Kaligrafi
Kaligrafi, (berasal dari bahasa Yunani καλλιγραφία (kalligraphía) yang merupakan kombinasi dari dua kata dalam bahasa Yunani: κάλλος (kállos) yang artinya "keindahan", dan γράφω (gráfo) yang artinya "tulisan") yang berarti tulisan yang indah.[1] Kaligrafi adalah seni dan teknik menata huruf untuk membuat sebuah bahasa telihat dan menarik perhatian orang yang membacanya. Pengaturan jenis huruf melibatkan pemilihan jenis huruf, ukuran titik, panjang garis, leading (jarak baris), mengatur jarak antar kelompok huruf (tracking) dan menyesuaikan ruang antara pasangan huruf. Praktik kaligrafi kontemporer dapat didefinisikan sebagai "seni memberikan bentuk pada huruf atau tanda-tanda dengan cara yang ekspresif, harmonis, dan terampil". Kaligrafi merupakan sebuah gaya penulisan yang digambarkan melalui sebuah aksara, tulisan tangan atau alfabet.[2]
Meskipun kaligrafi dalam huruf arab lebih dikenal, tetapi banyak pula penerapan aplikasi ke dalam tulisan latin.
Sejarah Kaligrafi
[sunting | sunting sumber]Kaligrafi adalah sebuah bentuk ekspresi visual tertua yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di berbagai budaya di dunia. Awal mula kaligrafi dapat ditelusuri kembali ke peradaban awal seperti Mesir kuno, Mesopotamia, dan Cina. Ketiga peradaban ini telah mengenal kekuatan baca tulis dan berusaha untuk meningkatkannya melalui penggunaan keindahan dan naskah yang rumit. [3]
Di peradaban Mesir kuno, hieroglif diukir dengan cermat pada batu dan digunakan untuk menggambarkan teks-teks keagamaan dan peristiwa bersejarah. Sifat rumit dari aksara ini membutuhkan pengrajin terampil yang mendedikasikan hidupnya untuk menguasai seni kaligrafi.[4]
Demikian pula, di Mesopotamia, aksara paku muncul sebagai bentuk tulisan sekitar tahun 3000 SM. Sistem ini melibatkan penggunaan tanda berbentuk baji yang dibuat di atas tablet tanah liat, menciptakan aksara yang mencolok dan rumit secara visual. Kaligrafi paku memainkan peran penting dalam mencatat transaksi hukum dan ekonomi, serta melestarikan mitos dan cerita.[5]
Di Tiongkok, kaligrafi berkebang seiring dengan evolusi aksara Tiongkok. Contoh kaligrafi Tiongkok yang paling awal diketahui berasal dari Dinasti Shang (1600-1046 SM). Bentuk seni ini menjadi sangat dihormati dan dianggap sebagai salah satu "Empat Seni" dari kelas cendekiawan-pejabat Tiongkok. Kaligrafi dipandang sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan cara untuk menumbuhkan kebajikan peribadi. Kaligrafi di Tiongkok berkembang pesat selama periode Han Barat (206 SM - 9 M) dan periode Han Timur (25-220 M). Selamat periode ini, kaligrafi dianggap sebagai bagian integral dari ajaran Konghucu dan karenanya diajarkan di sekolah-sekolah.[5]
Ketika kaligrafi menyebar ke berbagai wilayah, setiap budaya mengembangkan gaya dan teknik uniknya sendiri. Di dunia Islam, kaligrafi menjadi bentuk seni yang penting karena adanya larangan representasi figuratif dalam teks-teks keagamaan. Kaligrafi Arab, dengan garis-garisnya yang mengalir dan desainnya yang rumit, menjadi bentuk ekspresi artistik yang melampaui batasan bahasa dan menyatukan komunitas-komunitas Islam.[4]
Selama masa Renaisans di Eropa, kaligrafi mengalami kebangkitan. Penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutemberg pada abat ke-15 membawa era baru dalam produksi massal materi tertulis. Namun, kaligrafi terus dihargai karena kualitas estetikanya dan sering digunakan dalam desain buku dan huruf hias.[4]
Di era modern, kaligrafi telah berevolusi untuk merangkul gaya dan teknik baru. Dengan munculnya alat digital, para kaligrafer sekarang dapat membuat dan membagikan karya mereka dengan lebih mudah daripada sebelumnya. Namun, seni kaligrafi tradisional tetap sangat dihormati dan dihargai, karena seni ini memiliki hubungan yang mendalam dengan sejarah dan budaya.
Kaligrafi Islam
[sunting | sunting sumber]Artikel utama halaman ini : Kaligrafi Islam
Di dalam seni rupa Islam, tulisan arab sering kali dibuat kaligrafi. Biasanya isinya disadur ayat-ayat Al-Quran. Bentuknya bermacam-macam, tidak selalu pena di atas kertas, tetapi sering kali juga ditatahkan di atas logam atau kulit.
