Fez: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan
Baris 175: Baris 175:


[[Dinasti Alawi|Dinasti Alawiyun]], yang juga mengklaim status syarif, merebut Fes di tahun 1666 di bawah pimpinan pendiri dinasti, [[Ar-Rasyid dari Maroko|Maulay Rasyid]] ("Tuanku Rasyid"). Kota ini diangkat menjadi ibu kota lagi dan mengalami kemajuan, walaupun ini tidak berlangsung lama.<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Maulay Rasyid mencoba memulihkan kota ini setelah lama terlantar. Ia membangun [[Qasbah Syarardah]] (atau Cherarda, dalam ejaan Prancis, atau disebut juga Qasbah al-Khamis, "benteng Kamis") di utara Fes Jdid sebagai tempat tinggal pasukan sukunya.<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Ia juga membangun (atau memulihkan kembali) qasbah yang kini disebut Qasbah an-Nouar, yang menjadi tempat tinggal pengikutnya dari wilayah [[Tafilalt]] yang merupakan kampung halaman asal dinasti ini. Karena ini, qasbah tersebut disebut Qasbah Filalah ("Qasbah orang-orang Tafilalt").<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":2" />{{Rp|72–73}} Maulay Rasyid juga membangun madrasah baru yang besar, Madrasah Syarathin (Cherratine), pada tahun 1670.<ref name=":12" /> Setelah ia meninggal, Fes kembali mengalami kemunduran. Pengganti Maulay Rasyid, [[Ismail bin Syarif|Maulay Ismail]], tampaknya tidak menyukai kota ini, kemungkinan karena terjadi pemberontakan di sana pada awal masa pemerintahannya, dan memilih kota [[Meknes]] (yang berlokasi tidak begitu jauh) sebagai ibukotanya.<ref name=":03" />{{Rp|84}} Walaupun ia memulihkan atau membangun kembali beberapa bangunan penting kota ini, seperti [[Zawiyah Maulay Idris II]], ia juga menarik pajak yang tinggi dari penduduk kota dan beberapa kali memaksa sebagian penduduknya pindah untuk mengisi kota-kota lain di negeri Maghreb.<ref name=":03" />{{Rp|84–85}} Setelah Maulay Ismail meninggal, negeri ini jatuh ke anarki dan perang saudara antara putra-putranya yang memperebutkan kekuasaan selama puluhan tahun. Fes terlibat serangkaian konflik dengan kabilah Udayah, sebuah kabilah militer (''guisy'') yang sebelumnya ditempatkan di Qasbah Syarardah oleh Maulay Ismail. Sultan Maulay Abdullah, salah satu pesaing takhta yang berkuasa selama beberapa selang waktu, menjadikan Fes sebagai ibukotanya. Ia awalnya disambut (1728–29) karena memerangi suku Udayah, tapi hubungannya dengan penduduk kota karena pilihan wali kotanya tidak disukai warga. Ia lalu membuat istana [[Dar Dbibegh]] di kawasan pedesaan di luar kota sebagai tempat tinggalnya. Selama sekitar 30 tahun selanjutnya, Fes terus berada dalam kondisi konflik baik dengan suku Udayah maupun dengan sultan-sultan Alawiyun.<ref name=":03" />{{Rp|85–86}}
[[Dinasti Alawi|Dinasti Alawiyun]], yang juga mengklaim status syarif, merebut Fes di tahun 1666 di bawah pimpinan pendiri dinasti, [[Ar-Rasyid dari Maroko|Maulay Rasyid]] ("Tuanku Rasyid"). Kota ini diangkat menjadi ibu kota lagi dan mengalami kemajuan, walaupun ini tidak berlangsung lama.<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Maulay Rasyid mencoba memulihkan kota ini setelah lama terlantar. Ia membangun [[Qasbah Syarardah]] (atau Cherarda, dalam ejaan Prancis, atau disebut juga Qasbah al-Khamis, "benteng Kamis") di utara Fes Jdid sebagai tempat tinggal pasukan sukunya.<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Ia juga membangun (atau memulihkan kembali) qasbah yang kini disebut Qasbah an-Nouar, yang menjadi tempat tinggal pengikutnya dari wilayah [[Tafilalt]] yang merupakan kampung halaman asal dinasti ini. Karena ini, qasbah tersebut disebut Qasbah Filalah ("Qasbah orang-orang Tafilalt").<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":2" />{{Rp|72–73}} Maulay Rasyid juga membangun madrasah baru yang besar, Madrasah Syarathin (Cherratine), pada tahun 1670.<ref name=":12" /> Setelah ia meninggal, Fes kembali mengalami kemunduran. Pengganti Maulay Rasyid, [[Ismail bin Syarif|Maulay Ismail]], tampaknya tidak menyukai kota ini, kemungkinan karena terjadi pemberontakan di sana pada awal masa pemerintahannya, dan memilih kota [[Meknes]] (yang berlokasi tidak begitu jauh) sebagai ibukotanya.<ref name=":03" />{{Rp|84}} Walaupun ia memulihkan atau membangun kembali beberapa bangunan penting kota ini, seperti [[Zawiyah Maulay Idris II]], ia juga menarik pajak yang tinggi dari penduduk kota dan beberapa kali memaksa sebagian penduduknya pindah untuk mengisi kota-kota lain di negeri Maghreb.<ref name=":03" />{{Rp|84–85}} Setelah Maulay Ismail meninggal, negeri ini jatuh ke anarki dan perang saudara antara putra-putranya yang memperebutkan kekuasaan selama puluhan tahun. Fes terlibat serangkaian konflik dengan kabilah Udayah, sebuah kabilah militer (''guisy'') yang sebelumnya ditempatkan di Qasbah Syarardah oleh Maulay Ismail. Sultan Maulay Abdullah, salah satu pesaing takhta yang berkuasa selama beberapa selang waktu, menjadikan Fes sebagai ibukotanya. Ia awalnya disambut (1728–29) karena memerangi suku Udayah, tapi hubungannya dengan penduduk kota karena pilihan wali kotanya tidak disukai warga. Ia lalu membuat istana [[Dar Dbibegh]] di kawasan pedesaan di luar kota sebagai tempat tinggalnya. Selama sekitar 30 tahun selanjutnya, Fes terus berada dalam kondisi konflik baik dengan suku Udayah maupun dengan sultan-sultan Alawiyun.<ref name=":03" />{{Rp|85–86}}

