Dipiridamol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 55: Baris 55:


==Kegunaan dalam Medis==
==Kegunaan dalam Medis==
*Dipyridamole digunakan untuk melebarkan pembuluh darah pada orang dengan penyakit arteri perifer dan penyakit arteri koroner.[4]
*Dipyridamole telah terbukti menurunkan hipertensi pulmonal tanpa penurunan tekanan darah sistemik yang signifikan.
*Obat ini menghambat pembentukan sitokin pro-inflamasi (MCP-1, MMP-9) secara in vitro dan menghasilkan pengurangan hsCRP pada pasien.
*Obat ini menghambat proliferasi sel otot polos in vivo dan sedikit meningkatkan patensi cangkok hemodialisis arteriovenosa sintetik tanpa bantuan.[5]
*Obat ini meningkatkan pelepasan aktivator plasminogen jaringan dari sel endotel mikrovaskuler otak.
*Obat ini menghasilkan peningkatan asam 13-hidroksioktadekadienoat dan penurunan asam 12-hidroksieicosatetraenoat pada matriks subendotel dan penurunan trombogenisitas matriks subendotel.
*Perawatan awal mengurangi cedera reperfusi pada sukarelawan.
*Telah terbukti meningkatkan perfusi miokard dan fungsi ventrikel kiri pada pasien dengan kardiomiopati iskemik.
*Obat ini mengakibatkan penurunan jumlah reseptor trombin dan PECAM-1 pada trombosit pada pasien strok.
*Adenosin monofosfat siklik mengganggu agregasi trombosit dan juga menyebabkan relaksasi otot polos arteriol. Terapi kronis tidak menunjukkan penurunan tekanan darah sistemik yang signifikan.
*Obat ini menghambat replikasi RNA mengovirus.[6]
*Obat ini dapat digunakan untuk pengujian stres miokard sebagai alternatif metode stres akibat olahraga seperti treadmill.

===Untuk Strok===
Kombinasi dipyridamole dan aspirin (asam asetilsalisilat/dipyridamole) disetujui FDA untuk pencegahan sekunder stroke dan memiliki risiko perdarahan yang sama dengan penggunaan aspirin saja.[4] Penyerapan dipyridamole bergantung pada pH dan pengobatan bersamaan dengan penekan asam lambung (seperti penghambat pompa proton) akan menghambat penyerapan tablet cair dan polos.

Namun, obat ini tidak dilisensikan sebagai monoterapi untuk profilaksis stroke, meskipun tinjauan Cochrane menunjukkan bahwa dipyridamole dapat mengurangi risiko kejadian vaskular lebih lanjut pada pasien yang datang setelah iskemia serebral.[11]

Terapi rangkap tiga yaitu aspirin, clopidogrel, dan dipyridamole telah diteliti, namun kombinasi ini menyebabkan peningkatan kejadian perdarahan yang merugikan.[12]
*Vasodilatasi terjadi pada arteri yang sehat, sedangkan arteri yang mengalami stenosis tetap menyempit. Hal ini menimbulkan fenomena “mencuri” dimana suplai darah koroner akan meningkat ke pembuluh darah sehat yang melebar dibandingkan dengan arteri yang mengalami stenosis yang kemudian dapat dideteksi dengan gejala klinis nyeri dada, elektrokardiogram dan ekokardiografi bila menyebabkan iskemia.
*Heterogenitas aliran (pendahulu iskemia yang diperlukan) dapat dideteksi dengan kamera gamma dan SPECT menggunakan agen pencitraan nuklir seperti Thallium-201, Tc99m-Tetrofosmin dan Tc99m-Sestamibi. Namun, perbedaan relatif dalam perfusi tidak selalu berarti adanya penurunan absolut dalam suplai darah pada jaringan yang disuplai oleh arteri yang mengalami stenosis.

===Penggunaan lainnya===
Dipyridamole juga memiliki kegunaan non-obat dalam konteks laboratorium, seperti penghambatan pertumbuhan cardiovirus dalam kultur sel. [rujukan?]

