Ilmu faraid: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP54Yonia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP54Yonia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 10: Baris 10:
| doi =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
| accessdate = 2014-06-24}}
</ref> Menurut [[Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan]], definisi ilmu al-faraidh yang paling tepat adalah apa yang disebutkan [[Ad-Dardir]] dalam [[Asy-Syarhul Kabir]] (juz 4, hal. 406), bahwa ilmu al-faraidh adalah: “Ilmu yang dengannya dapat diketahui siapa yang berhak mewarisi dengan (rincian) jatah warisnya masing-masing dan diketahui pula siapa yang tidak berhak mewarisi.”<ref name="Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi">{{cite web
</ref> Ilmu Faraidh termasuk ilmu yang paling mulia tingkat bahayanya, paling tinggi kedudukannya, paling besar ganjarannya, oleh karena pentingnya, bahkan sampai Allah sendiri yang menentukan takarannya, Dia terangkan jatah harta warisan yang didapat oleh setiap ahli waris, dijabarkan kebanyakannya dalam beberapa ayat yang jelas, karena harta dan pembagiannya merupakan sumber ketamakan bagi manusia, sebagian besar dari harta warisan adalah untuk pria dan wanita, besar dan kecil, mereka yang lemah dan kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.<ref name="Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri">{{cite web
| title = Ringkasan Fiqih Islam
| title = Mengenal Ilmu Faraidh
| work =
| work =
| publisher = Universitas Padjadjaran
| publisher = Asy-Syariah Online
| date =
| date = [[2011-11-19]]
| url= http://permais-s1.feb.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Ringkasan-Fiqih-Islam-05-ilmu-Waris.pdf
| url= http://asysyariah.com/mengenal-ilmu-faraidh/
| format = [[pdf]]
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
</ref> Pokok bahasan ilmu al-faraidh adalah pembagian harta waris yang ditinggalkan si mayit kepada ahli warisnya, sesuai bimbingan Allah dan Rasul-Nya.<ref name="Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi">{{cite web
| title = Mengenal Ilmu Faraidh
| work =
| publisher = Asy-Syariah Online
| date = [[2011-11-19]]
| url= http://asysyariah.com/mengenal-ilmu-faraidh/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
</ref> Demikian pula mendudukkan siapa yang berhak mendapatkan harta waris dan siapa yang tidak berhak mendapatkannya dari keluarga si mayit, serta memproses penghitungannya agar dapat diketahui jatah/bagian dari masing-masing ahli waris tersebut.<ref name="Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi">{{cite web
| title = Mengenal Ilmu Faraidh
| work =
| publisher = Asy-Syariah Online
| date = [[2011-11-19]]
| url= http://asysyariah.com/mengenal-ilmu-faraidh/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
</ref> Dasar pijakannya adalah [[Al-Qur’an]], [[Sunnah Rasulullah]] n, dan [[ijma’]].<ref name="Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi">{{cite web
| title = Mengenal Ilmu Faraidh
| work =
| publisher = Asy-Syariah Online
| date = [[2011-11-19]]
| url= http://asysyariah.com/mengenal-ilmu-faraidh/
| format =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
</ref> Adapun [[Al-Qur’an]], maka sebagaimana termaktub dalam [[Surah An-Nisa’]] ayat 11, 12, dan 176.<ref name="Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi">{{cite web
| title = Mengenal Ilmu Faraidh
| work =
| publisher = Asy-Syariah Online
| date = [[2011-11-19]]
| url= http://asysyariah.com/mengenal-ilmu-faraidh/
| format =
| doi =
| doi =
| accessdate = 2014-06-24}}
| accessdate = 2014-06-24}}
Baris 23: Baris 59:
===Referensi===
===Referensi===
<references/>
<references/>
[[ms:Faraid]]
[[en:Islamic inheritance jurisprudence]]
[[Kategori: Islam]]

Revisi per 27 Juni 2014 18.32

Ilmu Faraid adalah ilmu yang diketahui dengannya siapa yang berhak mendapat waris dan siapa yang tidak berhak, dan juga berapa ukuran untuk setiap ahli waris.[1] Menurut Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, definisi ilmu al-faraidh yang paling tepat adalah apa yang disebutkan Ad-Dardir dalam Asy-Syarhul Kabir (juz 4, hal. 406), bahwa ilmu al-faraidh adalah: “Ilmu yang dengannya dapat diketahui siapa yang berhak mewarisi dengan (rincian) jatah warisnya masing-masing dan diketahui pula siapa yang tidak berhak mewarisi.”[2] Pokok bahasan ilmu al-faraidh adalah pembagian harta waris yang ditinggalkan si mayit kepada ahli warisnya, sesuai bimbingan Allah dan Rasul-Nya.[2] Demikian pula mendudukkan siapa yang berhak mendapatkan harta waris dan siapa yang tidak berhak mendapatkannya dari keluarga si mayit, serta memproses penghitungannya agar dapat diketahui jatah/bagian dari masing-masing ahli waris tersebut.[2] Dasar pijakannya adalah Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah n, dan ijma’.[2] Adapun Al-Qur’an, maka sebagaimana termaktub dalam Surah An-Nisa’ ayat 11, 12, dan 176.[2]

Referensi

  1. ^ "Ringkasan Fiqih Islam" (pdf). Universitas Padjadjaran. Diakses tanggal 2014-06-24. 
  2. ^ a b c d e "Mengenal Ilmu Faraidh". Asy-Syariah Online. 2011-11-19. Diakses tanggal 2014-06-24.