Dermatitis seboroik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Pierrewee (bicara | kontrib)
+ Perspektif sejarah
Baris 29: Baris 29:


Penyebab dermatitis seboroik masih belum dapat diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, penyakit ini diduga berkaitan dengan jamur dari ''[[Malassezia]]'' seperti ''[[Malassezia furfur]]'' yang tumbuh akibat minyak yang berlebihan di permukaan kulit dan peradangan yang terkait dengan [[psoriasis]].<ref name=alodokter/><ref name=halodoc1/> Pada orang dengan kondisi tertentu, misalnya memiliki gangguan [[sistem kekebalan tubuh]], mengidap [[HIV]]/[[AIDS]], pengidap [[penyakit Parkinson]], serta mengalami tingkat [[ketegangan psikologis|stres]] yang tinggi, risiko terkena dermatitis seboroik menjadi lebih besar.<ref name=halodoc3>{{cite web|url=https://www.halodoc.com/bisa-disembuhkan-begini-cara-mengobati-dermatitis-seboroik|title=Bisa Disembuhkan, Begini Cara Mengobati Dermatitis Seboroik|publisher=Halodoc|date=9 April 2019|accessdate=9 Juni 2020}}</ref>
Penyebab dermatitis seboroik masih belum dapat diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, penyakit ini diduga berkaitan dengan jamur dari ''[[Malassezia]]'' seperti ''[[Malassezia furfur]]'' yang tumbuh akibat minyak yang berlebihan di permukaan kulit dan peradangan yang terkait dengan [[psoriasis]].<ref name=alodokter/><ref name=halodoc1/> Pada orang dengan kondisi tertentu, misalnya memiliki gangguan [[sistem kekebalan tubuh]], mengidap [[HIV]]/[[AIDS]], pengidap [[penyakit Parkinson]], serta mengalami tingkat [[ketegangan psikologis|stres]] yang tinggi, risiko terkena dermatitis seboroik menjadi lebih besar.<ref name=halodoc3>{{cite web|url=https://www.halodoc.com/bisa-disembuhkan-begini-cara-mengobati-dermatitis-seboroik|title=Bisa Disembuhkan, Begini Cara Mengobati Dermatitis Seboroik|publisher=Halodoc|date=9 April 2019|accessdate=9 Juni 2020}}</ref>

== Perspektif sejarah ==
Dermatitis seboroik pertama kali dideskripsikan oleh P. G. Unna pada tahun 1887 dan hubungan dengan ragi Malassezia diterima hingga pertengahan abad ke-20, ketika peningkatan pergantian sel epidermis yang diamati secara bertahap mendorong para peneliti untuk mengkarakterisasi kondisi ini sebagai intrinsik pada kulit.


== Tanda dan gejala ==
== Tanda dan gejala ==

Revisi per 10 Juni 2020 15.45

Dermatitis seboroik
Contoh dermatitis seboroik antara hidung dan mulut
Informasi umum
Nama lainSeborrhoea, sebopsoriasis, eksim seboroik, pitiriasis capitis[1]
SpesialisasiDermatologi
PenyebabBanyak faktor[2]
Faktor risikoStres, musim dingin, fungsi kekebalan tubuh yang buruk, penyakit Parkinson[2]
Aspek klinis
Gejala dan tandaKulit terasa gatal, mengelupas, berminyak, merah, dan meradang[3][4]
DurasiJangka panjang[2]
DiagnosisBerdasarkan gejala[2]
Kondisi serupaPsoriasis, dermatitis atopik, tinea capitis, rosasea, lupus eritematosus sistemik[2]
PengobatanKrim antijamur, agen antiinflamasi, tar batu bara, fototerapi[4]
Prevalensi~5% (dewasa),[2] ~10% (bayi)[5]

