Jejak ekologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jejak ekologi mengukur seberapa banyak manusia mengambil dari alam. Jejak ekologi lalu dibandingkan dengan sumber daya alam yang tersedia. Jejak ekologi mempertimbangkan berapa banyak wilayah pertanian, kawasan perhutanan, wilayah untuk merumput, dan lautan yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan manusia atau suatu ekonomi. Dalam kata lain, perhitungan jejak ekologi menjawab pertanyaan: "berapa banyak bagian dari alam yang tersedia untuk manusia? Dan berapa banyak yang sudah dipakai oleh manusia?"

Jika yang dianalisis adalah dunia secara keseluruhan, manusia menggunakan alam 1,5 kali lebih cepat daripada yang diperlukan bagi alam untuk pulih kembali.[1] Dalam kata lain, manusia seperti sedang menggunakan 1,5 planet Bumi. Orang-orang memiliki pola konsumsi yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia, sehingga dapat pula dihitung berapa banyak planet yang dibutuhkan jika semua orang memiliki pola konsumsi seperti kelompok tertentu. Contohnya, apabila semua orang memiliki pola konsumsi seperti orang Jerman, akan diperlukan 3 planet Bumi. Menurut perkiraan lain, rata-rata penduduk dunia memiliki jejak ekologi sekitar 2,7 hektare global, sementara hanya ada 2,1 hektare global tanah dan air yang bioproduktif di Bumi. Artinya manusia sudah melebihi biokapasitas global sebesar 30% dan kini hidup secara tidak berkelanjutan dengan menghabiskan persediaan "modal alam".[2]

Referensi

  1. ^ "Data Sources". Global Footprint Network. 2010. [1]
  2. ^ http://www.postcarbon.org/publications/human-nature-of-unsustainability/

Pranala luar