Pada masa pemerintahan [[Muhammad III dari Maroko|Maulay Muhammad bin Abdullah]], antara 1757 dan 1790, negeri Maghreb kembali stabil lagi dan keadaan Fes pun membaik. Fes tetap mendapat status ibukota meskipun status ini dimiliki bersama Marrakesh, selama dinasti Alawiyun hingga pertengahan abad ke-20.<ref name=":03" />{{Rp|88}}<ref name=":01" />{{Rp|25–26}} Sempat terjadi periode ketidakstabilan pada masa pemerintahan [[Yazid dari Maroko|Maulay Yazid]] (1790–1792) dan [[Sulaiman dari Maroko|Maulay Sulaiman]] (1792–1822), dan sultan yang bertakhta di Fes kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah Negeri Maghreb antara 1790 dan 1795.<ref name=":21" />{{Rp|241–242}} Namun, kota Fes berada dalam kondisi relatif damai dan tetap menjadi pusat ekonomi, bahkan saat terjadi konflik singkat tersebut.<ref name=":03" />{{Rp|88–89}} Penguasa Dinasti Alawiyun terus membangun atau memulihkan bangunan-bangunan penting dan memperluas istana kerajaan di kota ini.<ref name=":12" /><ref name=":223">{{Cite journal|last1=Bressolette|first1=Henri|last2=Delaroziere|first2=Jean|date=1983|title=Fès-Jdid de sa fondation en 1276 au milieu du XXe siècle|url=https://www.hesperis-tamuda.com/Downloads/1980-1989/Hesp%C3%A9ris-Tamuda%201982-1983.pdf|journal=Hespéris-Tamuda|pages=245–318}}</ref> Para sultan dan orang-orang dekatnya menjalin hubungan erat dengan petinggi kota Fes maupun kota-kota besar lainnya, dan [[ulama]] Fes pun memiliki pengaruh besar. Setelah kematian Maulay Sulaiman, keluarga-keluarga terkemuka dari Fes menjadi pemain penting dalam medan politik dan keilmuan negeri ini.<ref name=":21" />{{Rp|242–247}}

Tarekat Sufi [[Tijaniyyah]], yang didirikan oleh [[Ahmad at-Tijani]] (meninggal 1815) memiliki pusat spiritual di Fes sejak kedatangan at-Tijani dari Aljazair pada tahun 1789.<ref name=":21" />{{Rp|244}} Tarekat ini menyebar dengan cepat di kalangan terpelajar kawasan Afrika Maghribi, dan para ulamanya memiliki pengaruh besar dalam bidang agama, politik, dan keilmuwan di Fes dan kota-kota lainnya.<ref>{{Cite journal|last=Brigaglia|first=Andrea|date=2013–2014|title=Sufi Revival and Islamic Literacy: Tijaniyya Writings in Twentieth-Century Nigeria|url=https://www.academia.edu/9668574|journal=Annual Review of Islam in Africa|language=en|volume=12|issue=1|pages=|via=|access-date=2019-11-18|archive-date=2021-09-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210903085646/https://www.academia.edu/9668574|url-status=live}}</ref> Hingga abad ke-19, kota ini adalah satu-satunya kota penghasil kopiah yang disebut "fez" atau "tarbus".<ref name=":3" />


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 24 April 2022 00.01

Fez
Clockwise from top:
Al-Qarawiyyin Mosque/University, Avenue Hassan II in the Ville Nouvelle ("new city"), gates of the Royal Palace, the Zawiya of Moulay Idris II on the skyline of Fes el-Bali, Chouara Tannery, and Bab Bou Jeloud gate
Fez di Maroko
Fez
Fez
Location of Fez within Morocco
Fez di Afrika
Fez
Fez
Fez (Afrika)
Koordinat: 34°02′36″N 05°00′12″W / 34.04333°N 5.00333°W / 34.04333; -5.00333Koordinat: 34°02′36″N 05°00′12″W / 34.04333°N 5.00333°W / 34.04333; -5.00333
Country Morocco
RegionFès-Meknès
Founded789
PendiriDinasti Idrisi
Pemerintahan
 • MayorIdriss Azami Al Idrissi
 • GovernorSaid Zniber
Luas
 • Luas perkotaan
320 km2 (120 sq mi)
Ketinggian410 m (1,350 ft)
Populasi
 (2020)[2]
 • Kota1.224.000
 • Peringkat2nd in Morocco
 • Demonym
Fasi
Zona waktuUTC+1 (CET)
Kode area telepon+212 (55)
Situs webwww.fes-city.com
Nama resmiMedina of Fez
JenisCultural
Kriteriaiii, iv
Ditetapkan1981
No. referensi[3]
State PartyMorocco
RegionArab States

Fes (atau Fez, atau Fas, bahasa Arab: فـاس [Fās], bahasa Prancis: Fès) adalah kota terbesar ketiga Maroko, yang terletak di bagian utara pedalaman Maroko, dan merupakan ibukota wilayah administrasi Fes-Meknes. Menurut sensus 2014, Fes memiliki populasi 1,15 juta jiwa. Terletak di arah timur laut dari Pegunungan Atlas, Fes terhubung dengan kota-kota penting di berbagai bagian Maroko: sekitar 206 km di tenggara Tangier, 246 km dari Casablanca, dan 189 km di sebelah timur Rabat. Rute dagang lintas Sahara dapat dimasuki melalui Marrakesh yang terletak 387 km di barat laut Fes. Fes dikelilingi perbukitan, dan Sungai Fes (Oued Fes atau Wadi Fas) mengalir di tengah-tengah kawasan kota tuanya.

