Jadah manten
Jadah manten adalah kue tradisional Yogyakarta yang terbuat dari ketan, santan, dan daging, bisa ayam ataupun sapi, sebagai isian, lalu dibungkus dengan telur dadar.[1] Sekilas mirip kue lemper dengan perbedaan cara pembuatan dan kulit pembungkusnya. Kue ini umumnya berbentuk balok dengan ukuran tertentu, misalnya panjang 7 cm, lebar 4 cm,dan tinggi 3 cm.[2] Kue ini dianggap istimewa karena dulu hanya pihak keraton Yogyakarta dan kerabat yang menyantap kudapan ini. Resepnya pun dulu dianggap rahasia dapur keraton. Kudapan ini sangat disukai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII.[1]
Kue ini disebut jadah manten karena menjadi salah satu bagian dari seserahan pengantin pria yang diberikan ke pengantin wanita. Kue ini mengandung filosofis agar sepasang pengantin tersebut lengket seperti jadah yang memang mudah menempel di tangan.[1]
Cara membuat jadah manten terdiri atas tiga tahapan. Yang pertama, ketan dimasak dengan daun pandan. Setelah matang maka ketan tersebut dikukus setelah diuleni dengan santan dan garam. Selanjutnya, ketan kukus itu diisi dengan daging ayam atau sapi lalu dibungkus dengan telur dadar dan dijepit dengan bilah bambu. Kue ini lalu dibakar atau dioven.[1]
Dulu hanya pihak keraton yang bisa menyantapnya, tapi kemudian semua orang bisa menyantapnya. Namun, kue ini relatif jarang dijumpai. Biasanya hanya ada di even atau tempat tertentu seperti pasar Ramadan Kauman dan kampung Ramadan Jogokariyan.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d NgangsuKawruh, Redaksi (2017-12-25). "Jadah Manten, Kudapan Tradisional Kesukaan Sultan". Berita Sekitar DIY & Jawa Tengah. Diakses tanggal 2019-03-18.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)". jurnal.unswagati.ac.id. Diakses tanggal 2019-03-18.
- ^ santapjogja. "JADAH MANTEN: Jajanan Favorit Sultan Hamengku Buwono VII » SantapJogja" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-06. Diakses tanggal 2019-03-18.