Dermatitis seboroik, juga umum disebut sebagai psoriasis seboroik atau eksim seboroik[6] adalah gangguan kulit dengan peradangan yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan, terutama pada kulit kepala.[7] Dermatitis seboroik pada kulit kepala tergolong penyakit yang umum dan bisa diderita oleh siapa saja pada semua usia, tetapi paling sering dialami oleh bayi dan orang dewasa usia 30-60 tahun. Pada bayi, kondisi ini disebut cradle cap.[8][7]

Selain kulit kapala, area kulit yang juga banyak mengandung kelenjar minyak, seperti wajah, punggung, dahi, ketiak, pangkal paha, serta dada bagian atas juga bisa terkena gangguan kulit ini.[9][6] Dermatitis seboroik juga bisa dialami oleh bagian tubuh lain yang memproduksi minyak berlebih, seperti sisi hidung, alis, dan kelopak mata.[10]

Penyebab dermatitis seboroik masih belum dapat diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, penyakit ini diduga berkaitan dengan jamur dari Malassezia seperti Malassezia furfur yang tumbuh akibat minyak yang berlebihan di permukaan kulit dan peradangan yang terkait dengan psoriasis.[7][6] Pada orang dengan kondisi tertentu, misalnya memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, mengidap HIV/AIDS, pengidap penyakit Parkinson, serta mengalami tingkat stres yang tinggi, risiko terkena dermatitis seboroik menjadi lebih besar.[11]

Perspektif sejarah

Dermatitis seboroik pertama kali dideskripsikan oleh P. G. Unna pada tahun 1887 dan hubungan dengan ragi Malassezia diterima hingga pertengahan abad ke-20, ketika peningkatan pergantian sel epidermis yang diamati secara bertahap mendorong para peneliti untuk mengkarakterisasi kondisi ini sebagai intrinsik pada kulit.

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dermatitis seboroik bervariasi sesuai usia, dan bisa berbeda pada orang dewasa dan bayi.[12][13]

Pada orang dewasa dan remaja

Pada orang dewasa dan remaja, gejala dermatitis seboroik bisa berupa:[12][13]

  • Bercak bersisik pada kulit
  • Kulit di bawah bercak ini berwarna kemerahan
  • Meskipun bersisik, bercak sering terlihat berminyak atau lembap
  • Sisik dapat mengelupas dan cenderung kekuningan menjadi putih
  • Kulit bisa terasa gatal (terutama pada kulit kepala dan saluran telinga) dan terbakar
  • Kerak di kulit kepala bisa mengalami infeksi dan mengeluarkan cairan bening
  • Akan keluar cairan bening dari telinga jika eksim menyebar ke telinga
  • Terjadi perubahan warna kulit meski telah sembuh

Bercak dapat muncul di tempat kulit yang berminyak, seperti pada kulit kepala, telinga (sekitar dan di saluran telinga), alis (kulit di bawahnya), bagian tengah wajah, kelopak mata, dada bagian atas, punggung bagian atas, ketiak, dan alat kelamin.[12]

Pada bayi

Ketika bayi mengalami dermatitis seboroik, cenderung muncul di kulit kepala dan dikenal sebagai cradle cap. Tanda dan gejala cradle cap meliputi:[12][13]

  • Sisik kuning, berminyak di kulit kepala
  • Lapisan sisik tebal dapat menutupi seluruh kulit kepala
  • Kerak sering berwarna kuning hingga kecokelatan
  • Seiring waktu, sisik menjadi terkelupas dan mudah digosok sampai hilang

Pada bayi, dermatitis seboroik juga dapat muncul di wajah, biasanya pada kelopak mata bayi, di sekitar hidung, atau telinga. Dermatitis seboroik juga bisa muncul di area yang mengenakan popok sebagai ruam popok. Pada sebagian bayi, dermatitis seboroik bisa menutupi sebagian besar area tubuhnya.[12][13] Sebagian besar bayi tampaknya tidak terganggu oleh dermatitis seboroik. Cradle cap kadang-kadang menimbulkan gatal.[12]