Fes didirikan pada masa dinasti Idrisiyah pada abad ke 8 atau 9 M, awalnya terdiri dari dua pemukiman yang mandiri dan saling bersaing. Gelombang perpindahan penduduk dari Ifriqiyah (sekarang Tunisia) dan Al-Andalus (Spanyol dan Portugal) memperbesar kota ini dan membawa budaya Arab. Setelah jatuhnya dinastri Idrisiyah, berbagai kerajaan datang dan pergi di kota ini, hingga pada abad ke-11 M Sultan Yusuf bin Tasyfin dari Dinasti Murabithun menyatukan dua pemukiman awal ini menjadi Fes el-Bali. Pada masa Murabithun, Fes mulai dikenal sebagai pusat ilmu agama dan perdagangan.

Fes mencapai puncak kejayaannya pada masa dinasti Mariniyah (abad 13-15 M), dan kembali dijadikan ibu kota kerajaan. Pada masa ini berbagai madrasah dan masjid besar didirikan; banyak bangunan-bangunan ini masih berdiri hingga sekarang, dan sebagian yang lain telah dipulihkan kembali. Bangunan-bangunan ini termasuk ciri khas langgam arsitektur Andalusia maupun Maghreb/Maroko. Pada tahun 1276 Sultan Mariniyah Abu Yusuf Yaqub mendirikan distrik Fes Jdid yang menjadi pusat pemerintahan dan tempat berdirinya Darul Makhzen (Istana Kerajaan) dan kelak Taman el-Mosara. Pada masa ini juga, kaum Yahudi di kota ini berkembang dan sebuah Mellah (distrik Yahudi) didirikan di bagian selatan Fes Jdid. Setelah jatuhnya Kesultanan Mariniyah, Fes mengalami kemunduran dan pengaruhnya di bidang politik dan kebudayaan disaingi oleh Marrakesh. Fes kembali menjadi ibu kota saat berdirinya Dinasti Alawi di Maroko, hingga tahun 1912.

Saat ini, kota Fes terdiri dari dua kota tua (madinatul qadimah), yaitu Fes el-Bali dan Fes Jdid, dan bagian modern yang lebih luas, yang didirikan pada masa kolonial Prancis dan disebut Ville Nouvelle (Kota Baru). Kota tua Fes masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO dan dianggap sebagai kawasan pejalan kaki tertua di dunia. Kota ini juga merupakan lokasi Universitas Al-Qarawiyyin yang didirikan pada tahun 857 dan menurut sebagian pihak (tergantung kriteria yang digunakan) merupakan lembaga pendidikan tinggi tertua di dunia yang masih beroperasi hingga sekarang. Tempat Penyamakan Chouara (Syuwarah) di kota ini (didirikan abad ke-11 M), merupakan salah satu tempat penyamakan tertua di dunia. Kota ini dianggap sebagai pusat keagamaan dan kebudayaan Maroko saat ini, dan dijuluki "Mekkah dari Maghreb" dan "Athena dari Afrika".

Asal nama

Nama kota ini, yaitu فاس (Fas) dalam bahasa Arab, atau dieja Fes dalam bahasa Inggris (kecuali bahasa Inggris Amerika yang mengejanya dengan "Fez") ataupun Fès dalam bahasa Prancis, berasal dari kata Arab فأس Faʾs yang berarti gancu (alat seperti cangkul yang berujung runcing untuk menggali atau membelah). Ada beberapa legenda yang menjelaskan asal usul nama ini, salah satunya menyebut keberadaan gancu emas saat pembangunan kota ini. Legenda lain menyebut bahwa pendiri Dinasti Idrisyah, Sultan Idris I, menggunakan gancu emas dan perak untuk melakukan penggalian bersama para pekerjanya.[4]:26[5][6] Penulis abad ke-14 Ibnu Abi Zar meriwayatkan satu versi lain, yang menyebut bahwa sebuah kota tua "Sef" pernah berdiri di lokasi yang sama, dan Idris I membalik namanya sehingga kota baru ini disebut Fes.[4]:26–27[5]

Selama masa Idrisiyah, kota ini sebenarnya terbagi dua: Fas yang didirikan oleh Idris I,[7] dan al-'Aliyyah yang didirikan putranya, Idris II. Kawasan ibukota kerajaan berada di Al-'Aliyyah, sedangkan nama Fas hanya digunakan untuk kawasan di seberang sungai. Dinar emas yang dicetak pada masa Idrisiyah hanya mengandung nama al-'Aliyyah atau al-'Aliyyah Madinah Idris, dan tidak ditemukan kepingan dinar dengan nama Fas. Tidak diketahui apakah nama Al-'Aliyyah juga digunakan untuk menyebut gabungan kedua kota ini. Kedua kota ini dilebur pada tahun 1070 dan nama Fas dipakai untuk menyebut kota gabungan yang terbentuk.[8]

Sejarah

Berdirinya kota dan masa Idrisiyah

Pemandangan Fes el-Bali beserta menara Zawiyah Maulay Idris II, yang didirikan di makam Idris II, salah satu pendiri Fes

Madinah Fas (Kota Fas) didirikan pada tahun 789 di sisi tenggara Sungai Jauhar (kini dikenal sebagai Sungai Fes) oleh Idris I yang juga merupakan pendiri Dinasti Idrisiyah. Putranya, Idris II[9] membangun Al-'Aliyyah di seberang sungai Madinah Fas, dan memindahkan ibukota kerajaan dari Walili (Volubilis) ke Al-'Aliyyah.[10]:35[11]:35[12]:83 Penduduk awalnya mayoritas berasal dari suku Berber, bersama dengan ratusan prajurit Arab dari Al-Qayrawan (kini berada di Tunisia) yang datang bersama Idris II.[10]:35, 41[12]:82