==Interaksi==
==Interaksi==
Karena aksinya sebagai penghambat fosfodiesterase, dipiridamol kemungkinan mempotensiasi efek [[adenosina]]. Hal ini terjadi dengan memblokir transporter nukleosida (ENT1) yang melaluinya adenosina memasuki sel [[Sel darah merah|eritrosit]] dan [[endotelium]].<ref name="pmid16141426">{{cite journal | vauthors = Gamboa A, Abraham R, Diedrich A, Shibao C, Paranjape SY, Farley G, Biaggioni I | title = Role of adenosine and nitric oxide on the mechanisms of action of dipyridamole | journal = Stroke | volume = 36 | issue = 10 | pages = 2170–5 | date = October 2005 | pmid = 16141426 | doi = 10.1161/01.STR.0000179044.37760.9d | s2cid = 1877425 }}</ref>
Karena aksinya sebagai penghambat fosfodiesterase, dipiridamol kemungkinan mempotensiasi efek [[adenosina]]. Hal ini terjadi dengan memblokir transporter nukleosida (ENT1) yang melaluinya adenosina memasuki sel [[Sel darah merah|eritrosit]] dan [[endotelium]].<ref name="pmid16141426">{{cite journal | vauthors = Gamboa A, Abraham R, Diedrich A, Shibao C, Paranjape SY, Farley G, Biaggioni I | title = Role of adenosine and nitric oxide on the mechanisms of action of dipyridamole | journal = Stroke | volume = 36 | issue = 10 | pages = 2170–5 | date = October 2005 | pmid = 16141426 | doi = 10.1161/01.STR.0000179044.37760.9d | s2cid = 1877425 }}</ref>

Revisi per 29 April 2024 13.31

Dipiridamol
Nama sistematis (IUPAC)
2,2',2'',2'''-(4,8-di(piperidin-1-yl)pirimido[5,4-d]pirimidina-2,6-diil)bis(azanetriil)tetraetanol
Data klinis
Nama dagang Persantine, dll
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a682830
Kat. kehamilan ?
Status hukum POM (UK) -only (US)
Rute Oral, intravena
Data farmakokinetik
Bioavailabilitas 37–66%[1]
Ikatan protein ~99%
Metabolisme Hati (glukuronidasi)[2]
Waktu paruh fase α: 40 menit,
fase β: 10 jam
Ekskresi Empedu (95%), urin (dapat diabaikan)
Pengenal
Nomor CAS 58-32-2 YaY
Kode ATC B01AC07
PubChem CID 3108
Ligan IUPHAR 4807
DrugBank DB00975
ChemSpider 2997 YaY
UNII 64ALC7F90C YaY
KEGG D00302 YaY
ChEBI CHEBI:4653 YaY
ChEMBL CHEMBL932 YaY
Data kimia
Rumus C24H40N8O4 
  • InChI=1S/C24H40N8O4/c33-15-11-31(12-16-34)23-26-20-19(21(27-23)29-7-3-1-4-8-29)25-24(32(13-17-35)14-18-36)28-22(20)30-9-5-2-6-10-30/h33-36H,1-18H2 YaY
    Key:IZEKFCXSFNUWAM-UHFFFAOYSA-N YaY

Dipiridamol adalah penghambat transpor nukleosida dan medikasi penghambat PDE3 yang menghambat pembentukan bekuan darah[3][pranala nonaktif] bila diberikan secara kronis, dan menyebabkan pelebaran pembuluh darah bila diberikan dalam dosis tinggi dalam waktu singkat.