Penyebab

Penyebab dermatitis seboroik yang pasti masih belum diketahui, tetapi masalah kulit ini diduga berkaitan dengan jamur Malassezia dan peradangan yang disebabkan psoriasis. Jamur Malassezia yang biasanya ditemukan dalam minyak yang ada di permukaan kulit diduga merupakan salah satu penyebab dermatitis seboroik.[14]

Selain karena produksi minyak dan tumbuhnya jamur Malassezia, munculnya dermatitis seboroik juga diduga akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena dermatitis seboroik, antara lain:[7][13]

  • Memiliki daya tubuh yang lemah, misalnya orang yang baru menjalani transplantasi organ, penderita HIV/AIDS, atau penderita kanker
  • Sedang dalam tahap pemulihan dari penyakit yang berbahaya, misalnya orang yang baru mengalami serangan jantung
  • Menderita gangguan mental atau saraf, seperti penyakit Parkinson, depresi, dan penyakit epilepsi
  • Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti interferon, litium, atau psoralen
  • Terpapar cuaca yang ekstrim, misalnya cuaca yang dingin dan kering
  • Bayi berusia 3 bulan atau lebih dan orang dewasa dengan rentang usia antarar 30 sampai 60 tahun
  • Memiliki jerawat parah, rosasea, atau psoriasis
  • Peminum alkohol berat
  • Mengalami gangguan makan

Kebiasaan menggaruk kulit wajah, stres, dan faktor genetik turut memicu terjadinya gangguan kulit ini.[14]

Diagnosis

Pengobatan

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Dessinioti, C; Katsambas, A (Juli–Agustus 2013). "Seborrheic dermatitis: etiology, risk factors, and treatments: facts and controversies". Clinics in Dermatology. 31 (4): 343–51. doi:10.1016/j.clindermatol.2013.01.001. PMID 23806151. 
  2. ^ a b c d e f g Ijaz, N; Fitzgerald, D (2 Juni 2017). "Seborrhoeic dermatitis". British Journal of Hospital Medicine. 78 (6): C88–C91. doi:10.12968/hmed.2017.78.6.C88. PMID 28614013. 
  3. ^ a b "Seborrheic Dermatitis - Dermatologic Disorders". Merck Manuals Professional Edition. Diakses tanggal 7 Juni 2020. 
  4. ^ a b c Borda, LJ; Perper, M; Keri, JE (Maret 2019). "Treatment of seborrheic dermatitis: a comprehensive review". The Journal of Dermatological Treatment. 30 (2): 158–169. doi:10.1080/09546634.2018.1473554. PMID 29737895. 
  5. ^ a b Nobles, T; Krishnamurthy, K (Januari 2019). "Cradle Cap". PMID 30285358. 
  6. ^ a b c "Dermatitis Seboroik". Halodoc. 19 Februari 2020. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  7. ^ a b c d "Dermatitis Seboroik". Alodokter. 1 Agustus 2019. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  8. ^ Asni Harismi (9 Juni 2019). "Mirip Ketombe, Dermatitis Seboroik pada Kulit Kepala Bikin Krisis PD". SehatQ. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  9. ^ "Dermatitis Seboroik". Klikdokter. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  10. ^ "Inilah 3 Fakta Penting Mengenai Dermatitis Seboroik". Halodoc. 1 Maret 2019. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  11. ^ "Bisa Disembuhkan, Begini Cara Mengobati Dermatitis Seboroik". Halodoc. 9 April 2019. Diakses tanggal 9 Juni 2020. 
  12. ^ a b c d e f "Seborrheic dermatitis: Signs and symptoms". American Academy of Dermatology Association. Diakses tanggal 10 Juni 2020. 
  13. ^ a b c d e Widya Citra Andini (11 Mei 2020). "Dermatitis Seboroik". Hello Sehat. Diakses tanggal 10 Juni 2020. 
  14. ^ a b "2 Penyebab Penyakit Dermatitis Seboroik yang Harus Diwaspadai". Halodoc. 2 November 2018. Diakses tanggal 10 Juni 2020. 

Pranala luar

Klasifikasi
Sumber luar