adalah ikatan kekerabatan yang dibangun karena terjadinya hubungan pernikahan. Anak-anak dari hasil pernikahan seorang laki-Iaki dengan perempuan lain di luar sukunya akan dipandang sebagai anak pisang oleh saudara perempuan si laki-Iaki tersebut. Sementara itu, anak-anak dari saudara laki-Iakinya tersebut memandang saudara perempuan ayahnya sebagai induak bako. Keluarga besar dari si ayah akan dipandang sebagai bako oleh si anak tersebut.[2]

Rangkaian acara[sunting | sunting sumber]

Arak bako di Sumatera Barat

Anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah (bako) terlebih dahulu menjemput anak daro dari rumah orang tuanya . Di rumah induak bako, pihak bako mengenekan pakaian untuk arak-arakan kepada anak daro. Setelah itu, pihak bako melakukan perarakan anak daro sejak dari rumah induak bako menuju rumah anak daro.[2]

Orang-orang yang terlibat dalam tradisi Arak Bako adalah pihak bako dari anak daro. Pihak bako meliputi induak bako terdekat, yang agak jauh, bahkan bisa hanya sebatas hubungan tetangga terdekat dari rumah induak bako. lnduak bako terdekat yakni kakak atau adik kandung perempuan dari keluarga ayah anak daro, sedangkan yang agak jauh bisa berasal dari istri para kakak atau adik keluarga ayah anak daro. Semakin banyak orang yang diundang, maka semakin meriah pelaksanaan Arak Bako yang dilaksanakan, dan semakin terpandang status sosial pihak bako di tengah masyarakat.[1][4]

Perarakan dilakukan dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya membentuk barisan panjang. Posisi paling depan ditempati oleh anak daro. Pada beberapa kasus, anak daro bisa disertai dengan marapulai tergantung pembahasan dengan keluarga marapulai. Posisi di belakang anak daro biasanya ditempati oleh Tuo Arak Bako, yakni perempuan yang dihormati di lingkungan bako anak daro. Pada posisi ketiga dan seterusnya ke belakang ditempati pihak keluarga bako anak daro. Semakin ke belakang posisi peserta Arak Bako dalam barisan menunjukkan semakin jauh hubungan kekerabatannya dengan pihak bako, apalagi dengan anak daro.[1]

Rombongan Arak Bako datang ke rumah anak daro dengan membawa beberapa barang pemberian untuk anak daro. Induak bako membawa barang-barang yang diuntukkan langsung untuk anak daro. Sementara itu, anggota rombongan Arak Bako yang lain, yang jumlahnya bisa mencapai angka ratusan, membawa kado dan beras. Barang-barang tersebut dijunjung di atas kepala oleh peserta arak-arakan.[1][2]

Setelah sampai di rumah orang tua anak daro, semua barang bawaan diterima oleh salah seorang perempuan di halaman rumah anak daro. Setelah dilakukan proses serah terima, setiap anggota rombongan Arak Bako dijamu makan nasi oleh pihak keluarga anak daro di dalam rumah. Usai jamuan, para anggota rombongan Arak Bako meninggalkan lokasi sambil menyerahkan kembali anak daro kepada orang tuanya.[1]

Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Tradisi Arak Bako terdapat pada hampir semua daerah di Kota Solok. Tradisi ini merupakan bagian penting dari prosesi pernikahan di Kota Solok. Setiap kelurahan di Kota Solok terbiasa melaksanakan tradisi ini karena secara kultural, Kota Solok memiliki budaya dan adat istiadat yang homogen.[2]

