Lompat ke isi

Dromon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dromon (bahasa Yunani: δρόμων, dromōn, translit. "pelari") adalah salah satu tipe kapal perang layar dan merupakan kapal perang terpenting dalam Angkatan laut Bizantium sejak abad ke-5 hingga abad ke-12 M saat digantikan dengan kapal perang layar bergaya Italia. Kapal ini dikembangkan dari basis kapal liburna, yang merupakan andalan angkatan laut Romawi Kunp.[1]

Bahasa Inggris Pertengahan dromond dan Bahasa Prancis Kuno dromont diturunkan dari kata dromon, dan diartikan sebagai kapal abad pertengahan yang dianggap cukup besar.[2]

Evolusi dan fitur

[sunting | sunting sumber]

Penampilan dan evolusi kapal perang abad pertengahan selalu diperdebatkan dan hanya berupa dugaan. Sampai saat ini, tidak ada sisa-sisa kapal perang berdayung dari abad pertengahan yang ditemukan, dan informasi harus dikumpulkan dengan menganalisis bukti sastra, gambar-gambar artistik mentah, dan sisa-sisa beberapa kapal dagang (seperti rongsokan Pantano Longarini abad ke-7 dari Sisilia, rongsokan kapal Yassi Ada dari abad ke-7, dan Serçe Limanı dari abad ke-11 di Turki). Hanya pada tahun 2005-2006 penggalian arkeologi proyek Marmaray di lokasi Pelabuhan Theodosius (saat ini Yenikapi) menemukan sisa-sisa lebih dari 36 kapal Bizantium dari abad ke-6 sampai abad ke-10, termasuk empat kapal perang layar kecil dari jenis galea.[3]

Pendapat umum mengenai perkembangan utama yang membedakan antara dengan dromon awal dengan liburna, dan selanjutnya menjadi ciri kapal perang layar Mediterania, adalah adopsi dari geladak penuh (katastrōma), ditiadakannya alat penghancur di haluan yang diganti dengan alat pendorong (bahasa Inggris: spur) di atas permukaan air, dan pengenalan bertahap layar latin, yaitu layar segitiga dengan ujung layar bersudut 45 derajat.[4] Alasan yang pasti dari meniadakan alat penghancur (bahasa Latin: rostrum, bahasa Yunani: ἔμβολος) masih belum jelas. Salah satu kemungkinan adalah bahwa perubahan itu terjadi karena evolusi bertahap dari metode kuno yang pertama kali membangun bagian luar lambung kapal dengan purus dan lubang, lemah terhadap alat penghancur, menjadi metode yang pertama membangun kerangka, yang menghasilkan lambung lebih kuat dan lebih fleksibel, sehingga lebih kuat menahan serangan alat penghancur.[5] Yang pasti pada awal abad ke-7, fungsi awal alat penghancur, yang menurut Isidore dari Sevilla adalah untuk melindungi kapal dari benturan dengan bebatuan bawah air, telah terlupakan.[6]

Adapun untuk layar latin, beberapa pendapat menyatakan bahwa layar tersebut diperkenalkan ke Mediterania oleh bangsa Arab. Tetapi, penemuan gambar-gambar dan referensi sastra terbaru dalam beberapa dekade terakhir telah menyebabkan para ahli untuk lebih mengutamakan fakta bahwa layar latin awalnya terlihat di Levant pada akhir periode Helenistik atau pada awal periode Romawi.[7][8][9][10]

Ilustrasi dari Madrid Skylitzes menunjukkan armada Bizantium memukul mundur Rus yang menyerang Konstantinopel tahun 941 dan penggunaan spur untuk menghancurkan dayung-dayung kapal Rus. Aksi naik ke kapal dan pertarungan antarprajurit merupakan ujung dari kebanyakan pertempuran laut pada Zaman Pertengahan.[11]

Dalam perang Vandal, armada Belisarius, sebagaimana yang digambarkan oleh Procopius dari Caesarea, terlihat sebagian dilengkapi dengan layar latin, sehingga mungkin pada saat itu latin telah menjadi standar untuk dromon,[12] dan layar persegi mulai tidak digunakan dalam navigasi abad pertengahan.[13] Dromon abad ke-6 adalah kapal yang memiliki satu gundukan ("monoreme") dan kemungkinan 50 dayung, dengan 25 dayung di setiap sisi.[14] Tidak seperti kapal Helenistik, yang menggunakan cadik, dromon memanjang langsung dari lambung.[15] Dromon kemudian memiliki dua gundukan ("bireme") pada abad ke-9 dan 10, Kedua gundukan dayung (elasiai) dipisahkan oleh geladak, dengan gundukan dayung pertama berada di bawah dan yang kedua di atas geladak. Para pendayung diharapkan dapat ikut bertarung bersama pasukan di kapal pada saat operasi menaiki kapal.[16]