Selanjutnya, populasi Arab di kota ini meningkat dengan adanya migrasi. Salah satu gelombang besar adalah pendatang dari Al-Andalus, dengan komposisi ras Arab maupun Eropa,[13] yang terusir dari Córdoba (Qurthubah) setelah adanya pemberontakan melawan Amir Al-Hakam I pada tahun 817–818. Para pendatang dari Al-Andalus ini bermukim di Madinah Fas.[10]:46–47 Gelombang lain adalah penduduk Arab yang diasingkan dari Al-Qayrawan setelah pemberontakan di sana sekitar tahun 825, juga datang dan bermukim di Al-'Aliyyah.[10]:47 Kedua gelombang ini memberi Fes karakter Arabnya, dan merupakan asal usul dari nama distrik Udwah al-Andalusiyyin dan Udwah al-Qarawiyyin.[14]:51 Pada masa itu, kota ini juga memiliki penduduk Yahudi dengan komunitas yang kuat, yang berasal dari kabilah Zanata yang telah memeluk agama tersebut, dan juga penduduk Kristen yang telah bermukim sejak lama. Sebagian besar penduduk Yahudi bermukim di kawasan timur laut Al-'Aliyyah, di sebuah distrik yang di sebut Funduq al-Yahudi (kini dekat gerbang Bab Guissa).[10]:42–44

Saat Idris II meninggal pada tahun 828, daerah kerajaan dibagi oleh putra-putranya. Fes diberi kepada putra tertuanya, Muhammad bin Idris, tetapi adik-adiknya berupaya memisahkan diri dari kekuasaannya sehingga terjadilah perang saudara. Daulah Idrisiyah dipersatukan kembali pada masa putra Muhammad, yaitu Ali bin Muhammad dan Yahya bin Muhammad, tetapi kemudian mengalami kemunduran pada abad ke-9 M.[15] Menurut buku Raudhal Qirthas karya Ibu Abi Zar, yang merupakan salah satu sumber sejarah utama tentang masa ini, Masjid dan Universitas al-Qarawiyyin ("Masjid orang-orang Al-Qayrawan") didirikan pada 859 oleh Fatimah al-Fihri, seorang putri keluarga pendatang dari Al-Qayrawan yang menjadi pedagang yang makmur. Konon saudari dari Fatimah yang bernama Maryam juga mendirikan Masjid Al-Andalusiyyin ("Masjid orang-orang Al-Andalus") pada tahun yang sama.[16]:7–8[10]:48

Pada abad ke-10, kota ini diperebutkan oleh Kekhalifahan Umayyah di Córdoba dan Kekhalifahan Fatimiyyah di Ifriqiya (Tunisia), yang mengendalikan kota ini melalui penguasa-penguasa perantara dari suku Zanata.[12]:88–91[15][17]:63–64, 74–75 Pertama, Kekhalifahan Fatimiyyah merebut kota ini dari Dinasti Idrisiyah pada tahun 927, dan menempatkan sekutunya dari kabilah Miknasah (salah satu kabilah dari suku Zanata) untuk memerintah kota ini. Kendali atas Fes dan kota-kota lain di utara Maghreb terus berganti antara sekutu-sekutu Umayyah maupun Fatimiyyah selama beberapa dekade. Pasukan Buluggin bin Ziri merebut kota ini pada 979 dan kemudian Dinasti Fatimiyah menguasai Fes dalam jangka pendek, tetapi selanjutnya pasukan Muhammad al-Mansur dari Córdoba menaklukkan kawasan ini dan mengakhiri kekuasaan Fatimiyyah. Sejak tahun 980 (atau 986[18][10]), Fes diperintah oleh sebuah dinasti dari kabilah Maghrawah, anggota suku Zenata yang bersekutu dengan Kekhalifahan Umayyah. Dinasti ini terus memerintah Fes bahkan setelah runtuhnya kekhalifahan Umayyah di Córdoba, hingga ditaklukkan oleh dinasti Murabithun sekitar tahun 1070.[11]:16[18][12]:91

Fes terus berkembang pada masa kekuasaan Maghrawa ini, meskipun terjadi pertikaian politik antara Madinah Fas dan Al-'Aliyyah. Ziri bin 'Atiyyah adalah pemimpin pertama dinasti ini, dan masa kekuasaannya tidak berjalan dengan mulus.[10]:50 Namun, keturunannya Dunas bin Hamamah (berkuasa 1037-1049) membangun banyak infrastruktur kota.[19] Ia membangun sistem pengadaan air bersih, yang masih bertahan hingga kini.[19][20] Ia juga membangun berbagai hamam (rumah pemandian), masjid-masjid, dan jembatan-jembatan untuk menyeberangi Sungai Jauhar.[10]:51[19][21][22] Madinah Fas dan Al-'Aliyyah menjadi semakin tersatukan: kawasan di antara kedua kota ini dipenuhi rumah-rumah baru dan enam jembatan di atas Sungai Jauhar memudahkan transportasi antar kedua belahan ini.[4]:36 Antara tahun 1059 dan 1061, kedua kota ini terpecah di bawah dua saudara yang saling bertikai: Al-'Aliyyah dikuasai Al-Gisa dan Madinah Fas dikuasai Al-Futuh. Kedua pemimpin ini memperkuat kubunya masing-masing, dan nama mereka diabadikan dalam nama dua dari gerbang-gerbang kota yang masih ada saat ini: Bab Guissa (Bab al-Gisa) di utara dan Bab Ftouh (Bab al-Futuh) di selatan.[23]:31[10]:50, 53, 110