Salah satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana Al Hamra, Spanyol.
Kaligrafi Masjid
[sunting | sunting sumber]Selain istana, penerapan kaligrafi juga kerap kita jumpai dalam bentuk kaligrafi indah yang terdapat dalam masjid. Sehingga penerapan kaligrafi pada media masjid ini sering kali disebut sebagai kaligrafi masjid. Sebagai tempat ibadah yang disucikan umat islam dan sering dikunjungi, masjid ditampilkan dalam penggambaran yang indah dan religius. Penggambaran masjid yg indah sekaligus religius itu mampu diwujudkan oleh umat islam dalam bentuk kaligrafi indah bertulis ayat Al-Qur'an, lafadz Allah, Lafadz Muhammad, dll dilengkapi berbagai assesoris pemanis berupa ornamen khas yang bernuansa arab, ornamen bernuansa etnik, ornamen geometris berrak warna warni nan indah. Sehingga memunculkan kesan tempat ibadah yang teduh, indah, dan damai di hadapan ayat ayat Tuhan Allah Swt.
Kaligrafi Masjid dimasa modern ini, mulai diwujudkan dalam bentuk dan bahan yang kian beraneka ragam. Contohnya kita bisa lihat banyak kaligrafi yang dibuat dengan menggunakan bahan yang memiliki daya tahan yang tinggi, bahkan tahan hingga bertahun-tahun lamanya. Seperti pembuatan kaligrafi berbahan emas, stainlestel, kaligrafi kuningna, kaligrafi pahat ukir kayu, kaligrafi kayu besi, kaligrafi berbahan besi, kaligrafi berbahan GRC, dll.
Dalam pembuatannya, kaligrafi masjid dibuat dengan sangat hati-hati. Mengingat penulisan firman suci Allah dalam bentuk kaligrafi harus jauh dari kesalahan tulis. Baik kesalahan huruf, kesalahan titik, kesalahan gigi huruf, dan kesalahan kaidah penulisan khattiyah-nya. Oleh karena itu pengurus masjid selalu memilih ahli kaligrafi yang sudah benar-benar mahir dalam membuat kaligrafi masjid. Terutama akan dipilih orang yang sudah lama bergerak di bidang pembuatan
Kaligrafi Islam Kontemporer
[sunting | sunting sumber]Kaligrafi Islam kontemporer merupakan karya “pemberontakan” atas kaedah-kaedah murni kaligrafi klasik. Perkembangannya sangat pesat menjejali aneka media dalam bentuk-bentuk kategori. Mazhab tersebut berusaha lepas dari kelaziman khat atau kaligrafi murni yang banyak dipegang para khattat di banyak pesantren dan perguruan-perguruan Islam seperti Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah.
Corak-corak kaligrafi Islam kontemporer dibagi kepada kategori-kategori tradisional, figural, ekspresionis, simbolik, dan abstraksionis mutlak. Namun, ada masih banyak lagi coraknya yang dapat kita temukan apabila kita melihat lukisan kontemporer pelukir luar negeri.
Kaligrafi Arab Kayu
[sunting | sunting sumber]Kaligrafi Arab dari Kayu ini diukir di kayu, bisa dari kayu jati, kayu mahoni dan lainnya. Kaligrafi Arab Kayu ini di ukir oleh masyarakat Jepara. isi kaligrafi disadur dari ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai khat turki atau yang lainnya. Kaligrafi arab Kayu terbagi menjadi beberapa kategori, kaligrafi Allah Muhammad, Kaligrafi ayat Kursi, Kaligrafi Ayat seribu dinar, kaligrafi asmaul husna, dan kaligrafi surah-surah Al-Quran.
Bacaan Lanjut
[sunting | sunting sumber]- Akbar, Ali (1995). KALIGRAFI ISLAM. Indonesia: Pustaka Firdaus Jakarta.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- ^ "It's Greek to Me: CALLIGRAPHY | Bible & Archaeology - The University of Iowa". bam.sites.uiowa.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-17.
- ^ Noha A., Mohamed (2014). Utilization of Arabic Calligraphy to Promote the Arabic Identity in Packaging Designs (PDF). ISSN 2224-6061 Vol 19. Mesir
- ^ "A history of calligraphy". fineartcalligraphy.co.uk. Diakses tanggal 2024-08-17.
- ^ a b c artqart.com (2023-12-17). "The Evolution of Calligraphy: From Traditional to Contemporary Forms" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-17.
- ^ a b "A history of calligraphy". fineartcalligraphy.co.uk. Diakses tanggal 2024-08-17.