Lompat ke isi

Gangguan tidur pada perempuan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gangguan tidur atau yang kita kenal dengan Insomnia[1] adalah masalah umum yang sering terjadi disekitar kita, tidak terkecuali kepada perempuan. Gangguan ini dapat menyebabkan kesusahan dan ketidaknyamanan, fungsi siang hari terganggu, dan komplikasi serius. Pada zaman Yunani kuno, Democritus percaya bahwa penyakit fisik adalah penyebab kantuk di siang hari dan gizi buruk adalah penyebab utama insomnia. Akan tetapi pada sebagian besar dari catatan sejarah masalah tidur ini masih dianggap sebagai akibat dari penyakit medis atau kejiwaan ketimbang gangguan primer. Tidur dipandang sebagai proses pasif, mirip dengan kematian, dan gagasan bahwa fisiologi tidur teratur dapat menyebabkan sindrom spesifik masih belum diketahui.[2]

Penyebab insomnia sangat beragam, mulai dari masalah mental hingga kondisi medis tertentu. Penyebab tersebut juga berbeda-beda berdasarkan jenis insomnia yang diderita.

Penyebab insomnia akut yaitu:

  • Beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti pindah ke rumah baru.
  • Stres karena pekerjaan.
  • Jet lag, yaitu gangguan tidur yang dikarenakan bepergian ke daerah dengan zona waktu berbeda.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan, obat asma, atau obat tekanan darah.
  • Konsumsi kafein, nikotin, dan alkohol berlebih.
  • Konsumsi makanan berlebih sebelum tidur yang menyebabkan tubuh terasa tidak nyaman saat berbaring.

Penyebab insomnia kronis yaitu:

  • Gangguan mental, seperti post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.
  • Kondisi medis tertentu, seperti asma, penyakit parkinson, GERD, kanker, penyakit jantung, hipertensi atau tekanan darah tinggi dan lain sebagainya.
  • Menderita gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.
  • Kebiasaan menonton televisi atau bekerja di tempat tidur.
  • Menggunakan ponsel sebelum tidur.[3]

Ciri-ciri

[sunting | sunting sumber]
  • Mudah merasa lelah dan sulit berkonsentrasi saat melakukan aktivitas di siang hari.
  • Mudah terbangun di malam hari dan tidak dapat tidur kembali.
  • Perubahan emosional.
  • Mengantuk di siang hari namun tidak bisa tidur.
  • Daya ingat menurun.
  • Gairah seks menurun. [3]

Insomnia akut:

  • Mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
  • Berhenti merokok.
  • Rutin berolahraga.
  • Menghindari penggunaan ponsel atau alat elektronik lainnya sebelum tidur.
  • Menghindari konsumsi makanan secara berlebihan sesaat sebelum tidur.
  • Meredupkan atau mematikan lampu di kamar sebelum tidur.

Sedangkan, insomnia kronis akan ditangani dokter melalui beberapa tindakan medis, seperti:

  • Meresepkan obat tidur. Namun, penggunaan obat tidur ini hanya bersifat sementara dan bukan untuk mengatasi insomnia sepenuhnya.
  • Konseling dan psikoterapi.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Insomnia - What Is Insomnia? | NHLBI, NIH". www.nhlbi.nih.gov (dalam bahasa Inggris). 2022-03-24. Diakses tanggal 2024-05-04. 
  2. ^ Goetz, Christopher G., ed. (2007). Textbook of clinical neurology (edisi ke-3rd ed). Philadelphia: Saunders Elsevier. ISBN 978-1-4160-3618-0. OCLC 71139380. 
  3. ^ a b c "Rumah sakit dengan pelayanan berkualitas - Siloam Hospitals". www.siloamhospitals.com. Diakses tanggal 2024-05-04.