Hari Tuhan
Hari Tuhan (bahasa Inggris: Lord's Day) dalam Kekristenan pada umumnya merujuk pada hari Minggu, hari utama ibadah komunal atau umum. Hari Tuhan diperingati oleh sebagian besar umat Kristen sebagai peringatan mingguan akan kebangkitan Yesus, yang mana dikatakan dalam Injil kanonik bahwa Ia disaksikan hidup dari antara orang mati pada hari pertama minggu tersebut. Frasa ini tampak dalam Wahyu 1:10.
Menurut beberapa sumber, umat Kristen mengadakan ibadah bersama pada hari Minggu pada abad pertama.[1] Contoh paling awal yang tercantum dalam Alkitab tentang pertemuan bersama umat Kristen pada suatu hari Minggu untuk "memecah-mecahkan roti" dan pengajaran dikutip di Perjanjian Baru dalam Kisah Para Rasul 20:7. Para penulis dari abad ke-2 seperti St. Yustinus Martir membuktikan adanya praktik ibadat Minggu yang telah tersebar luas (First Apology, bab 67 Diarsipkan 2018-12-24 di Wayback Machine.), dan pada tahun 361 telah menjadi suatu peristiwa mingguan yang diamanatkan. Selama Abad Pertengahan, ibadat Minggu menjadi terkait dengan praktik Sabatarian (istirahat). Beberapa kalangan Protestan masa kini (khususnya yang secara teologis berasal dari kaum Puritan) memandang hari Minggu sebagai hari Sabat Kristen, yakni suatu praktik yang dikenal sebagai Sabatarianisme hari-pertama. Beberapa kelompok Kristen berpendapat bahwa istilah "Hari Tuhan" hanya mengacu secara tepat pada hari Sabtu atau Sabat hari-ketujuh.
Dalam tulisan-tulisan patristik, hari Minggu juga dikenal sebagai hari kedelapan.
Penggunaan dalam Alkitab
[sunting | sunting sumber]Frasa "Hari Tuhan" hanya muncul sekali di Alkitab, yaitu dalam Wahyu 1:10 yang mana ditulis menjelang akhir abad pertama. Frasa ini merupakan terjemahan dari bahasa Yunani Koine kyriake hemera. Kata sifat kyriake ("milik Tuhan") sering kali menghilangkan bunyi kata bendanya, sebagaimana dalam kyriakon untuk "[jemaat] milik Tuhan", pendahulu kata "gereja"; kata benda tersebut disediakan sesuai konteks.
Dalam Wahyu 1:10, Rasul Yohanes menggunakan kyriake hemera ("Pada Hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh") dengan suatu cara yang tampaknya tidak asing bagi para pembacanya. Mereka yang merayakan ibadah hari-pertama berpendapat bahwa hal ini berarti ia beribadah pada hari Minggu, hari kebangkitan. Kaum Sabatarian hari-ketujuh berpendapat bahwa sejak Yesus mengatakan bahwa Ia adalah "Tuhan atas hari Sabat" (Matius 12:8) dan Yesaya menyebut hari Sabat sebagai "Hari Kudus Tuhan" (Yesaya 58:13-14) maka Hari Tuhan adalah Sabat hari-Ketujuh (yaitu Sabtu). Kedua belah pihak karenanya menggunakan ayat-ayat tersebut untuk mengklaim nama "Hari Tuhan" untuk hari ibadah mereka masing-masing.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Roger T. Beckwith (2001). Calendar and Chronology, Jewish and Christian: Biblical, Intertestamental and Patristic Studies. BRILL. hlm. 47–. ISBN 0-391-04123-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2016-02-22.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- From Sabbath to Lord's Day: A Biblical, Historical and Theological Investigation, D.A. Carson, editor (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 1982).
- The Study of Liturgy, Cheslyn Jones, Geoffrey Wainwright, Edward Yarnold, SJ, and Paul Bradshaw, editors (New York, N.Y.:Oxford University Press, 1992), pp. 456–458.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Dies Domini, Pope John Paul II, On Keeping the Lord's Day Holy Diarsipkan 2019-05-12 di Wayback Machine.
- Sabbath and Sunday in Early Christianity, Part 3: Irenaeus, and "the Lord's Day" Diarsipkan 2013-05-13 di Wayback Machine.
- Francis Turretin, On the Lord's Day Diarsipkan 2006-05-07 di Wayback Machine.