Masa keemasan di bawah dinasti Murabithun, Muwahidun, dan Mariniyun

Pada 1069–1070 (atau beberapa tahun setelahnya[18]), Fez ditaklukkan oleh dinasti Murabithun di bawah pimpinan Yusuf bin Tasyfin. Pada tahun penaklukan ini Yusuf bin Tasyfin melebur Madinah Fas dan Al-'Aliyyah menjadi satu kota. Tembok yang memisahkan kedua kota diruntuhkan, jembatan-jembatan penghubung dibangun atau diperbaiki, dan tembok kota baru dibangun untuk melingkari kedua belahan tersebut. Sebuah qasbah (benteng) didirikan di pinggir barat kota (sebelah barat Bab Bou Jeloud saat ini) untuk ditempati wali kota dan prajurit kota.[10]:53[20] Di bawah kekuasaan Murabithun, Masjid al-Qarawiyyin mengalami perluasan dan renovasi terbesarnya, yaitu antara 1135–1143.[24]:18–20 Walaupun dinasti ini memindahkan ibukota ke Marrakesh, Fes tetap menjadi pusat penting perdagangan dan ekonomi, dan menjadi pusat keilmuan fikih (hukum) mazhab Maliki.[10]:52–54[11]:17–18 Pengaruh dinasti Murabithun dalam arsitektur kota begitu besar sehingga kadang Yusuf bin Tasyfin dianggap sebagai pendiri kedua Fes.[25]

Bekas tembok pertahanan di sebelah utara Fes el-Bali, yang dibangun pada masa Muwahidun (abad 12-13 M)

Pada tahun 1145 pemimpin dinasti Muwahidun dibawah pimpinan Abdul Mukmin mengepung dan menaklukkan kota Fes, di tengah perang yang berakhir dengan digulingkannya dinasti Murabithun oleh dinasti Muwahidun. Karena sengitnya perlawanan penduduk Fes saat dikepung, pasukan Muwahidun kemudian meruntuhkan struktur pertahanan kota.[10]:55[20] Namun, karena pentingnya posisi Fes secara militer maupun ekonomi, Khalifah Muwahidun Yaqub al-Mansur memerintahkan pertahanan kota dibangun kembali.[23]:36[20]:606 Lingkaran tembok pertahanan yang baru ini lebih besar dari tembok sebelumnya dikarenakan perkembangan kota.[20]:607 Pembangunan ini selesai pada masa putranya Muhammad al-Nasir pada tahun 1204.[23]:36 Tembok ini menentukan geografi dan batas kota yang bertahan untuk Fes el-Bali.[10]:56[20][26]:19 Dinasti Muwahidun membangun Qasbah Bou Jeloud di lokasi bekas qasbah buatan Murabithun, dan juga membangun qasbah pertama yang sekarang menjadi bagian kompleks Qasbah An-Nouar.[4]:72[23]:109 Tidak semua lahan di dalam tembok kota dipadati penduduk, masih banyak kawasan yang belum dibangun dan ditanami kebun dan taman untuk digunakan para penduduk.[26]:19 Pada abad ke-12 M, Fes adalah salah satu kota terbesar di dunia, dengan perkiraan populasi 200.000.[27]

Madrasah Abu Inaniyah atau Bou Inania, salah satu madrasah terpenting peninggalan Dinasti Mariniyah (abad ke-14 M)

Pada 1250, Fes kembali menjadi ibu kota kerajaan, di bawah kekuasaan Dinasti Mariniyyah. Pada 1276, terjadi pemberontakan terhadap kekuasaan Mariniyyah, yang diikuti dengan pembantaian kaum Yahudi sebelum dihentikan oleh intervensi Sultan Abu Yusuf Yaqub.[28][29] Setelah pemberontakan ini, Abu Yusuf Yaqub mendiirkan Fes Jdid sebagai pusat pemerintahan dan militer baru. Di bawah kekuasaan Mariniyyah, banyak bangunan-bangunan penting di kota ini dibangun, dan kota Fes mendapat reputasi sebagai pusat keilmuan yang penting.[10]:61–78[30] Antara 1271 dan 1357 dibangun tujuh madrasah yang termasuk bangunan yang paling terhias di kota ini, dan kini bernilai penting dalam arsitektur Maroko.[31]:285–289, 291–293[32][33]:312–314 Masa kekuasaan Mariniyah ini dianggap sebagai puncak masa keemasan Fes.[34]:16[10]:61–78[11]:20

Kaum Yahudi di Fes pada dasawarsa 1900-an. Mellah di kota Fes menjadi distrik tradisional untuk kaum Yahudi sejak abad ke-15.

Distrik Yahudi di kota Fes, yaitu Mellah, didirikan di dalam Fes Jdid pada masa Mariniyyah. Tahun maupun asal-usulnya tidak begitu pasti,[35][29] tetapi sejarawan memperkirakan pemindahan penduduk Yahudi ke Mellah ini terjadi pada abad ke-15 saat terjadi gejolak politik. Tulisan-tulisan peninggalan Yahudi menyebut bahwa pemindahan ini terjadi setelah ditemukannya jasad Idris II di tengah kota pada 1437, yang mengakibatkan kawasan sekitarnya dianggap "suci" sehingga kaum non-Muslim dipindahkan dari kawasan tersebut.[35][36][37][38] Penduduk Yahudi di Fes awalnya merupakan masyarakat pribumi, tetapi kemudian ditambahi oleh kaum Yahudi Sefardi dari bekas wilayah Al-Andalus (mereka disebut Megorasyim, "Para Terusir"), terutama setelah Pengusiran kaum Yahudi oleh penguasa Katolik Spanyol pada tahun 1492.[39]

Sultan Mariniyyah terakhir, Abdul Haqq II, digulingkan dalam pemberontakan tahun 1465. Pada 1492, Dinasti Wattasiyun, yang berasal dari kabilah suku Zanata lain yang menjadi wazir pada masa Mariniyah, menjadi penguasa Maghreb dengan pusat di Fes.[17]:114–115[40] Dinasti ini mempertahankan struktur pemerintahan maupun kebijakan politik Mariniyyah, tetapi tidak mampu menancapkan kekuasaannya ke seluruh Maghreb. Dinasti ini tidak meninggalkan banyak pengaruh ke struktur kota Fes.[41]

Kekuasaan para syarif: Dinasti Saadiyun dan Alawiyun

Borj Nord, benteng peninggalan Dinasti Saadiyun yang dibangun pada abad ke-16, di utara Fes.

