Djanan Tajib: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
k +pic
Naval Scene (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:
|image = Lukisan Djanan Tajib, Sunario, Sartono, Moh. Hatta & Wirjono.jpg
|image = Lukisan Djanan Tajib, Sunario, Sartono, Moh. Hatta & Wirjono.jpg
|alt =
|alt =
|caption = Lukisan Djanan Thaib (duduk), bersama Mr. [[Sunario Sastrowardoyo|Sunario]], Mr. [[Sartono (politikus)|Sartono]], Drs. [[Mohammad Hatta|Moh. Hatta]], dan Mr. [[Wirjono Prodjodikoro|Wirjono]]
|caption = Djanan Thaib (duduk), bersama Mr. [[Sunario Sastrowardoyo|Sunario]], Mr. [[Sartono (politikus)|Sartono]], Drs. [[Mohammad Hatta|Moh. Hatta]], dan Mr. [[Wirjono Prodjodikoro|Wirjono]]
|birth_name =
|birth_name =
|birth_date = <!-- {{Birth date and age|||}} -->1891
|birth_date = <!-- {{Birth date and age|||}} -->1891

Revisi per 22 Desember 2016 06.24

Djanan Thaib
Djanan Thaib (duduk), bersama Mr. Sunario, Mr. Sartono, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Wirjono
Lahir1891
Hindia Belanda Kampung Sarik, Padang, Hindia Belanda
Meninggal1959 (umur 68)
Arab Saudi Mekkah, Arab Saudi
AlmamaterUniversitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
PekerjaanUlama
Dikenal atas- Pendiri dan pemimpin Jamaah al-Chairiyah, Mesir
- Pendiri Al Madrasah Al Indunisiyah, Arab Saudi

Djanan Moehammad Thaib (lahir di Kampung Sarik, Padang, Sumatera Barat, 1891 - Mekkah, Arab Saudi, 1959) adalah seorang ulama, wartawan, dan pengajar asal Indonesia, yang banyak menghabiskan hidupnya di Arab Saudi dan Mesir. Dia merupakan pemimpin Jamaah al-Chairiyah, Mesir dan juga seorang pendiri sekolah Islam Indonesia di Mekkah.

Kehidupan

Djanan Thaib menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sumatera Barat. Setelah menguasai Bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama, pada tahun 1911 saudaranya Yahya yang merupakan seorang saudagar kaya mengirimnya ke Mekkah untuk belajar di Masjidil Haram.

Tahun 1919, ia pergi ke Kairo untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1923, bersama pelajar Indonesia lainnya ia mendirikan al-Jamiyah al-Khairiyah. Ia ditunjuk sebagai ketua pertama lembaga kebajikan yang beranggotakan para pelajar asal Nusantara itu.[1] Tahun 1925, Djanan memimpin majalah bulanan "Seruan Al Azhar" yang berisi tentang materi keagamaan dan kebudayaan. Melalui majalah itu pula ia menyerukan rakyat di Kepulauan Nusantara untuk menentang penjajahan bangsa-bangsa Eropa.[2]

Djanan Thaib adalah orang Indonesia pertama yang mendapatkan ijazah "Al Alimiyah" dari Al-Azhar pada tahun 1926.[3] Pada tahun yang sama ia pergi ke Mekkah untuk tinggal di sana. Setelah menetap di Mekkah, ia mengajukan permohonan kepada Raja Abdul Aziz bin Saud agar menyetujui pendirian sekolah Islam Indonesia di Mekkah.

Pada tahun 1928, permohonan itu dikabulkan oleh Raja Abdul Aziz. Kemudian sekolah itu dinamakan dengan "Al Madrasah Al Indunisiyah" atau "Sekolah Indonesia". Sekolah ini merupakan sekolah asing pertama yang didirikan di Arab Saudi, sejak berdirinya kerajaan itu. Sekolah ini bertujuan untuk menanamkan prinsip ajaran Islam yang moderat kepada siswa-siswa asal Indonesia dan Malaysia. Dimana setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka diwajibkan untuk menyebarkan ajaran Islam dan melawan para misionaris Kristen.[butuh rujukan]

Sekolah Indonesia ini terletak di Al Gararah, di gedung Minangkabau, rumah Syeikh Muhammad Nur Salim Al Khalidi. Dalam pembukaan sekolah itu hadir tokoh-tokoh terkenal, ulama, sastrawan Mekkah, dan para pejabat.

Pada tahun 1929, Djanan Thaib bersama dengan sembilan ulama di Masjidil Haram diangkat sebagai anggota pengawas dalam "Biro Pengawas Pelajaran-Pelajaran dan Pengajaran di Masjidil Haram" (Hai'ah Muraqabah Ad Durus Wat Tadris Fil Haram Asy Syarif) yang dipimpin oleh Syeikh Abdullah bin Hasan Aal Syeikh. Melalui keputusan itu pula ia diangkat sebagai pengajar resmi di Masjidil Haram dan hal ini dimuat dalam surat kabar "Ummul Qura" di Mekkah edisi 185, hari Jum'at 18 Muharram 1347 H. Di samping itu Pengadilan Tinggi Agama Mekkah Al Mukarramah mengangkatnya sebagai penghulu (ma'dzun syar'i) bagi orang-orang Nusantara (Melayu).

Syeikh Djanan Thaib mengurus sekolah itu hingga ia meninggal dunia. Kemudian diteruskan oleh Syeikh Abdul Jalil Al Maqdisy hingga ditutup pada tahun 1390 H. Sekolah Indonesia di Mekkah ini memperoleh banyak bantuan dari Rabithah Alam Al Islamy yang berpusat di Mekkah. Sekolah ini telah meluluskan banyak siswa yang kemudian menjadi ulama dan memegang jabatan penting di Indonesia dan Malaysia.

Djanan Thaib wafat pada hari Senin, 10 Rabi'ul Awwal 1365 H di An Naqa, Mekkah, pada umur 68 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan Al Ma'la.

Catatan kaki

  1. ^ Zuhairi Misrawi, Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keualamaan; Kompas Media Nusantara, 2010
  2. ^ Alberta Joy Freidus, Sumatran Contributions to the development of Indonesian Literature, 1920-1942; Asian Studies Program, University of Hawaii, 1977
  3. ^ Soebagijo Ilham Notodidjojo, 70 Tahun Profesor Dr. H.M. Rasjidi