Kegunaan dalam Medis

  • Dipyridamole digunakan untuk melebarkan pembuluh darah pada orang dengan penyakit arteri perifer dan penyakit arteri koroner.[4]
  • Dipyridamole telah terbukti menurunkan hipertensi pulmonal tanpa penurunan tekanan darah sistemik yang signifikan.
  • Obat ini menghambat pembentukan sitokin pro-inflamasi (MCP-1, MMP-9) secara in vitro dan menghasilkan pengurangan hsCRP pada pasien.
  • Obat ini menghambat proliferasi sel otot polos in vivo dan sedikit meningkatkan patensi cangkok hemodialisis arteriovenosa sintetik tanpa bantuan.[5]
  • Obat ini meningkatkan pelepasan aktivator plasminogen jaringan dari sel endotel mikrovaskuler otak.
  • Obat ini menghasilkan peningkatan asam 13-hidroksioktadekadienoat dan penurunan asam 12-hidroksieicosatetraenoat pada matriks subendotel dan penurunan trombogenisitas matriks subendotel.
  • Perawatan awal mengurangi cedera reperfusi pada sukarelawan.
  • Telah terbukti meningkatkan perfusi miokard dan fungsi ventrikel kiri pada pasien dengan kardiomiopati iskemik.
  • Obat ini mengakibatkan penurunan jumlah reseptor trombin dan PECAM-1 pada trombosit pada pasien strok.
  • Adenosin monofosfat siklik mengganggu agregasi trombosit dan juga menyebabkan relaksasi otot polos arteriol. Terapi kronis tidak menunjukkan penurunan tekanan darah sistemik yang signifikan.
  • Obat ini menghambat replikasi RNA mengovirus.[6]
  • Obat ini dapat digunakan untuk pengujian stres miokard sebagai alternatif metode stres akibat olahraga seperti treadmill.

Untuk Strok

Kombinasi dipyridamole dan aspirin (asam asetilsalisilat/dipyridamole) disetujui FDA untuk pencegahan sekunder stroke dan memiliki risiko perdarahan yang sama dengan penggunaan aspirin saja.[4] Penyerapan dipyridamole bergantung pada pH dan pengobatan bersamaan dengan penekan asam lambung (seperti penghambat pompa proton) akan menghambat penyerapan tablet cair dan polos.

Namun, obat ini tidak dilisensikan sebagai monoterapi untuk profilaksis stroke, meskipun tinjauan Cochrane menunjukkan bahwa dipyridamole dapat mengurangi risiko kejadian vaskular lebih lanjut pada pasien yang datang setelah iskemia serebral.[11]

Terapi rangkap tiga yaitu aspirin, clopidogrel, dan dipyridamole telah diteliti, namun kombinasi ini menyebabkan peningkatan kejadian perdarahan yang merugikan.[12]

  • Vasodilatasi terjadi pada arteri yang sehat, sedangkan arteri yang mengalami stenosis tetap menyempit. Hal ini menimbulkan fenomena “mencuri” dimana suplai darah koroner akan meningkat ke pembuluh darah sehat yang melebar dibandingkan dengan arteri yang mengalami stenosis yang kemudian dapat dideteksi dengan gejala klinis nyeri dada, elektrokardiogram dan ekokardiografi bila menyebabkan iskemia.
  • Heterogenitas aliran (pendahulu iskemia yang diperlukan) dapat dideteksi dengan kamera gamma dan SPECT menggunakan agen pencitraan nuklir seperti Thallium-201, Tc99m-Tetrofosmin dan Tc99m-Sestamibi. Namun, perbedaan relatif dalam perfusi tidak selalu berarti adanya penurunan absolut dalam suplai darah pada jaringan yang disuplai oleh arteri yang mengalami stenosis.

Penggunaan lainnya

Dipyridamole juga memiliki kegunaan non-obat dalam konteks laboratorium, seperti penghambatan pertumbuhan cardiovirus dalam kultur sel. [rujukan?]