Pada abad ke-15 Dinasti Saadiyun, yang mengklaim status syarif (keturunan Nabi Muhammad) berkuasa di selatan Maghreb dan menyaingi dinasti Wattasiyun. Pada masa yang sama Turki Utsmani juga mendekati wilayah ini setelah menaklukkan Aljazair. Pada Januari 1549, Sultan Saadiyah Muhammad asy-Syaikh menaklukan Fes dan menggulingkan sultan terakhir Wattasiyah Ali Abu Hasun. Dinasti Wattasiyun merebut kembali kota ini dengan bantuan Utsmaniyah, tetapi kekuasaan mereka berumur pendek dan pada tahun yang sama Dinasti Saadiyun mengalahkan Wattasiyun.[14]:157 Pasukan Utsmaniyah menyerang Maghreb setelah kematian Muhammad asy-Syaikh pada tahun 1558, tetapi serangan ini dihentikan putranya, Abdullah al-Ghalib, dalam Pertempuran Wadi al-Laban yang terjadi di utara Fes.[14]:158 Setelah meninggalnya Abdullah al-Ghalib terjadi perebutan kekuasaan. Salah seorang saudara Abdullah, Abdul Malik, merebut Fes pada 1576 bersama dengan pasukan Turki Utsmani, dan menggulingkan keponakannya Abu Abdullah. Abu Abdullah kemudian melarikan diri ke Portugal dan di sana meminta Raja Sebastian untuk membantunya kembali ke takhta, sedangkan Abdul Malik mengakui kekhalifahan Utsmaniyah. Pertikaian ini berujung ke Pertempuran Wadi al-Makhazin (disebut juga Pertempuran Tiga Raja atau Pertempuran Qasr al-Kabir/Alcácer Quibir) pada 1578. Pasukan Abdul Malik berhasil mematahkan serangan Portugis dan pengikut Abu Abdullah. Abdul Malik sendiri tewas dalam pertempuran, tetapi kemenangan pasukannya menjaga kemerdekaan Negeri Maghreb dan ia digantikan oleh saudaranya Ahmad al-Mansur.[42]

Dinasti Saadiyun, yang beribukota di Marrakesh, tidak begitu banyak melakukan pembangunan di Fes. Satu-satunya pembangunan besar adalah pembuatan tempat wudu penuh hiasan di halaman Masjid al-Qarawiyyin.[24]:70 Para penguasa Saadiyah membangun berbagai benteng dan menara di sekitar kota Fes, kemungkinan untuk memperketat pengawasan karena seringnya terjadi ketegangan antara penduduk kota dengan pihak kerajaan. Benteng-benteng ini didirikan di tanah tinggi di sekitar Fes al-Bali, yang memungkinkan penempatan meriam untuk membombardir kota yang berada di tanah lebih rendah. Di antara benteng-benteng ini adalah Qasbah Tamdert dekat Bab Ftouh, Borj Nord di utara, Borj Sud di selatan, serta Borj Sheikh Ahmed, Borj Twil, and Borj Sidi Bou Nafa' di barat. Struktur-struktur ini dibangun oleh Ahmad al-Mansur di abad ke-16, dan memiliki pengaruh Eropa (kemungkinan dari Portugal).[10]:79–80[26]:37[43]:92

Setelah masa pemerintahan Ahmad al-Mansur yang cukup panjang (1578–1603), terjadi perang takhta antara putra-putranya maupun anggota dinasti yang lain. Fes sering dijadikan ibukota tandingan oleh salah satu pihak yang ingin menantang anggota dinasti lain yang berkuasa di Marrakesh. Baik Fes maupun Marrakesh sering berpindah tangan hingga berakhirnya perang saudara pada tahun 1627.[42][44] Walaupun Daulah Saaidiyah kembali bersatu setelah 1627, kerajaan ini terus mengalami kemunduran dan kota Fes mengalami kerusakaan akibat seringnya terjadi pertempuran di kota itu.[18] Pada 1641, Muhammad al-Haj dari tarekat Sufi Dila'iyah dan suku Sanhaja menduduki Fes.[45](hlm.88) Masa-masa ini juga dianggap sebagai masa sulit untuk kaum Yahudi kota ini.[45](hlm.88)

