Gajah kalimantan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jiwa Matahari (bicara | kontrib)
k bjn
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Catatan kaki: Bot: Merapikan artikel
 
(28 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Taxobox
{{Taxobox
| color = pink
| color = pink
| name = Gajah Kalimantan
| name = Gajah kalimantan
| image = Borneo-elephant-PLoS Biology.jpg
| image = Borneo-elephant-PLoS Biology.jpg
| status=CR
| status=CR
| status_system = IUCN
| regnum = [[Hewan|Animalia]]
| regnum = [[Animalia]]
| phylum = [[Chordate|Chordata]]
| phylum = [[Chordate|Chordata]]
| classis = [[Mammal]]ia
| classis = [[Mammal]]ia
Baris 16: Baris 17:
}}
}}


'''Gajah Kalimantan''' atau di sebut juga gajah Borneo (''Elephas maximus borneensis'') adalah [[subspesies]] dari [[gajah asia]] dan dapat ditemukan di [[Kalimantan Utara]] dan [[Sabah]]. Asal usul gajah yang di sebut sebagai nenek atau Gadingan ini
'''Gajah Kalimantan''' (''Elephas maximus borneensis'') adalah [[subspesies]] dari [[gajah Asia]] dan dapat ditemui di [[Kalimantan Utara]]. Asal usul gajah Kalimantan masih merupakan kontroversi. Terdapat hipotesis bahwa mereka dibawa ke pulau Kalimantan. Pada tahun [[2003]], penelitian [[DNA mitokondria]] menemukan bahwa leluhurnya terpisah dari populasi daratan selama [[pleistosen]], ketika jembatan darat yang menghubungkan Kalimantan dengan [[kepulauan Sunda]] menghilang 18.000 tahun yang lalu. <ref name=Fernando>Fernando P, Vidya TNC, Payne J, Stuewe M, Davison G, et al. (2003) DNA Analysis Indicates That Asian Elephants Are Native to Borneo and Are Therefore a High Priority for Conservation. PLoS Biol 1(1): e6 [http://biology.plosjournals.org/perlserv?request=get-document&doi=10.1371/journal.pbio.0000006 Full text]</ref> Spesies ini kini berstatus kritis akibat hilangnya sumber makanan, perusakan rute migrasi dan hilangnya habitat mereka. Dilaporkan pada tahun [[2007]] hanya terdapat sekitar 1.000 gajah.
oleh [[Suku Agabag]]<ref>{{Cite web |url=https://www.mongabay.co.id/2022/12/18/gajah-kalimantan-si-kerdil-pelintas-batas-negara/ |title=Salinan arsip |access-date=2022-12-31 |archive-date=2023-03-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230331090744/https://www.mongabay.co.id/2022/12/18/gajah-kalimantan-si-kerdil-pelintas-batas-negara/ |dead-url=no }}</ref> masih merupakan kontroversi. Terdapat hipotesis bahwa mereka dibawa ke pulau Kalimantan. Pada tahun [[2003]], penelitian [[DNA mitokondria]] menemukan bahwa leluhurnya terpisah dari populasi daratan selama [[pleistosen]], ketika jembatan darat yang menghubungkan Kalimantan dengan [[kepulauan Sunda]] menghilang 18.000 tahun yang lalu.<ref name=Fernando>Fernando P, Vidya TNC, Payne J, Stuewe M, Davison G, et al. (2003) DNA Analysis Indicates That Asian Elephants Are Native to Borneo and Are Therefore a High Priority for Conservation. PLoS Biol 1(1): e6 [http://biology.plosjournals.org/perlserv?request=get-document&doi=10.1371/journal.pbio.0000006 Full text] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080320061809/http://biology.plosjournals.org/perlserv?request=get-document&doi=10.1371%2Fjournal.pbio.0000006 |date=2008-03-20 }}</ref> Spesies ini kini berstatus kritis akibat hilangnya sumber makanan, perusakan rute migrasi dan hilangnya habitat mereka. Dilaporkan pada tahun [[2007]] hanya terdapat sekitar 1.000 gajah. Berdasarkan penelitian tahun 2012 hanya tersisa sekitar 30-80 ekor.<ref>{{Cite web|title=Global Environmental Conservation Organization - WWF Indonesia|url=https://www.wwf.id/publikasi/upaya-bersama-untuk-melindungi-gajah-kalimantan|website=WWF-Indonesia|language=en|access-date=2022-06-02|archive-date=2021-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20210522042718/https://www.wwf.id/publikasi/upaya-bersama-untuk-melindungi-gajah-kalimantan|dead-url=no}}</ref>