Pelaksanaan tradisi Arak Bako masih sering dijumpai di Kota Solok, walaupun untuk kondisi sekarang sudah ada semacam kemudahan dalam pelaksanaannya. Pada waktu dulu, rombongan tradisi Arak Bako memang berjalan kaki dalam barisan satu banjar ke belakang menyusuri tepi jalan raya menuju rumah orang tua anak daro. Namun sekarang, anggota tradisi Arak Bako sudah naik mobil jika memang jarak rumah bako dengan rumah orang tua anak daro jauh, tetapi rombongan Arak Bako diturunkan kurang lebih setengah kilometer dari rumah anak daro. Pada jarak tersebut, rombongan Arak Bako tetap berjalan kaki menuju rumah orang tua anak daro.[2]

Tradisi Arak Bako dihadiri oleh banyak orang yang berasal dari lingkungan keluarga bako dari anak daro. Jumlah rombongan tradisi Arak Bako sangat banyak. Anggota rombongan Arak Bako bisa mencapai ratusan orang, bahkan bisa melibatkan seribu orang.[2][4]

Pada tanggal 14 Desember 2017, Pemerintah Kota Solok mengemas tradisi Arak Bako dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-47 Kota Solok. Acara ini berhasil memecahkan rekor dunia Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan peserta terbanyak 1.566.[5][6][7]

Kostum[sunting | sunting sumber]

Kostum yang dikenakan oleh para perempuan peserta rombongan tradisi Arak Bako adalah baju kurung basiba dan kain sarung bugis. Di atas kepala, mereka memakai sebuah selendang yang disebut juga dengan salodang. Kain salodang adalah sejenis kain selendang perempuan yang terbuat dari kain berbahan dasar kain panjang. Baju kurung basiba, kain sarung bugis, dan salodang merupakan kostum tradisional yang dipakai oleh para perempuan Solok yang sudah menikah.[2]

Filosofi[sunting | sunting sumber]

Pelaksanaan tradisi Arak Bako menandakan pentignya kedudukan bako dalam riwayat kekerabatan seorang anak di Minangkabau, khususnya bagi masyarakat Solok. Melalui pelaksanaan tradisi ini, pihak bako dari anak daro menunjukkan bahwa mereka turut bersyukur, dan senang serta bahagia atas pemikahan anak pisang mereka.[1]

Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak bako kepada keluarga anak pisang-nya yang sedang menjadi anak daro. Apabila bako tidak melaksanakan tradisi ini, maka keluarga bako dianggap tidak peduli kepada anak pisang-nya yang sedang menikah dan melaksanakan prosesi pernikahan.[1]

Penetapan sebagai WBTB[sunting | sunting sumber]

Pada tingkat nasional, tradisi Arak Bako ditetapkan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dari provinsi Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat Arak Bako sebagai WBTB dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2019 di halaman Rumah Gadang Siti Rasidah, Kota Solok.[3][8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h ditwdb. "Arak Bako, Tradisi Prosesi Perkawinan Adat Solok | Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya". Diakses tanggal 2020-05-10. 
  2. ^ a b c d e f g h Silvia Rosa, dkk (2011). Aneka Tradisi Minangkabau Menurut Adat Istiadat Kota Solok. Dinas Pariwisata Solok. hlm. 70-79.
  3. ^ a b Widiarini, Anisa (2019-12-28). "Tradisi Arak Bako Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  4. ^ a b Liputan6.com (2007-07-06). "Arak Bako, Tradisi Menjelang Pernikahan". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  5. ^ Sumbar, Antara. "Pawai "Arak Bako" di Solok Pecahkan Rekor Dunia MURI". ANTARA News. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  6. ^ Syah, Jhohan (2017-12-08). "Prosesi Arak Bako Adat Solok Akan Pecahkan Rekor MURI". Info Publik Solok | info kota solok | kota solok. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  7. ^ KlikPositif. "Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI | KlikPositif.com - Media Generasi Positif". Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI | KlikPositif.com - Media Generasi Positif. Diakses tanggal 2020-05-10. [pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Larasati, Citra (2019-12-17). "Arak Bako Jadi Warisan Budaya Takbenda". Medcom.id. Diakses tanggal 2020-05-10.