Dinasti Alawiyun, yang juga mengklaim status syarif, merebut Fes di tahun 1666 di bawah pimpinan pendiri dinasti, Maulay Rasyid ("Tuanku Rasyid"). Kota ini diangkat menjadi ibu kota lagi dan mengalami kemajuan, walaupun ini tidak berlangsung lama.[26]:25 Maulay Rasyid mencoba memulihkan kota ini setelah lama terlantar. Ia membangun Qasbah Syarardah (atau Cherarda, dalam ejaan Prancis, atau disebut juga Qasbah al-Khamis, "benteng Kamis") di utara Fes Jdid sebagai tempat tinggal pasukan sukunya.[10]:84[26]:25 Ia juga membangun (atau memulihkan kembali) qasbah yang kini disebut Qasbah an-Nouar, yang menjadi tempat tinggal pengikutnya dari wilayah Tafilalt yang merupakan kampung halaman asal dinasti ini. Karena ini, qasbah tersebut disebut Qasbah Filalah ("Qasbah orang-orang Tafilalt").[10]:84[4]:72–73 Maulay Rasyid juga membangun madrasah baru yang besar, Madrasah Syarathin (Cherratine), pada tahun 1670.[32] Setelah ia meninggal, Fes kembali mengalami kemunduran. Pengganti Maulay Rasyid, Maulay Ismail, tampaknya tidak menyukai kota ini, kemungkinan karena terjadi pemberontakan di sana pada awal masa pemerintahannya, dan memilih kota Meknes (yang berlokasi tidak begitu jauh) sebagai ibukotanya.[10]:84 Walaupun ia memulihkan atau membangun kembali beberapa bangunan penting kota ini, seperti Zawiyah Maulay Idris II, ia juga menarik pajak yang tinggi dari penduduk kota dan beberapa kali memaksa sebagian penduduknya pindah untuk mengisi kota-kota lain di negeri Maghreb.[10]:84–85 Setelah Maulay Ismail meninggal, negeri ini jatuh ke anarki dan perang saudara antara putra-putranya yang memperebutkan kekuasaan selama puluhan tahun. Fes terlibat serangkaian konflik dengan kabilah Udayah, sebuah kabilah militer (guisy) yang sebelumnya ditempatkan di Qasbah Syarardah oleh Maulay Ismail. Sultan Maulay Abdullah, salah satu pesaing takhta yang berkuasa selama beberapa selang waktu, menjadikan Fes sebagai ibukotanya. Ia awalnya disambut (1728–29) karena memerangi suku Udayah, tapi hubungannya dengan penduduk kota karena pilihan wali kotanya tidak disukai warga. Ia lalu membuat istana Dar Dbibegh di kawasan pedesaan di luar kota sebagai tempat tinggalnya. Selama sekitar 30 tahun selanjutnya, Fes terus berada dalam kondisi konflik baik dengan suku Udayah maupun dengan sultan-sultan Alawiyun.[10]:85–86

Pada masa pemerintahan Maulay Muhammad bin Abdullah, antara 1757 dan 1790, negeri Maghreb kembali stabil lagi dan keadaan Fes pun membaik. Fes tetap mendapat status ibukota meskipun status ini dimiliki bersama Marrakesh, selama dinasti Alawiyun hingga pertengahan abad ke-20.[10]:88[11]:25–26 Sempat terjadi periode ketidakstabilan pada masa pemerintahan Maulay Yazid (1790–1792) dan Maulay Sulaiman (1792–1822), dan sultan yang bertakhta di Fes kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah Negeri Maghreb antara 1790 dan 1795.[14]:241–242 Namun, kota Fes berada dalam kondisi relatif damai dan tetap menjadi pusat ekonomi, bahkan saat terjadi konflik singkat tersebut.[10]:88–89 Penguasa Dinasti Alawiyun terus membangun atau memulihkan bangunan-bangunan penting dan memperluas istana kerajaan di kota ini.[32][46] Para sultan dan orang-orang dekatnya menjalin hubungan erat dengan petinggi kota Fes maupun kota-kota besar lainnya, dan ulama Fes pun memiliki pengaruh besar. Setelah kematian Maulay Sulaiman, keluarga-keluarga terkemuka dari Fes menjadi pemain penting dalam medan politik dan keilmuan negeri ini.[14]:242–247

Tarekat Sufi Tijaniyyah, yang didirikan oleh Ahmad at-Tijani (meninggal 1815) memiliki pusat spiritual di Fes sejak kedatangan at-Tijani dari Aljazair pada tahun 1789.[14]:244 Tarekat ini menyebar dengan cepat di kalangan terpelajar kawasan Afrika Maghribi, dan para ulamanya memiliki pengaruh besar dalam bidang agama, politik, dan keilmuwan di Fes dan kota-kota lainnya.[47] Hingga abad ke-19, kota ini adalah satu-satunya kota penghasil kopiah yang disebut "fez" atau "tarbus".[9]

