Distrik Amandit: Perbedaan antara revisi
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
||
Baris 40: | Baris 40: | ||
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan : <br /> |
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan : <br /> |
||
{{cquote|Sudah kemudian daripada itu maka maharaja Negara Dipa menitahkan Tumanggung Tatah Jiwa menundukkan orang batang Alai dan orang batang Hamandit serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk, tiada lagi dengan berperang lawan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekaliannya mereka itu tunduk karena patuh tata perintahnya Tumanggung Tatah Jiwa. Maka sekalian menteri-menteri sakai itu sama dibawa olehnya Tumanggung Tatah Jiwa itu menghadap maharaja Negara Dipa itu dengan persembahannya . Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Tumanggung Tatah Jiwa itu mememerintahkan kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan lalai, manakala kamu lalai niscaya beroleh perintah kesakitan." Maka sembah sekalian menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik." <ref name="hikayat banjar">{{ms}}{{cite book|first=[[Johannes Jacobus Ras|Johannes Jacobus]]|last=Ras|title=''[[Hikayat Banjar]]'' diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]]|location=Malaysia|publisher=Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka|year= 1990|isbn=9789836212405}}ISBN 983-62-1240-X</ref>}} |
{{cquote|Sudah kemudian daripada itu maka maharaja Negara Dipa menitahkan Tumanggung Tatah Jiwa menundukkan orang batang Alai dan orang batang Hamandit serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk, tiada lagi dengan berperang lawan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekaliannya mereka itu tunduk karena patuh tata perintahnya Tumanggung Tatah Jiwa. Maka sekalian menteri-menteri sakai itu sama dibawa olehnya Tumanggung Tatah Jiwa itu menghadap maharaja Negara Dipa itu dengan persembahannya . Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Tumanggung Tatah Jiwa itu mememerintahkan kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan lalai, manakala kamu lalai niscaya beroleh perintah kesakitan." Maka sembah sekalian menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik." <ref name="hikayat banjar">{{ms}}{{cite book|first=[[Johannes Jacobus Ras|Johannes Jacobus]]|last=Ras|title=''[[Hikayat Banjar]]'' diterjemahkan oleh [[Siti Hawa Salleh]]|location=Malaysia|publisher=Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka|year= 1990|isbn=9789836212405}}ISBN 983-62-1240-X</ref>}} |
||
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan pula: <br /> |
|||
{{cquote|Tatkala Aria Magatsari menyerang menundukkan segala orang batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap dan serta bukitnya itu membawa orang seribu, dan Tuamanggung Tatah Jiwa membawa orang seribu tatkala ia menundukkan orang batang Alai dan Hamandit dan Labuhan Amas serta bukitnya itu. Jumlahnya orang dua ribu itu seorang pun itu tiada mati, daripada bijaksananya Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekalian merek itu tunduk dan kasih hatinya itu.<ref name="hikayat banjar"/>}} |
|||
Wilayah Distrik Amandit meliputi daerah aliran sungai Amandit. Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah [[Kabupaten Hulu Sungai Selatan]]. Suku Banjar yang mendiami [[wilayah]] bekas distrik ini disebut '''Orang Kandangan''', sedangkan suku Dayaknya merupakan bagian dari '''[[Suku Dayak Meratus]]''' yang disebut '''Dayak Amandit''' atau '''Dayak Loksado'''.<ref>http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/37-Datung-Ayuh-dan-Bambang-Siwara</ref> |
Wilayah Distrik Amandit meliputi daerah aliran sungai Amandit. Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah [[Kabupaten Hulu Sungai Selatan]]. Suku Banjar yang mendiami [[wilayah]] bekas distrik ini disebut '''Orang Kandangan''', sedangkan suku Dayaknya merupakan bagian dari '''[[Suku Dayak Meratus]]''' yang disebut '''Dayak Amandit''' atau '''Dayak Loksado'''.<ref>http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/37-Datung-Ayuh-dan-Bambang-Siwara</ref> |
Revisi per 16 Oktober 2016 06.55
Distrik Amandit atau Batang Hamandit adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Amandit dan Negara pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Distrik Amandit pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu
Tahun | Districtshoofd | Panghoeloe |
---|---|---|
1861 | Kiai Ranamenggala[1] | - |
1862 | Kiai Mas[2][3] | - |
1863 | Kiai Draboe[4] | Hadji Matali[4] |
1868 | Kiai Draboe[5] | Hadji Mat Alie[5] |
1870 | Kjahi Draboe[6] | Hadji Mat Ali[6] |
1871 | Kjahi Draboe[7] | Hadji Matat Ali[7] |
1899 | Kiai Muhammad Djamdjam[8] |
Penduduk
Penduduk asli Batang Amandit merupakan penduduk daerah aliran sungai (DAS) Batang Amandit yang telah ditaklukan oleh mantri pangiwa Tumanggung Tatah Jiwa atas perintah maharaja Negara Dipa yaitu Ampu Jatmaka yang bergelar Maharaja di Candi.
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan :
“ | Sudah kemudian daripada itu maka maharaja Negara Dipa menitahkan Tumanggung Tatah Jiwa menundukkan orang batang Alai dan orang batang Hamandit serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk, tiada lagi dengan berperang lawan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekaliannya mereka itu tunduk karena patuh tata perintahnya Tumanggung Tatah Jiwa. Maka sekalian menteri-menteri sakai itu sama dibawa olehnya Tumanggung Tatah Jiwa itu menghadap maharaja Negara Dipa itu dengan persembahannya . Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Tumanggung Tatah Jiwa itu mememerintahkan kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan lalai, manakala kamu lalai niscaya beroleh perintah kesakitan." Maka sembah sekalian menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik." [9] | ” |
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan pula:
“ | Tatkala Aria Magatsari menyerang menundukkan segala orang batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap dan serta bukitnya itu membawa orang seribu, dan Tuamanggung Tatah Jiwa membawa orang seribu tatkala ia menundukkan orang batang Alai dan Hamandit dan Labuhan Amas serta bukitnya itu. Jumlahnya orang dua ribu itu seorang pun itu tiada mati, daripada bijaksananya Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekalian merek itu tunduk dan kasih hatinya itu.[9] | ” |
Wilayah Distrik Amandit meliputi daerah aliran sungai Amandit. Dewasa ini wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Kandangan, sedangkan suku Dayaknya merupakan bagian dari Suku Dayak Meratus yang disebut Dayak Amandit atau Dayak Loksado.[10]
Galeri
-
Anak perempuan Kandangan
Referensi
- ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1861). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 34. Lands Drukkery. hlm. 133.
- ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 35. Lands Drukkery. hlm. 136.
- ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 36. Lands Drukkery. hlm. 140.
- ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1863). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 37. Lands Drukkery. hlm. 147.
- ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1868). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 41. Lands Drukkery. hlm. 138.
- ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1870). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 43. Lands Drukkery. hlm. 180.
- ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1871). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 44. Lands Drukkery. hlm. 197.
- ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
- ^ a b (Melayu)Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.ISBN 983-62-1240-X
- ^ http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/37-Datung-Ayuh-dan-Bambang-Siwara