== Lihat pula ==
* [[Gajah sumatera]]
* [[Gajah Jawa]]

== Pranala luar ==
* http://id.berita.yahoo.com/foto/melihat-perkembangan-gajah-kerdil-joe-slideshow/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130222105823/http://id.berita.yahoo.com/foto/melihat-perkembangan-gajah-kerdil-joe-slideshow/ |date=2013-02-22 }}


== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Taxonbar|from=Q835120}}
{{hewan-stub}}


[[Kategori:Gajah]]
[[Kategori:Gajah|Kalimantan]]
[[Kategori:Mamalia Asia]]
[[Kategori:Mamalia Asia]]
[[Kategori:Mamalia Indonesia]]
[[Kategori:Mamalia Indonesia]]
[[Kategori:Elephas]]



[[bg:Борнейски слон]]
{{hewan-stub}}
[[bjn:Gajah Kalimantan]]
[[de:Borneo-Zwergelefant]]
[[en:Borneo Elephant]]
[[es:Elephas maximus borneensis]]
[[fi:Borneonnorsu]]
[[fr:Éléphant de Bornéo]]
[[hu:Borneói törpeelefánt]]
[[it:Elephas maximus borneensis]]
[[ko:보르네오코끼리]]
[[ms:Gajah Borneo]]
[[nl:Borneodwergolifant]]
[[zh:婆罗洲象]]
[[zh-yue:婆羅洲侏儒象]]

Revisi terkini sejak 13 September 2023 02.40

Gajah kalimantan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Subspesies:
E. m. borneensis
Nama trinomial
Elephas maximus borneensis

Gajah Kalimantan atau di sebut juga gajah Borneo (Elephas maximus borneensis) adalah subspesies dari gajah asia dan dapat ditemukan di Kalimantan Utara dan Sabah. Asal usul gajah yang di sebut sebagai nenek atau Gadingan ini oleh Suku Agabag[1] masih merupakan kontroversi. Terdapat hipotesis bahwa mereka dibawa ke pulau Kalimantan. Pada tahun 2003, penelitian DNA mitokondria menemukan bahwa leluhurnya terpisah dari populasi daratan selama pleistosen, ketika jembatan darat yang menghubungkan Kalimantan dengan kepulauan Sunda menghilang 18.000 tahun yang lalu.[2] Spesies ini kini berstatus kritis akibat hilangnya sumber makanan, perusakan rute migrasi dan hilangnya habitat mereka. Dilaporkan pada tahun 2007 hanya terdapat sekitar 1.000 gajah. Berdasarkan penelitian tahun 2012 hanya tersisa sekitar 30-80 ekor.[3]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-31. Diakses tanggal 2022-12-31. 
  2. ^ Fernando P, Vidya TNC, Payne J, Stuewe M, Davison G, et al. (2003) DNA Analysis Indicates That Asian Elephants Are Native to Borneo and Are Therefore a High Priority for Conservation. PLoS Biol 1(1): e6 Full text Diarsipkan 2008-03-20 di Wayback Machine.
  3. ^ "Global Environmental Conservation Organization - WWF Indonesia". WWF-Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-22. Diakses tanggal 2022-06-02.