Referensi

  1. ^ "Fez, Kingdom of Morocco", Lat34North.com & Yahoo! Weather, 2009, webpages: L34-Fes Diarsipkan 2018-08-30 di Wayback Machine. and Yahoo-Fes-stats.
  2. ^ Morocco 2014 Census
  3. ^ UNESCO World Heritage Centre. "Medina of Fez – UNESCO World Heritage Centre". Whc.unesco.org. Diakses tanggal 2017-09-20. 
  4. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :2
  5. ^ a b Bressolette, Henri (2016). "Fondation de Fès El Bali par Idriss Ier et Idriss II". A la découverte de Fès. L'Harmattan. ISBN 978-2343090221. 
  6. ^ Dumper, Michael R. T.; Stanley, Bruce E., ed. (2007). Cities of the Middle East and North Africa: A Historical Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 151. ISBN 978-1-57607-919-5. 
  7. ^ Bigon, Liora (2016-06-06). Place Names in Africa: Colonial Urban Legacies, Entangled Histories (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 83. ISBN 9783319324852. 
  8. ^ "An architectural Investigation of Marinid and Watasid Fes" (PDF). Etheses.whiterose.ac.uk. hlm. 19. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2 November 2018. Diakses tanggal 22 August 2018. 
  9. ^ a b "Fes". Encyclopædia Britannica. 2007. Britannica Concise Encyclopedia. 3 Mar. 2007
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :03
  11. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :01
  12. ^ a b c d Rivet, Daniel (2012). Histoire du Maroc: de Moulay Idrîs à Mohammed VI. Fayard. 
  13. ^ The Places Where Men Pray Together, hlm. 463, di Google Books p. 55
  14. ^ a b c d e f Abun-Nasr, Jamil M.; Abun-Nasr, Abun-Nasr, Jamil Mirʻi (1987). A History of the Maghrib in the Islamic Period (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 9780521337670. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2020-10-17. 
  15. ^ a b Eustache, D. (2012). "Idrīsids". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam, Second Edition. Brill. 
  16. ^ Terrasse, Henri (1942). La mosquée des Andalous à Fès. Paris: Les Éditions d'art et d'histoire. 
  17. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :134
  18. ^ a b c d Le Tourneau, Roger; Terrasse, Henri (2012). "Fās". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam, Second Edition. Brill. 
  19. ^ a b c Madani, Tariq (1999). "Le réseau hydraulique de la ville de Fès". Archéologie islamique. 8–9: 119–142. 
  20. ^ a b c d e f Marcos Cobaleda, Maria; Villalba Sola, Dolores (2018). "Transformations in medieval Fez: Almoravid hydraulic system and changes in the Almohad walls". The Journal of North African Studies. 23 (4): 591–623. doi:10.1080/13629387.2017.1371596. 
  21. ^ Gaillard, Henri (1905). Une ville de l'Islam: Fès. Paris: J. André. hlm. 32. 
  22. ^ "La magnifique rénovation des 27 monuments de Fès – Conseil Régional du Tourisme (CRT) de Fès" (dalam bahasa Prancis). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-27. Diakses tanggal 2020-03-31. 
  23. ^ a b c d Gaillard, Henri (1905). Une ville de l'Islam: Fès. Paris: J. André. 
  24. ^ a b Terrasse, Henri (1968). La Mosquée al-Qaraouiyin à Fès; avec une étude de Gaston Deverdun sur les inscriptions historiques de la mosquée. Paris: Librairie C. Klincksieck. 
  25. ^ The Almoravids and the Meanings of Jihad, hlm. 43, di Google Books (p.51)
  26. ^ a b c d e Métalsi, Mohamed (2003). Fès: La ville essentielle. Paris: ACR Édition Internationale. ISBN 978-2867701528. 
  27. ^ Morocco 2009, hlm. 252, di Google Books (p.252)
  28. ^ Roudh el-Kartas: Histoire des souverains du Maghreb, hlm. 459, di Google Books
  29. ^ a b Rguig, Hicham (2014). "Quand Fès inventait le Mellah". Dalam Lintz, Yannick; Déléry, Claire; Tuil Leonetti, Bulle. Maroc médiéval: Un empire de l'Afrique à l'Espagne. Paris: Louvre éditions. hlm. 452–454. ISBN 9782350314907. 
  30. ^ Encyclopedia of Islam, hlm. 896, di Google Books (p. 605)
  31. ^ Marçais, Georges (1954). L'architecture musulmane d'Occident. Paris: Arts et métiers graphiques. 
  32. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :12
  33. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :02
  34. ^ O'Meara, Simon M. (2004). An architectural Investigation of Marinid and Wattasid Fes Medina (674-961/1276-1554), in Terms of Gender, Legend, and Law (PDF). University of Leeds. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-11-02. Diakses tanggal 2012-02-25. 
  35. ^ a b García-Arenal, Mercedes (1987). "Les Bildiyyīn de Fès, un groupe de néo-musulmans d'origine juive". Studia Islamica. 66 (66): 113–143. doi:10.2307/1595913. JSTOR 1595913. 
  36. ^ Zafrani, H. "Mallāḥ". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam, Second Edition. Brill. 
  37. ^ Gilson Miller, Susan; Petruccioli, Attilio; Bertagnin, Mauro (2001). "Inscribing Minority Space in the Islamic City: The Jewish Quarter of Fez (1438-1912)". Journal of the Society of Architectural Historians. 60 (3): 310–327. doi:10.2307/991758. JSTOR 991758. 
  38. ^ Ben-Layashi, Samir; Maddy-Weitzman, Bruce (2018). "Myth, History, and Realpolitik: Morocco and its Jewish Community". Dalam Abramson, Glenda. Sites of Jewish Memory: Jews in and From Islamic Lands. Routledge. ISBN 9781317751601. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2021-02-13. 
  39. ^ Chetrit, Joseph (2014). "Juifs du Maroc et Juifs d'Espagne: deux destins imbriqués". Dalam Lintz, Yannick; Déléry, Claire; Tuil Leonetti, Bulle. Maroc médiéval: Un empire de l'Afrique à l'Espagne. Paris: Louvre éditions. hlm. 309–311. ISBN 9782350314907. 
  40. ^ Bosworth, Clifford Edmund (2004). "The Waṭṭāsids". The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual. Edinburgh University Press. ISBN 9780748696482. 
  41. ^ O'Meara, Simon (2013). "Fez". Dalam Fleet, Kate; Krämer, Gudrun; Matringe, Denis; Nawas, John; Rowson, Everett. Encyclopaedia of Islam, Three. Brill. ISBN 9789004252677. ISSN 1873-9830. 
  42. ^ a b Véronne, Chantal de la (2012). "Saʿdids". Dalam Bearman, P.; Bianquis, Th.; Bosworth, C.E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W.P. Encyclopaedia of Islam, Second Edition. Brill. 
  43. ^ Salmon, Xavier (2016). Marrakech: Splendeurs saadiennes: 1550-1650. Paris: LienArt. ISBN 9782359061826. 
  44. ^ Bosworth, Clifford Edmund (2004). "The Sa'did Sharifs". The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual. Edinburgh University Press. ISBN 9780748696482. 
  45. ^ a b Gottreich, Emily (2020). Jewish Morocco : a history from pre-Islamic to postcolonial times. London. ISBN 978-1-83860-361-8. OCLC 1139892409. 
  46. ^ Bressolette, Henri; Delaroziere, Jean (1983). "Fès-Jdid de sa fondation en 1276 au milieu du XXe siècle" (PDF). Hespéris-Tamuda: 245–318. 
  47. ^ Brigaglia, Andrea (2013–2014). "Sufi Revival and Islamic Literacy: Tijaniyya Writings in Twentieth-Century Nigeria". Annual Review of Islam in Africa (dalam bahasa Inggris). 12 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2019-11-18.