Brandenburg-Prusia
Brandenburg-Prusia Brandenburg-Preußen | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1618–1701 | |||||||
Lambang perang Brandenburg (sekitar 1684) | |||||||
Brandenburg-Prusia di Kekaisaran Romawi Suci (1618) | |||||||
Status | Uni personal antara Margraviat Brandenburg dengan Kadipaten Prusia | ||||||
Ibu kota | Berlin dan Königsberg | ||||||
Pemerintahan | Monarki-monarki feudal dalam uni personal | ||||||
Elektor-Adipati | |||||||
• 1618–1619 | Johann Sigismund | ||||||
• 1619–1640 | Georg Wilhelm | ||||||
• 1640–1688 | Friedrich Wilhelm | ||||||
• 1688–1701 | Friedrich III (Friedrich I) | ||||||
Era Sejarah | Kekaisaran Romawi Suci | ||||||
27 Agustus 1618 | |||||||
19 September 1657 | |||||||
18 Januari 1701 | |||||||
| |||||||
Brandenburg-Prusia (bahasa Jerman: Brandenburg-Preußen) adalah istilah dalam bidang historiografi yang mengacu kepada wilayah kerajaan Hohenzollern Brandenburg yang berdiri dari tahun 1618 hingga 1701. Wilayahnya berpusat di Elektorat Brandenburg. Cabang utama Wangsa Hohenzollern menikah dengan cabang Hohenzollern yang menguasai Kadipaten Prusia dan menjadi pewaris kadipaten tersebut setelah wangsa tersebut tidak lagi memiliki penerus laki-laki pada tahun 1618. Dampak lain dari pernikahan tersebut adalah pengambilalihan wilayah Cleves, Mark dan Ravensberg setelah ditandatanganinya Traktat Xanten pada tahun 1614. Meletusnya Perang Tiga Puluh Tahun (1618–48) mengakibatkan kehancuran karena sang Elektor berganti sekutu sebanyak tiga kali, sehingga pasukan Protestan dan Katolik silih berganti memasuki wilayah Brandenburg dan melakukan pembunuhan, pembakaran, penangkapan dan penjarahan. Lebih dari setengah penduduk tewas atau terpaksa pengungsi. Berlin dan kota-kota besar lainnya hancur, dan proses pemulihan memakan waktu selama beberapa dasawarsa.
Berdasarkan Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun pada tahun 1648, Brandenburg memperoleh Keuskupan Minden dan Kepangeranan Halberstadt dan menjadi penerus Pommern (terinkorporasi tahun 1653) dan Kadipaten Magdeburg (terinkorporasi tahun 1680). Dengan ditandatanganinya Traktat Bromberg (1657) selama Perang Utara Kedua, elektor-elektor dibebaskan dari status vassal di bawah Polandia untuk Kadipaten Prusia dan memperoleh wilayah Lauenburg–Bütow dan Draheim. Traktat Saint-Germain-en-Laye (1679) memperluas wilayah Pommern Brandenburg ke Oder hilir.
Pada pertengahan akhir abad ke-17, Prusia menjadi salah satu kekuatan besar dalam politik Eropa. Potensi militer Brandenburg-Prusia ditunjukkan secara nyata oleh pendirian angkatan bersenjata pada tahun 1653 dan kemenangan di Warsawa (1656) dan Fehrbellin (1675) serta manuver Die große Schlittenfahrt untuk mengusir pasukan Swedia dari Prusia (1678). Brandenburg-Prusia juga mendirikan angkatan laut dan koloni Jerman di Pantai Emas Brandenburg dan Arguin. Friedrich Wilhelm yang dikenal sebagai "Elektor Agung" memperbolehkan imigrasi berskala besar ("Peuplierung") dan menerima pengungsi-pengungsi Protestan dari berbagai wilayah Eropa ("Exulanten"), terutama imigran Huguenot setelah dikeluarkannya Maklumat Potsdam. Friedrich Wilhelm juga mulai mensentralisasi pemerintahan Brandenburg-Prusia.
Pada tahun 1701, Friedrich III, Elektor Brandenburg, berhasil mengangkat statusnya menjadi Raja Prusia. Hal ini dimungkinkan oleh status kedaulatan Kadipaten Prusia di luar Kekaisaran Romawi Suci dan persetujuan dari kaisar Habsburg dan raja-raja Eropa lainnya selama proses pembentukan aliansi yang saling berperang dalam Perang Penerus Spanyol dan Perang Utara Besar. Semenjak tahun 1701, wilayah Hohenzollern disebut Kerajaan Prusia atau Prusia saja. Secara hukum, uni personal antara Brandenburg dan Prusia masih berlanjut hingga pembubaran Kekaisaran Romawi Suci pada tahun 1806. Namun, kekuasaan kaisar atas wilayah Kekaisaran Romawi Suci merupakan fiksi hukum. Maka dari itu, semenjak tahun 1701, secara de facto Brandenburg merupakan bagian dari Kerajaan Prusia. Friedrich dan penerusnya terus mensentralisasi negara dan mentransformasi uni personal antara kepangeranan-kepangeranan yang berbeda menjadi provinsi-provinsi yang tunduk kepada Berlin.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Citino, Robert Michael (2005). The German way of war. From the Thirty Years' War to the Third Reich. Modern war studies. University Press of Kansas. ISBN 0-7006-1410-9.
- Clark, Christopher. Iron Kingdom: The Rise and Downfall of Prussia, 1600-1947 (2008)
- Frost, Robert I (2004). After the Deluge. Poland-Lithuania and the Second Northern War, 1655-1660. Cambridge Studies in Early Modern History. Cambridge University Press. ISBN 0-521-54402-5.
- Gieysztor, Aleksander, Stefan Kieniewicz, Emanuel Rostworowski, Janusz Tazbir, and Henryk Wereszycki. History of Poland. PWN. Warsaw, 1979. ISBN 83-01-00392-8
- Leathes, Stanley Mordaunt; Ward, Adolphus William; Prothero, George Walter, ed. (1964). The Cambridge Modern History. 1. CUP Archive.
- Gagliardo, John G. Germany under the Old Regime, 1600–1790 (1991) online edition
- Holborn, Hajo. A History of Modern Germany. Vol 2: 1648–1840 (1962)
- Hughes, Michael. Early Modern Germany, 1477–1806 (1992)
- Ogilvie, Sheilagh. Germany: A New Social and Economic History, Vol. 1: 1450–1630 (1995) 416pp; Germany: A New Social and Economic History, Vol. 2: 1630–1800 (1996), 448pp
- Shennan, Margaret (1995). The Rise of Brandenburg-Prussia. Routledge. ISBN 0-415-12938-9.
- Sturdy, David J. (2002). Fractured Europe, 1600-1721. Wiley-Blackwell. hlm. 59. ISBN 0-631-20513-6.