Sumber-sumber tertulis dan dokumen-dokumen yang ada telah menunjukkan kepada kita bahwa setidaknya terdapat tiga variasi dalam pembangunan dromon, sedangkan hubungan antara dromon dengan chelandion, istilah yang juga sering dipergunakan, belum bisa dipastikan. Variasi-variasi ini terdiri atas, yang pertama, ousiakon yang dinamai atas kesatuan sebesar satu kompi atau ousia yang terdiri dari 100 pelaut. Kapal ini merupakan kapal ‘’galley’’ dua susun dengan susunan terbawah dikhususkan untuk para pendayung sedangkan susunan atas dipakai untuk para pendayung ataupun untuk bertempur ketika diperlukan. Yang kedua adalah pamphylos yang berukuran sedikit lebih besar dengan jumlah awak antara 120 dan 160 pelaut. Yang ketiga adalah dromon yang diawaki oleh 200 orang pelaut: 50 pelaut di susunan terbawah, dan 100 pelaut di susunan atas dan terbagi atas dua lapis, serta dilengkapi oleh 50 orang tentara untuk menjalankan pertempuran. Dromon memiliki sebuah menara tengah (xylokastron – Yunani: "istana kayu") dekat tiang utama, yang dapat digunakan oleh para tentara untuk menembakkan panah atau melontarkan lembing dan sejenisnya. Dromon terkadang dilengkapi oleh penyembur api (siphones, dan kapal-kapal semacam ini disebut siphōnophoroi dromones) yang menyemburkan api Yunani dan melontarkan proyektil-proyektil katapel yang bobotnya dapat mencapai 10 kg sejauh 250 meter.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 123–126
  2. ^ The Shorter Oxford English Dictionary, 3rd edition, "Dromond".
  3. ^ Delgado 2011, hlm. 188–191
  4. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 127
  5. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 145–147, 152
  6. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 134–135
  7. ^ Casson 1995, hlm. 243–245, Fig. 180–182
  8. ^ Basch 2001, hlm. 57–64
  9. ^ Campbell 1995, hlm. 8–11
  10. ^ Pomey 2006, hlm. 326–329
  11. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 144
  12. ^ Basch 2001, hlm. 64
  13. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 153–159
  14. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 130–135
  15. ^ Gardiner 2004, hlm. 103–104
  16. ^ Pryor & Jeffreys 2006, hlm. 232, 255, 276

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Basch, Lucien (2001), "La voile latine, son origine, son évolution et ses parentés arabes", dalam Tzalas, H., Tropis VI, 6th International Symposium on Ship Construction in Antiquity, Lamia 1996 proceedings (dalam bahasa Prancis), Athens: Hellenic Institute for the Preservation of Nautical Tradition, hlm. 55–85 
  • Campbell, I.C. (1995), "The Lateen Sail in World History" (PDF), Journal of World History (dalam bahasa Inggris), 6 (1): 1–23, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-08-04, diakses tanggal 2014-01-29 
  • Casson, Lionel (1995), Ships and Seamanship in the Ancient World (dalam bahasa Inggris), Johns Hopkins University Press, ISBN 0-8018-5130-0 
  • Delgado, James P (2011), "Ships on Land", dalam Catsambis, Alexis; Ford, Ben; Hamilton, Donny L., The Oxford Handbook of Maritime Archaeology (dalam bahasa Inggris), Oxford University Press, hlm. 182–191, ISBN 978-0-19-537517-6 
  • History and Archaeology of the Ship: The Byzantine Navy Diarsipkan 2007-01-20 di Wayback Machine.
  • Pomey, Patrice (2006), "The Kelenderis Ship: A Lateen Sail", The International Journal of Nautical Archaeology (dalam bahasa Inggris), 35 (2): 326–329, doi:10.1111/j.1095-9270.2006.00111.x 
  • Pryor, John H.; Jeffreys, Elizabeth M. (2006), The Age of the ΔΡΟΜΩΝ: The Byzantine Navy ca. 500–1204 (dalam bahasa Inggris), Brill Academic Publishers, ISBN 978-90-04-15197-0