Girishawardhana
Girishawardhana | |
---|---|
Girishawardhana Dyah Suryawikrama | |
Maharaja Majapahit ke 9 | |
Berkuasa | Majapahit (1456-1466) |
Pendahulu | Rajasawardhana |
Penerus | Singhawikramawardhana |
Kelahiran | Dyah Suryawikrama |
Kematian | 1466 |
Pemakaman | Candi Puri , Puri, Mojokerto, Jawa Timur |
Pasangan | Mahāmahisī Dyah Sawitri, Bhre Kabalan |
Wangsa | Rajasa |
Ayah | Kertawijaya |
Ibu | Jayawardhanī Dyah Jayeswari, Bhre Daha |
Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya)
|
Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara (Jayanagara)
|
Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani (Tribhuwana Wijayatunggadewi)
|
Sri Maharaja Rajasanagara (Hayam Wuruk)
|
Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana (Wikramawardhana)
|
Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja (Suhita)
|
Brawijaya I (Kertawijaya)
|
Brawijaya II (Rajasawardhana)
|
Brawijaya III (Girishawardhana)
|
Brawijaya IV (Suraprabhawa)
|
Brawijaya V (Angkawijaya)
|
Girishawardhana atau disebut Girishawardhana Dyah Suryawikrama (Brawijaya III) adalah maharaja Majapahit yang memerintah tahun 1456-1466. Ia dianggap identik dengan Bhra Hyang Purwawisesa dalam Pararaton.
Girishawardhana Bhre Wengker
[sunting | sunting sumber]Menurut Pararaton, Sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453 Majapahit dilanda kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Girishawardhana Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Pada tahun 1462 terjadi bencana gunung meletus mewarnai pemerintahannya.
Pada tahun 1466, Bhra Hyang Purwawisesa meninggal dunia dan dicandikan di "Candi Waji" Puri, Mojokerto. Ia digantikan oleh Suraprabhawa Bhre Pandansalas (Ayah Dari Girindhrawardhana Dyah Ranawijaya ) , Suraprabhawa diketahui sebagai raja Majapahit selanjutnya.
Girishawardhana Dyah Suryawikrama
[sunting | sunting sumber]Tokoh Bhra Hyang Purwawisesa dianggap identik dengan Girishawardhana Dyah Suryawikrama, raja Majapahit yang mengeluarkan Prasasti Renek tahun 1457 dan Prasasti Sendang Sedur tahun 1463. Nama Dyah Suryawikrama sebelumnya juga muncul dalam Prasasti Waringin Pitu (1447), sebagai putra kedua Dyah Kertawijaya.
Perebutan Kekuasaan
[sunting | sunting sumber]Jika Rajasawardhana identik dengan Dyah Wijayakumara, dan Girishawardhana identik dengan Suryawikrama. Maka, kekosongan pemerintahan selama tiga tahun setelah kematian Wijayakumara alias Rajasawardhana, dapat diperkirakan terjadi karena adanya perebutan kekuasaan antara Suryawikrama melawan para keponakannya, yang dipimpin oleh Samarawijaya, putra sulung Wijayakumara.
Prasasti Waringin Pitu juga menyebutkan Samarawijaya adalah menantu Suryawikrama. Pada tahun 1456 perebutan kekuasaan berakhir setelah Samarawijaya merelakan takhta Majapahit kepada Suryawikrama alias Girishawardhana, yang tidak lain adalah paman sekaligus mertuanya tersebut. Peranan ibu suri Jayeswari sangat besar dalam proses tersebut.
Setelah Jayeswari wafat tahun 1464, dan Girishawardhana wafat pada tahun 1466, terjadi kembali perebutan kekuasaan antara paman dan keponakan yaitu, Singhawikramawardhana, adik Girishawardhana, dengan Bhre Kertabhumi, adik Samarawijaya.
Akhir Hayat Girishawardhana
[sunting | sunting sumber]Girisawardhana wafat pada tahun 1466, ia digantikan oleh adiknya Dyah Suraprabhawa yang dianggap identik dengan Bhre Pandansalas, bergelar Singhawikramawardhana yang namanya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu (1447) sebagai putra bungsu Dyah Kertawijaya.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Didahului oleh: Rajasawardhana |
Raja Majapahit 1456—1466 |
Diteruskan oleh: Suraprabhawa |