Interaksi

Karena aksinya sebagai penghambat fosfodiesterase, dipiridamol kemungkinan mempotensiasi efek adenosina. Hal ini terjadi dengan memblokir transporter nukleosida (ENT1) yang melaluinya adenosina memasuki sel eritrosit dan endotelium.[4]

Menurut pedoman Association of Anesthetists of Great Britain and Ireland tahun 2016, dipiridamol dinilai tidak menyebabkan risiko perdarahan saat menerima anestesi neuroaksial dan blok saraf dalam. Oleh karena itu, tindakan ini tidak memerlukan penghentian sebelum anestesi dengan teknik ini, dan dapat terus dilakukan dengan kateter blok saraf yang terpasang.[5]

Overdosis

Overdosis dipiridamol dapat diobati dengan aminofilin[2]:6  atau kafeina yang membalikkan efek pelebarannya pada pembuluh darah. Pengobatan simtomatik dianjurkan, mungkin termasuk obat vasopresor. Bilas lambung harus dipertimbangkan. Karena dipiridamol sangat terikat dengan protein, dialisis sepertinya tidak memberikan manfaat.

Mekanisme Kerja

Dipiridamol memiliki dua efek yang diketahui, bekerja melalui mekanisme aksi yang berbeda:

  1. Menghambat enzim fosfodiesterase yang biasanya memecah cAMP (meningkatkan kadar cAMP seluler dan menghalangi agregasi platelet, respons[6] terhadap ADP) dan/atau cGMP.
  2. Menghambat pengambilan kembali adenosina seluler menjadi trombosit, sel darah merah, dan sel endotelium, yang menyebabkan peningkatan konsentrasi adenosin ekstraseluler.

Studi Eksperimental

Dipiridamol saat ini sedang menjalani penggunaan kembali untuk pengobatan gangguan permukaan mata, termasuk pterigium dan penyakit mata kering. Laporan pertama tentang manfaat dipiridamol topikal dalam mengobati pterigium diterbitkan pada tahun 2014.[7] Laporan hasil selanjutnya pada 25 pasien yang menggunakan dipiridamol topikal disajikan pada tahun 2016.[8]

Referensi

  1. ^ Nielsen-Kudsk F, Pedersen AK (May 1979). "Pharmacokinetics of dipyridamole". Acta Pharmacologica et Toxicologica. 44 (5): 391–399. doi:10.1111/j.1600-0773.1979.tb02350.x. PMID 474151. 
  2. ^ a b "Aggrenox (aspirin/extended-release dipyridamole) Capsules. Full Prescribing Information" (PDF). Boehringer Ingelheim Pharmaceuticals, Inc. Diakses tanggal 1 December 2016. 
  3. ^ "Dipyridamole" di Kamus Medis Dorland
  4. ^ Gamboa A, Abraham R, Diedrich A, Shibao C, Paranjape SY, Farley G, Biaggioni I (October 2005). "Role of adenosine and nitric oxide on the mechanisms of action of dipyridamole". Stroke. 36 (10): 2170–5. doi:10.1161/01.STR.0000179044.37760.9d. PMID 16141426. 
  5. ^ AAGBI Guidelines Neuraxial and Coagulation June 2016
  6. ^ Brown DG, Wilkerson EC, Love WE (March 2015). "A review of traditional and novel oral anticoagulant and antiplatelet therapy for dermatologists and dermatologic surgeons". Journal of the American Academy of Dermatology. 72 (3): 524–534. doi:10.1016/j.jaad.2014.10.027. PMID 25486915. 
  7. ^ Carlock BH, Bienstock CA, Rogosnitzky M (January 2014). "Pterygium: nonsurgical treatment using topical dipyridamole - a case report". Case Reports in Ophthalmology. 5 (1): 98–103. doi:10.1159/000362113. PMC 3995373alt=Dapat diakses gratis. PMID 24761148. 
  8. ^ Rogosnitzky M, Bienstock CA, Issakov Y, Frenkel A (March 2016). Topical Dipyridamole for Treatment of Pterygium and Associated Dry Eye Symptoms: Analysis of User-Reported Outcomes. ISVER (Israeli Society for Vision and Eye Research) affiliate of ARVO (Association of Research in Vision and Ophthalmology) (dalam bahasa Inggris). Kfar Maccabia, Israel. Diakses tanggal 19 May 2019 – via ResearchGate.