Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 101: Baris 101:
| bodystyle =
| bodystyle =
}}
}}
'''Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia''' (disingkat '''ICMI''') adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih [[B. J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Ketua Umum ICMI periode 2015-2020 [[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] terpilih dalam Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Hotel Lombok Raya, [[Mataram]], [[Nusa Tenggara Barat]], Minggu, 13 Desember 2015.<ref>http://news.detik.com/berita/3094608/begini-panasnya-muktamar-icmi-sampai-jimly-terpilih-jadi-ketua-umum</ref>
'''Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia''' (disingkat '''ICMI''') adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih [[B. J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama.


== Sejarah ==
== Sejarah ==

Revisi per 22 Juni 2022 22.22

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia
SingkatanICMI
Tanggal pendirian7 Desember 1990; 33 tahun lalu (1990-12-07)
TipeOrganisasi non-pemerintah
Wilayah
Indonesia
Anak organisasiICMI Muda
Situs webicmi.web.id

Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (disingkat ICMI) adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di Indonesia yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih Baharuddin Jusuf Habibie sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama.

Sejarah

Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya.[butuh rujukan] Sekelompok mahasiswa[siapa?] merasa prihatin dengan kondisi umat Islam, terutama karena polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam.[butuh pemastian][kenetralan diragukan]

Dari forum itu, kemudian, muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990.[butuh rujukan] Mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari Erik Salman, Ali Mundakir, M. Zaenuri, Awang Surya dan Lalu M. Iqbal Songgel berkeliling menemui para pembicara, di antaranya Muhammad Imaduddin Abdulrahim dan M. Dawam Rahardjo.[butuh pemastian]

Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap[butuh pemastian] Menristek Prof. Bacharuddin Jusuf Habibie dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional.[butuh rujukan] Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto.[butuh rujukan] Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim.[butuh rujukan] Sebanyak 49 orang[siapa?] cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.[butuh rujukan]

Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, Bacharuddin Jusuf Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden Soeharto. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.

Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di Tawangmangu, Solo dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.

Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. Pertama, berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. Kedua, untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. Ketiga, hanya Unibraw salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di Surabaya, empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi Abdul Aziz Hosein yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.

ICMI dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang tanggal 6-8 Desember 1990.[butuh rujukan] Saat itu juga, secara aklamasi, disetujui kepemimpinan tunggal Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.[butuh pemastian]

Ketua ICMI

Muktamar Tanggal Ketua terpilih Periode
Muktamar I 6-8 Desember 1990 di Kota Malang Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie 1990-1995
Muktamar II 7-9 Desember 1995 di Jakarta Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie 1995-2000
Muktamar III 9-12 November 2000 di Jakarta Adi Sasono 2000-2005
Muktamar IV 4-7 Desember 2005 di Makassar Dr. Marwah Daud Ibrahim (Presidium)

Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir (Presidium)

Dr.(HC). Ir. M. Hatta Rajasa (Presidium)

Dr. Ir. Muslimin Nasution, APU. (Presidium)

Prof. Dr. Azyumardi Azra (Presidium)

2005-2006

2006-2007

2007-2008

2008-2009

2009-2010

Muktamar V 4-7 Desember 2010 di Bogor Dr. Ing. H. Ilham Akbar Habibie, MBA. (Presidium)

Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir (Presidium)

Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim, Ph.D. (Presidium)

Drs. Priyo Budi Santoso (Presidium)

Dr. Sugiharto, SE, MBA. (Presidium)

2010-2011

2011-2012

2012-2013

2013-2014

2014-2015

Muktamar VI 11-13 Desember 2015 di Kota Mataram Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H (Ketua Umum) 2015-2020
Muktanar VII 4-6 Desember 2021 di Bandung Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si. 2021-2026

Referensi

Pranala luar